Environmental damage on earth is at a critical level. Climate change, disaster, pollution, and animal hunting continue to occur without realizing that humans are part of their lives. The purpose of this research, first, is to explore the form of the imagination of Indonesian story writer with the theme of the environment. Second, to analyze the ecocritical element that is reflected by the author through short story weekly newspaper in Indonesia. This study used a descriptive qualitative method. The approach this research used is Garrard's ecocritical approach. The data source consists of three short stories, namely, "In the Seine Lamenting of Citarum Rivers", Go to the Hill, and Leaves, Trees and Petrichor. Data analysis begins by marking words, phrases, clauses, and sentences that have the focus of environmental exploitation. The results showed in short story weekly newspaper, Indonesia the author reflects the environmental phenomenon that includes water pollution, forest destruction, natural disaster in the form of landscapes in the hills of gold mines. Exploitation of nature that brings casualties. Environmental phenomena contained in the short story focuses on pollution, wilderness, natural disasters, settlements, animals, and the earth. Keywords ecocriticism, short story, environmental exploitation Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 165 FENOMENA EKSPLOITASI LINGKUNGAN DALAM CERPEN KORAN MINGGU INDONESIA PENDEKATAN EKOKRITIK Juanda Universitas Negeri Makassar juanda ABSTRAK Kerusakan lingkungan di bumi berada pada tingkat yang kritis. Perubahan iklim, bencana, polusi, dan perburuan hewan terus terjadi tanpa disadari bahwa manusia sebagai bagian daripada kehidupan mereka. Tujuan dalam penelitian ini, pertama, mengeksplorasi bentuk pengimajian pengarang cerpen Indonesia yang bertemakan lingkungan. Kedua, menganalisis unsur ekokritik yang direfleksikan pengarang melalui cerpen Koran Minggu Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif digunakan adalah pendekatan ekokritik Garrard. Sumber data terdiri atas tiga cerpen, yakni, “Di Seine Meratapi Citarum”, Pergi ke Bukit, dan Daun, Pohon dan Petrichor. Analisis data dimulai dengan menandai kata, frasa, klausa, dan kalimat yang memiliki fokus eksploitasilingkungan. Hasil penelitian menunjukkan dalam cerpen Koran Mingguan Indonesia, pengarang merefleksikan fenomena lingkungan yang meliputi pencemaran air, perusakan hutan, bencana alam berupa longsor di bukit tambang emas. Eksploitasi alam yang membawa korban jiwa. Fenomena lingkungan yang terdapat dalam cerpen tersebut berfokus pada polusi, hutan belantara, bencana alam, pemukiman, hewan, dan bumi. Kata kunci ekokritik, cerpen, eksploitasi lingkungan. EXPLOITATIONPHENOMENA IN THE ENVIRONMENTAL IN THE SHORT STORIES WEEKLY NEWSPAPER IN INDONESIA WITH ECOCRITIC APPROACH ABSTRACT Environmental damage on earth is at a critical level. Climate change, disaster, pollution, and animal hunting continue to occur without realizing that humans are part of their lives. The purpose of this research, first, is to explore the form of imagination of Naskah diterbitkan 31 Desember 2018 DOI AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 166 Indonesian story writer with the theme of environment. Second, to analyze the ecocritical element that is reflected by the author through short story weekly newspaper in Indonesia. This study used descriptive qualitative method. The approach this research used is Garrard's ecocritical approach. The data source consists of three short stories, namely, "In the Seine Lamenting of Citarum Rivers", Go to the Hill, and Leaves, Trees and Petrichor. Data analysis begins by marking words, phrases, clauses, and sentences that have the focus of environmental exploitation. The results showed in short story weekly newspaper, Indonesia the author reflects the environmental phenomenon that includes water pollution, forest destruction, natural disaster in the form of landscapes in the hills of gold mines. Exploitation of nature that brings casualties. Environmental phenomena contained in the short story focuses on pollution, wilderness, natural disasters, settlements, animals, and the earth. Keywords ecocritism, short story, environmental exploitation PENDAHULUAN Sejak zaman empirisme modern, manusia seolah mencapai batas kejayaannya dengan pencapaian ilmu-ilmu positif. Perkembangan kebudayaan dalam berbagai aspek pun berkembang pesat, mulai industri mesin, persenjataan, hingga kebudayaan secara luas. Kita tidakdapat memungkiri bahwa segala sesuatu dalam pencapaian perabadan manusia modern merupakan bagian dari hasil eksploitasi alam. Manusia memenuhi kebutuhannya dengan pembalakan hutan, penambangan, perburuan binatang, hingga penggunaan mesin yang mengakibatkan peningkatan polusi dan pemanasan suhu bumi secara global, serta berbagai bencana alam timbul. Issu-issu mengenai lingkungan seringkali diangkat penulis dalam karya sastra Maharam, 2015. Seorang penulis karya sastra memiliki keunggulan dalam menggunakan imajinasinya Dewi, 2016. Sebuah karya sastra terkadang mengungkapkan realitas kehidupan nyata. Fenomena lingkungan merupakan permasalahan global. Semua disiplin ilmu telah mengkaji tata cara penanganan lingkungan di dunia. Sastra telah turut andil dalam mengkaji persoalan lingkungan seperti dalam gendre sastra novel, cerpen, puisi, drama , AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 167 dan telah disoroti dalam berbagai karya sastra dengan media cerpen yang dimuat dalam Koran Mingguan. Media cerpen telah dimuat di media Indonesia antara lain, Republika, Tribun Jabar, Banjarmasin Post, dan lain-lain. Penelitian mengenai cerpen ditinjau dari segi ekokritik telah dilakukan oleh berbagai ahli antara lainTrisnawati, 2014; Mamat, 2015; Tina, 2016; Wiyatmi, 2016; Junaedi, 2017; Juanda 2018. Penelitian ini menyoroti, polusi air, khususnya sungai- sungai diperkotaan, bencana alam seperti longsor dan pembalakan tersebutyang terjadi di wilayah Indonesia yang diimajikan oleh pengarang melalui cerpen. Berdasarkan beberapa penelitian di atas semuanya mengkaji cerpen dengan pendekatan ekokritik namun hanya bagian demi bagian dalam keenam ranah ekokritik. Misalnya, banjir, polusi, dan bencana alam. Belum ada yang secara totalitas mengkaji keenam poin dalam ekokritik yaitu, polusi, hutan belantara, bencana alam, pemukiman, hewan, bumi. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji cerpen dengan tema lingkungan secara tuntas. Cerpen dalam cerpen Koran Minggu Indonesiadengan pendekatan ekokritik Garrard. Masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. Pertama, bagaimanakah bentuk pengimajian pengarang cerpen Indonesia yang bertemakan lingkungan. Kedua, unsur ekokritik apa sajakah yang direfleksikan pengarang dalam cerpen berdasarkan pendekatan ekokritik Garrad seperti polusi, hutan belantara, bencana alam, pemukiman, hewan, bumi. Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut Pertama, mengeksplorasi bentuk pengimajian pengarang cerpen Indonesia yang bertemakan lingkungan. Kedua, menganalisis unsur ekokritik yang direfleksikan pengarang melalui cerpen Koran Minggu Indonesia. Penelitian ini memiliki manfaat, AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 168 yaitu secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan penelitian di bidang sastra khususnya karya sastra di bidang cerpen dengan menggunakan pendekatan ekokritik Garrard. Secara praksis penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada pembaca karya sastra pentingnya menjaga lingkungan. Ekokrotisisme adalah ilmu yang interdisipliner sebagaimana yang dijelaskan Coupe 2006 “Ecocritism is the study of explicit environmental text by way of any scholarly approach or, conversely, the scrutiny of ecological implications and human-nature relationship in any literary text, even texts that seem…, oblivious of the non-human world.”. Selanjutnya, Harsono, 2008 mengemukakan bahwa teori ekokrokritisme bersifat interdisipliner. Pada satu sisi ekokritik menggunakan teori ekologi dan disisi lain menggunakan teori sastra. Oleh karena itu, teori ekokritik merupakan pendidikan tentang pemahaman lingkungan melalui sastra. Selanjutnya Glotfelty dan Harol Fromm 1996 mengetengahkan gagasan tentang ecocriticism atau ekokritik dengan mengaplikasikan konsep ekologi ke dalam karya ini dilakukan dengan menjadikan alam sebagai pusat Syahrul Juliasih, 2012, ekokritik meliputi studi tentang hubungan antara manusia dan nonmanusia, sejarah manusia, dan budaya yang berkaitan dengan analisis kritis tentang manusia dan yang lebih luas tentang ekokrtik Garrard, 2004 bahwa ekokritik bisa membantu menentukan, mengeksplorasi, dan bahkan menyelasaikan permasalahan ekologi dalam pengertian yang lebih bahwa sastra tumbuh dari lingkungan masyarakat dan lingkungan alam ekologi, dalam fungsinya sebagai media representasi, pandangan, refleksi atas kenyataan hidup sastra memiliki peranan penting dalam perubahan tata nilai AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 169 kemasyarakatan, tata nilai hidup bersama dan tata nilai kearifan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hubunan antara sastra dan lingkungan hidup Glotfelty, 1996. Buell 1996 menyebutkan bahwa ekokritik diperkenalkan pada pertengahan 1990-an dengan terbitnya buku The Ecocritism Reader. Ekokritik adalah “….the study of the relationship between literature and the physical environment. Ekokritik menurut Wiyatmi Love, 2003 2, kajian yang menghubungkan karya sastra dengan lingkunganfisik, pertumbuhan populasi, hilangnya hutan liar dan belantara, kepunahan spesies hewan dengan cepat, serta peningkatan polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah di bumi. Shakespeare melihat hubungan implisit dan eksplisit dalam teks-teks sastra antara manusia dan hewan Estok, 2011. Faktanya, implisit dalam analisis teks ini adalah arus kuat daribudaya pribumisasi yang membawa identitas yang berpusat di Taiwan yang memuliakan perpaduan budaya yang khas dan keindahan gunung dan sungai. Masyarakat adat Austronesia sebagai Taiwan asli dalam citra nasionalistik ini, dan pemandangan alam dengan flora dan faunanya membentuk warisan kolektif serta nasionalisme Taiwan sebagai budaya multicultural. Pengarang sastra Taiwan mengembangkan karya sastra dan artistik yang sadar lingkungan. Gaya khusus "vernakular kosmopolitan" ditemukan untuk menghidupkan eksplorasi dan diskusi intelektual ini, karena penulis yang berakar lokal sedang memperhatikan tren global. Hasilnya adalah campuran kreatif, masyarakat pribumi Taiwan memainkan peran penting sejak gaya hidup dan mitos pra-kolonial mereka memberikan inspirasi yang taat untuk bagaimana Taiwan dapat mendamaikan kontradiksi antara kapitalisme industri secara keberlanjutan. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 170 Taiwan telah menyaksikan gelombang protes lingkungan selama dekade terakhir. Proyek di taman sains dan resor wisata, yang pernah dilihat sebagai stimulus yang sangat dibutuhkan dalam situasi ekonomi yang lesu, berganti menghadapi resistensi lokal. Pada tahun 2011, pemerintah terpaksa membatalkan proyek besar petrokimia dan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir dipetieskan pada tahun 2014. Dengan Munculnya pemerintahan Partai Progresif yang Demokratis pada tahun 2016, sebuah program energi terbarukan yang ambisius sedang berlangsung; Taiwan diperkirakan akan benar-benar bebas energi nuklir tahun 2017, negara Asia pertama yang memulai program pro-lingkungan. Negara Asia pertama yang memulai kursus pro-lingkungan bertentangandengan latar belakang yang disebutkan di atas. Secara sepintas lalu ia mengambil langkah-langkah untukpenyelamatan lingkungan. Pengarang sastra seperti WangChia-hsiang, Wusheng, andWuMing-yi Chia and Scot Slovic, 2016.Menulis Lingkungan dalam Kesusastraan Amerika Abad Kesembilan Belas dimulai dengan komentar yang mengungkap Henry David Thoreau, yang tulisan menjadi batu ujian bagi kritikus lingkungan Amerika. Ekspresi adalah tindakan dari seluruh manusia Purwahida, 2017. Seorang penulisadalah pencipta semua alam sebagai perpaduan tubuh dan pikiran Rudd, 2017. Flannery tampaknya menunjukkan kecenderungan dalam sastra lingkungan. 'New York Time' karya Derek Mahon,Penyair kelahiran Belfast, misalnya, untuk menciptakan karya-karya yang menarik diri dari individualistik dan menuju mode global tempat tinggal di dunia 'truk sampah' dan 'tongkang pengungsian' dengan limbah Gerald, 2017. Ekokritik telah dikenal di India pada tahun 1980 yang diperkenalkan oleh Nirmal Selvamoni, mahsisa di Fakultas Keristen Madras, Chennai. Ekokritik telah berkembang di India antara tahun 1980 hingga 2004 dan dikenal secara internasional. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 171 Pusat kajiannya pada puisi moder ini mengekspresikan kerusakan alam dan kehidupan manusia yang berkaiatan budaya dan alam seperti sungai Murugesan, 2016. Mishra 2017 mengkaji beberapa isu ekokritis di India yang diwakili dalam novel alam yang agung “Aranyak, Of the Forest” karya salah seorang novelis Benggali yang bernama Bandyopadhyay. Pada awal novelnya menceritakan penduduk kota dengan penebangan hutan dan sikap mereka terhadap alam. Akhir novel ini menimbulkan kesadaran manusia dengan hewan perlu Kontemporer Postkolonial yang menggambarkan pertemuan antara manusia dan hewan Bartosch, 2013. Sementara Novel karya Ursula Guin di Vietnambertemakan malapetaka terhadap sikap antroposentris manusia terhadap alam di masa depan bilamana manusia mengeksplorasi alam secara tidak seimbang Sureci, 2017. Teori ekokritik mengolaborasikan antara sastra dan berhubungan dengan hal yang bersifat imajinatif, namun sastra terkadang membahas realitas. Ekologi membahas mengenai atau issu-issu lingkungan, social, politik, maupun budaya. Sastra Penelitian ini menghubungkan antara karya sastra, lingkungan ekologi, serta hubungan timbal balik antara manusia dengan alam semesta, dengan menggunakanteori yangdijelaskan oleh Gerard dengan data penelitian cerpen dalam media Koran Mingguan Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode yang digunakanbertujuan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 172 dihadapi pada situasi sekarang atau masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis, dan cerpen diawali dengan membaca, mencatat, analisis, lalu dalam penelitian ini bersumber dari tiga cerpen dari Koran Mingguan Indonesia, yaitu, “Di Seine Meratapi Citarum”, karya Romli Jabar, 10 Desember 2017,“Pergi ke Bukit” Karya Tjak Parlan, Republika, 4 Juni 2017 ; “Cerita Daun Pohon dan Petrichor” karya Faritz Al Faisal, Banjarmasin Post, 15 April 2018. Data dianalisis dengan pendekatan ekokritik Garrardyang memfokuskan persoalan lingkungan pada polusi, hutan belantara, bencana alam, pemukiman, hewan, bumi, lalu diberikan interpretasi secara totalitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Pengimajian Pengarang Cerpen Indonesia. Usep Romli adalah sastrawan Sunda yang lahir di Limbangan. Garut. 16 April 1949. Usep menulis, terutama dalam bahasa Sunda, sejak masih duduk di dan cerita pendeknya dimuat di sejumlah media. Ia pernah menerima berbagai penghargaan, termasuk Hadiah Sastra LBSS dan Hadiah Sastra Rancage. Pengarang ini merefleksikan fenomena lingkungan dengan membandingkan Kota Bandung di Indonesia dengan Kota Paris di mengimajikan fenomena lingkungan dalam bentuk sungai. Sungai Citarum merupakan sungai yang membelah Kota Bandung sudah sangat tercemar, padahal pada tahun 1920-an sungai ini merupakan ikon sungai Seine di Paris yang kita kenal pada jaman sekarang sebagai objek pariwisata yang bebas pencemaran air. Faris Al Faisal, lahir dan domisili di yang terbit novella Bunga Narsis 2017. Kumpulan Puisi Bunga Kata 2017, Kumpulan Cerpen Bunga Rampai AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 173 Senja di Taman Tjimanoek 2017, dan buku Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia 2017, di beberapa media massa. Faisal mengimajikan fenomena lingkungan dengan merefleksikan pohon yang dapat pembicaraan ini pohon memiliki peran besar dalam dapat bertahan dari rendaman air pada musim hujan dan dapat bertahan dari kekeringan pada musim pohon yang berguguran menjadi petrichor atau dapat menjadi pupuk organik untuk keberlanjutan kehidupan pohon itu sendiri dan tanaman lainnya di sekitarnya. Tjak S. Parlan lahir di Banyuwangi, 10 November 1975. Cerpen dan puisinya sudah disiarkan di sejumlah media. Mukim di Mataram, Nusa Tenggara Baratmengimajikan fenomena lingkungan dalm bentuk bencana tanah longsor di perbkitan akibat ulah manusia yang melakukan penmbangan liar. Bukit yang dulunya hutan belantra dieksploitasi oleh penduduk di akhirnya longsor dan menimbun para petambang yang sedang beraktivitas dan menimbulkan korban jiwa. Cerpen “Di Seine Meratapi Citarum” bercerita tentang rombongan turis asal Bandung yang tiba di Paris. Persoalan yang diangkat dalam cerpen tesebut, yakni polusi atau pencemaran air sungai dan sungai tersebut berada di di sekitar sungai mengalami polusi akibat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga. Pengarang mengimajikan perbandingan ditempat wisata yang ada di Kota Paris dengan Kota Bandung, Sungai Cikapundung dan Citarum yang kini menjadi septic tank terpanjang di dunia. Kemudian, cerpen berjudul “Cerita Daun, Pohon dan Petrichor” bercerita tentang pohon yang berbicara dengan tokoh Aku dalam cerpen. Dalam cerpen mengisahkan tentang pentingnya merawat pohon demi kelestarian cerpen “Pergi ke Bukit” bercerita tentang peristiwa tanah longsor di bukit tambang emas. Tokoh ibu AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 174 Kayah dalam cerpen kehilangan anaknyayang meninggal akibat tertimbun reruntuhan tanah di atas bukit pertambangan. Unsur Ekokritik Cerpen Koran Minggu Indonesia Berikut unsur ekokritik yang ditemukan pada setiap cerpen dengan menggunakan teori Garard yang mencakup enam persoalan lingkungan. Pengarang mengimajikan dalam bentuk cerpen mengenai persoalan pencemaran air yang menyebabkan air sungai kotor dan berbau, bencana alam seperti tanah longsor akibat penambangan liar, pentingnya merawat pohon, dan pemeliharaan hewan. Persoalan lingkungan yang ditemukan dalam cerpen sebagai berikut 1. Polusi Pada cerpen “Di Seine Meratapi Citarum”mengisahkan tentang Rombongan turis asal Bandung yang tiba di wisatawantersebut terpukau melihat keindahan wisata Kota Paris yang begitu bersihserta penduduk menjaga kelestasrian lingkungan wisatawan tersebut teringat wisata kota asalmerekadi Cikapundum dan CitarumKota Bandung. Penulis merefleksikan Sungai Citarum sebagai kota yang telah membangkai. Makna bangkai dalam konteks cerita diartikan sebagai sungai yang kotor, bau, air tercemar,bersampah dan banyak limbah rumah tangga. Selain itu, tatanan kota kacau balau, dan dipadati pedagang. Fenomena pencemaran air sungai ini dapat dilihat pada kutipanpercakapan tokoh dalam cerpen di bawah ini. “Ja, als Parisj…!” Ya, mirip Paris.“We noemen het Parisj van Java!” Paris asal Jawa.“Ja, Paris van Java!” Oh, Paris di Jawa“Persis Seine!” Sinyohmelihat ke Cikapundung. “Seine mengalir di tengah kota Paris. Rive Droite, bagian kanan, dan Rive Gauche, bagian kiri,” temanku pada tulisannya“Percakapan Sinyoh AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 175 dan Nonih itu masih berlangsung. Sebagai pembicaraan orang banyak. Padahal situasi itu tahun 1920-an. Bandung tak bisa memperoleh julukan Paris van Java pada zaman sekarang karena penuh sampah dan semrawut penataan kotanya.”Romli, 2017. Berdasarkan kutipan di atas ternyata Bandung sangat indah dan bebas polusi pada tahun 1920-an. Sungai Citarum airnya sama dengan Sungai di Paris pada saat sekarang. Bilamana penduduk tidak membuang sampah sembarangan dan aktif memelihara kebersihan sungai tentu sungai kita akan menyamai Paris. Sekarang Sungai yang ada di kota-kota besar di Indonesia airnya sudah berubah menjadi air got sebab para penduduk menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan kotoran. Contoh kutipan di bawah ini. “Sekarang Bandung tidak layak lagi menyandang gelar Paris van Java. Sebab sudah penuh sampah, tata kota kacau balau, trotoar padat pedagang. Bangunan berlatar historis banyak diruntuhkan dan menjadi are bisnis. Berbeda dengan Paris yang tetap menjaga lingkungan dan gedung bersejarahnya. Sungai-sungainya sehat, bermanfaat dan terawat. Bukan tempat pembuangan sampah seperti Cikapundung dan CitarumRomli, 2017. Di Paris, Perancis, serta negara-negara Eropa lainnya, orang yang membuang sampah atau kotoran ke sungai, akan dikucilkan oleh warga sekitar. Hal ini menjadikan para warga menjaga limbah rumah tangga mereka agar tidak mencemari air sungai. Bilamana ada warga yang mencemari atau membuang limbah ke sungai mereka akan diajukan ke pengadilan. Selain itu, warga yang tidak memperhatikan kebersihan sungai akan mendapat hukuman denda ribuan euro dan penjara sebagai hukuman yang setimpal. Oleh kaena itu, pemerintah mewajibkan penghuni setiap rumah yang berada di depan sungai memiliki pembuangan kotoran agar kotoran dan limbah tidak mencemari air sungai dan kotoran tersebut memudahkan petugas kebersihan mengangkut ketempat pengolahan limbah. Berikut percakapan tokoh di bawah ini. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 176 “Di Paris, di Prancis, serta negara-negara Eropa lain, orang yang membuang sampah atau kotoran ke sungai akan didenda ribuan euro serta dihukum, dipenjara, dikucilkan oleh tetangga dan warga sekitar. Mereka yang diajukan ke pengadilan akan mendapat hukuman setimpal. Tiap rumah wajib memiliki sarana pembuangan pada hari tertentu kotoran tersebut dibawah ke tempat pengolahan limbah” Romli, 2017. 2. Hutan Cerpen “Cerita Daun, Pohon dan Petrichor” yang selanjutnya disingkat CDPP. Mengisahkan sebatang pohonraksasa yang bisa berbicara dengantokoh lelaki muda dalam cerpen. Pohon tersebut telah berumur atau lebih tua dari umur lelaki tersebut. Penulis mengimajikannya dengan menggunakan bentuk pengungkapan pohon yang dapat berbicara seperti manusia. Hal ini menyiratkan kepada pembaca betapa perlunya merawat tumbuhan, seakan pohon tua tersebut membutuhkan perhatian manusia agar dirawat dengan baik. Selain itu, pohon memang memberikan manfaat bagi ekosistemkarena pepohonan berfungsi menjagakeseimbangan alam. Keseimbangan alam perlu dijaga agar tidak terjadi banjir, global warming, angin ribut, dan prahara lainnya. Fenomena alam ini terdapatdalam percakapan berikut ini. Pohon itu menandakan umurnya lebih lama daripada umur dan rantingnya kembali bergoyang. Daunnya berguguran di sekitar batang pokoknya dan akarnya.Faisal, 2018. Barangkali, kaumku saja yang tidak beranjak dari tempat duduknyaditimpa angin ribut dan prahara, salju, banjir, panas, dan hujan. Biarpun kering kerontang, pada musim kemarau, tenggelam lautan, terendam air, pohon tetap kokoh.”Faisal, 2018 Tentu sebagai keturunan ke sembilan pohon itu. Manusia harusnya lebih paham daripada pohon, karena berakal.”Faisal, 2018 AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 177 Pohon memberikan banyak manfaat bagi kehidupan. Bahkan, setelah daunnya jatuh berguguran dapat bermanfaat bagi tanaman lain sebagai pupuk ini dilukiskan oleh pengarang seperti dalam kutipan berikut. Beberapa hari lagi, daun-daun terurai menjadi ini dapat menyuburkan kembali tanah yang tandus. Menakjubkan! Seandainya manusia pun seperti pohon, apa yang yang telah dikeluarkannya sebagai sisa masih bisa dimanfaatkan” Faisal, 2018. Pohon Tua tersebut berbicara seperti tua tersebut seakan membutuhkan perhatian manusia agar dirawat dengan baik, sehingga dapat tumbuh sehat dan ini merupakan bentuk imaji yang digunakan oleh penarang bahwa tumbuhan juga perlu perlakuan seperti cerpen di bawah ini memperlihatkan hal tersebut. “Semisal ilmu filsafat, pohon tidak hanya dapat berbicara, ia mampu serta peka merasakan sakit atau menjerit. Jadi, pohon yang dirawat dengan kasih sayang dan diajak bercakap-cakap, akan hidup lebih sehat serta subur Parlan, 2017. “Sejak di bukit ditemukan batu-batu yang, katanya, dapat didulang jadi emas, kebun telah tiada penggarapnya. Semakin banyak laki-laki ke bukit, meskipun adakalanya mereka tidak kembali lagi untuk selamanya“Parlan, 2017. 3. Bencana Alam Cerpen yang berjudul “Pergi ke Bukit” di singkat PB.Cerita mengenai bencana tanah longsor yang terjadi bukit pertambangan Penduduk desa maupun dari tempat lain berlomba-lomba melubangi bukit untuk mencari emas. Seperti pada kutipan berikut Sejak perbukitan di sekitar perkampungan mereka diserbu oleh orang-orang yang berasal dari berbagai daerah, warga di kampungnya pun berduyun-duyun ke sana. Orang-orang melubangi bukit itu mencari emas. Sementara, yang lainnya, yang belum beruntung, tak ada pilihan lain selain cepat-cepat kembali ke bukit dengan harapan bahwa berikutnya merekalah yang akan mendulang emasParlan, 2017. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 178 Selain itu, dampak nyata kerusakan bukit berujung pada kematian tokoh meninggal tertimbun tanah longsor saat menggali lubang. Kutipan cerpen sebagai berikut. “Kami telah menempuh berbagai cara menyelamatkannya. Tetapi takdir anakmu sampai di sini,” ujar seseorang.“Bersama dua penambang lainnya, Dali tertimbun tanah longsor waktu menggali lubang.”Parlan, 2017. 4. Pemukiman Pemukiman merupakan persoalan yang melanda kota-kota yang ada di tidak memiliki ruang yang membelah wilayah perkotaan airnya tidak layak digunakan oleh penduduk sekitrnya untuk keperluan hidup perumahan di bantaran sungai menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan kutipan cerpen di bawah ini. “Kota Bandung sekarang tak layak dijuluki Paris van Javakarena penataan kotanya yang memiliki nilai sejarah telah diruntuhkan dan diganti dengan kawasan Kota Paris di Eropa tetap menjaga gedung bersejarahnya dan lingkungan,. Sungai-sungainya dipelihara dari polusi air.Romli, 2017. Penataan perkotaan di luar negeri, khususnya Paris sangat bagus dengan menjadikan sungai di perkotaan sebagi objek kutipan dibawah ini. “Setiap rumah di piggir sungai, bagian depan rumahnya harus menghadap ke sungai. Tiap rumah wajib memiliki sarana pembuangan kotoran yang pada hari tertentu kotoran tersebut diangkut ke tempat pengolahan limbah.”Romli, 2017. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 179 5. Binatang Kehidupan binatang terganggu oleh eksploitasi alam yang dilakukan manusia. Banyak jenis burung yang telah hilang dari pandangan mata, telah punah akibat hutan telah diekploitasi oleh manusia menjadi pemukiman dan menjadi pertambangan. Contoh kutipan di bawah ini. “Seperti burung-burung di atas pepohonan sepanjang bantaran Sungai Cikapundung, yang mengaliri pertengahan kota Bandung” Romli, 2017. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari keberadaan dapat dijadikan sebagai alat transportasi dan sebagai alat untk membantu mngolah sawah di itu binatang ternak seperti sapi merupakan sumber protein yang menjadikan keberlangsungan kehidupan manusia di dunia kutipan cerpen di bawah ini. “Semenjak Burhan, suaminya, tak pernah kembali lima tahun lalu, ia menggantungkan harapannya kepada Dali. Kehilangan salah satu anggota keluarga merupakan bencara besar. Lima tahun lalu suaminya menjual lima ekor karbau yang sering digunakan membajak sawah untuk ongkos ke Malaysia” Parlan, 2017. “Burhan memiliki dua ekor kerbau yang dipekerjakan orang-orang di kampung selalu menggaji Burhan membajak sawah atau ladang menjelang waktu musim tanam tiba Parlan, 2017. “Menggembalakan sapi atau kerbau piaraan di kebun mereka yang itu, kaum wanita mengerjakan berbagai kegiatan seperti memasak Parlan, 2017 6. Bumi Kehidupan di permukaan bumi pada saat sekarang telah terjadi berbagai hal yang cuaca terjadi secara tiba-tiba, kemarau yang berkepanjangan, AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 180 musim hujan yang terus-menerus mengakibatkan bencana banjir, telah mengalami pemanasan kutipan di bawah ini. “Sekonyong-konyong datang angin kencang, sinar surya meredup, awan hitam menggulung angkasa lalu langit riuh rendah dengan cahaya berkilat-kilat dan bunyi guruh bergemuruh seperti sengaja dikirimkan malaikat Mikail ke tempatku sementara bercakap-cakapsama pohon ini. Berasal dari barat, butir-butir air langit berjatuhan didedaunan pepohonan. Lembut, rapat tiada terbendung derasnya. Langit bak meludah dan hujan pun menjadihingar-bingar.”Faisal, 2018. Usep Romli seorang pengarang yang menjadikan fenomena lingkungan dengan membandingkan Kota Bandung di Indonesia dengan Kota Paris di mengimajikan fenomena lingkungan dalam bentuk sungai. Sungai Citarum merupakan sungai yang membelah Kota Bandung sudah sangat tercemar, padahal pada tahun 1920-an sungai ini merupakan ikon sungai Seine di Paris yang kita kenal pada jaman sekarang sebagai objek pariwisata yang bebas pencemaran air. Fenomena lingkungan sebenarnya berkaitan dengan budy masyarakat setempat dalam emahami dan memelihara alam. Ekofeminisme budaya sebagai bidang teoretis yang dilembagakan Kaur, 2012 101, beberapa kritikus yang telah menulis tentang Nektar dalam pandangan Saringan Rukmani berhubungan dengan tanah dan alam. Faris Al Faisal, Faisal mengimajikan fenomena lingkungan dengan merefleksikan pohon yang dapat berbicara. Dalam pembicaraan ini pohon memiiki peran besar dalam dapat bertahan dari rendaman air pada musim hujan dan dapat berahan dari keeringan pada musim pohon yang berguguran menjadi petrichor atau dapat menjadi pupuk organic untuk keberlanjutan kehidupan pohon itu sendiri dan tanaman lainnya di S Parlan mengimajikan fenomena lingkungan dalam bentuk bencana tanah longsor di perbkitan AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 181 akibat ulah manusia yang melakukan penambangan yang dulunya hutan belantra dieksploitasi oleh penduduk di akhirnya longsor dan menimbun para petambang yang sedang beraktivitas dan menimbulkan korban jiwa.Trisnawati, 2014; Mamat, 2015; Tina, 2016; Wiyatmi, 2016; Junaedi, 2017; Juanda, 2018.Penelitian ini menyoroti, polusi air, khususnya sungai, bencana alam seperti longsor dan pembalakan tersebut yang terjadi di wilayah Indonesia yang diimajikan oleh pengarang melalui cerpen. Unsur Ekokritik Cerpen Koran Minggu Indonesia Berikut unsur ekokritik yang ditemukan pada setiap cerpen dengan menggunakan teori Garard 2004 yang mencakup enam persoalan lingkungan. Pengarang mengimajikan dalam bentuk cerpen mengenai persoalan pencemaran air yang menyebabkan air sungai kotor dan berbau, bencana alam seperti tanah longsor akibat penambangan liar, pentingnya merawat pohon, dan pemeliharaan hewan. Persoalan yang terjadi pada setiap cerpen berbeda-beda karena selain pengarang banyak bergelut di dunia akademik mereka juga tinggal di wilayah yang setiap tahun dilanda bencana alam. Persoalan lingkungan yang ditemukan dalam cerpen sebagai berikut 1. Polusi Pada cerpen “Di Seine Meratapi Citarum” mengisahkan tentang Rombongan turis asal Bandung yang tiba di Paris. Para wisatawan tersebut terpukau melihat keindahan wisata Kota Paris yang begitu bersih serta penduduk menjaga kelestasrian lingkungan wisatawan tersebut teringat wisata kota asal mereka di Cikapundum dan Citarum Kota Bandung. Penulis menggunakan gaya bahasa AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 182 personifikasi Sungai Citarum sebagai kota yang telah membangkai. Makna bangkai dalam konteks cerita diartikan sebagai sungai yang kotor, bau, air tercemar, bersampah dan banyak limbah rumah tangga. Selain itu, tatanan kota kacau balau, dan dipadati pedagang. Sekarang Sungai yang ada di kota-kota besar di Indonesia aitnya sudah berubah menjadi air got sebab para penduduk menjadkan sungai sebagai empat pembuangan sampah dan kotoran.Trisnawati, 2014; Mamat, 2015; Tina, 2016; Wiyatmi, 2016; Junaedi, 2017.Penelitian ini menyoroti, polusi air, khususnya tersebut yang terjadi di wilayah Indonesia yang diimajikan oleh pengarang melalui cerpen. 2. Hutan Hal ini menyiratkan kepada pembaca betapa perlunya merwat tumbuhan, seakan pohon tua tersebut membutuhkan perhatian manusia agar dirawat dengan Love, 2003, kajian yang menghubungkan karya sastra dengan lingkunganfisik, pertumbuhan populasi, hilangnya hutan liar dan belantara, kepunahan spesies hewan dengan cepat, serta peningkatan polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah di itu, pohon memang memberikan manfaat bagi ekosistem karena pepohonan berfungsi menjaga keseimbangan alam. Keseimbangan alam perlu dijaga agar tidak terjadi banjir, global warming, angin ribut, dan prahara lainnya. Fenomena alam ini terdapat dalam percakapan berikut memberikan banyak manfaat bagi kehidupan. Bahkan, setelah daunnya jatuh berguguran dapat bermanfaat bagi tanaman lain sebagai pupuk kompos. Persolana ini dilukiskan oleh pengarang seperti dalam kutipan 2016 bahwa prinsip nilai luhur, kecakapan dalam hidup, AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 183 kesabaran meskipun dikekang oleh ekonomi seperti penebangan pohon, memburuh hewan, dan penggalian gunung banyak manfaat yang diberikan oleh karena itu, harus dikuti dengan pelestarian dan tidak mengekspolitasi. 3. Bencana Alam Cerpen yang berjudul “Pergi ke Bukit” di singkat PB.Cerita mengenai bencana tanah longsor yang terjadi bukit pertambangan emas. Para Penduduk desa maupun dari tempat lain berlomba-lomba melubangi bukit untuk mencari emas. Puisi ini mengekspresikan kerusakan alam dan kehidupan manusia yang berkaiatan budaya dan alam seperti sungai Murugesan, 2016 329.Interaksi manusia dengan hewan perlu Kontemporer Postkolonial yang menggambarkan pertemuan antara manusia dan hewan Bartosch, 2013. Sementara Novel karya Ursula Guin di Vietnambertemakan malapetaka terhadap sikap antroposentris manusia terhadap alam di masa depan bilamana manusia mengeksplorasi alam secara tidak seimbang Sureci, 2017. 4. Pemukiman Pemukiman merupakan persoalan yang melanda kota-kota yang ada di tidak memiliki ruang 2016 menekankan perlunya melakukan penghijauan, dan penataan bangunan-bangunan di kota, agar memiliki resapan air yang cukup. Mishra 2017 mengkaji beberapa isu ekokritis di India yang diwakili dalam novel alam yang agung “Aranyak, Of the Forest” karya salah seorang novelis Benggali yang bernama Bandyopadhyay. Pada awal novelnya menceritakan penduduk kota dengan penebangan hutan dan sikap mereka terhadap alam. Akhir novel AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 184 ini menimbulkan kesadaran yang membelah wilayah perkotaan airnya tidak layak digunakan oleh penduduk sekitrnya untuk keperluan hidup sehari-hari. Umumnya perumahan di bantaran sungai menjadikan sungai sebagi .dilakukan Juanda, 2016 bahwa dalam memberikan pemahan pendidikan lingkungan melalui sastra anak berbasis lokal agar anak sejak dini menjaga kelestarian lingkunan di sekitarnya. 5. Binatang Kehidupan binatang terganggu oleh eksploitasi alam yang dilakukan manusia. Banyak jenis burung yang telah hilang dari pandangan mata, telah punah akibat hutan telah diekploitasi oleh manusia menjadi pemukiman dan menjadi pertambangan. Love, 2003, kajian yang menghubungkan karya sastra dengan lingkunganfisik, pertumbuhan populasi, hilangnya hutan liar dan belantara, kepunahan spesies hewan dengan cepat, serta peningkatan polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah di bumi. Shakespeare, melihat hubungan implisit dan eksplisit dalam teks-teks sastra antara manusia dan hewan Estok, 2011. 6. Bumi Kehidupan di permukaan bumi pada saat sekarang telah terjadi berbagai hal yang cuaca terjadi secara tiba-tiba, kemarau yang berkepanjangan, musim hujan yang terus-menerus mengakibatkan bencana banjir, telah mengalami pemanasan karena itu, kesadaran dan tindakan nyata perlu di mulai hal sederhana dengan menjaga kebersihan lingkungan AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 185 dirumah, sekolah, hingga lingkungan sastra seperti WangChia-hsiang, Wusheng, andWuMing-yi Chia and Scot Slovic, 2016. Menulis Lingkungan dalam Kesusastraan Amerika Abad Kesembilan Belas dimulai dengan komentar yang mengungkap Henry David Thoreau, yang tulisan menjadi batu ujian bagi kritikus lingkungan Amerika. 'Ekspresi adalah tindakan dari seluruh penulisadalah pencipta semua alam sebagai perpaduan tubuh dan pikiran Rudd, 2017.Flannery tampaknya menunjukkan kecenderungan dalam sastra lingkungan. 'New York Time' karya Derek Mahon,Penyair kelahiran Belfast, misalnya, menciptakan karya-karya yang menarik diri dari individualistik dan menuju mode global tempat tinggal di dunia 'truk sampah' dan 'tongkang pengungsian' dengan limbah Gerald, 2017. KESIMPULAN Pengarang Romli merefleksikan fenomena lingkungan dengan membandingkan Kota Bandung di Indonesia dengan Kota Paris di Perancis dengan mengimajikan fenomena lingkungan dalam bentuk sungai. Sungai Citarum merupakan sungai yang membelah Kota Bandung sudah sangat tercemar, padahal pada tahun 1920-an sungai ini merupakan ikon sungai Seine di Paris yang kita kenal pada jaman sekarang sebagai objek pariwisata yang bebas pencemaran air. Faisal mengimajikan fenomena lingkungan dengan merefleksikan pohon yang dapat berbicara. Dalam pembicaraan ini pohon memiiki peran besar dalam dapat bertahan dari rendaman air pada musim hujan dan dapat berahan dari keeringan pada musim kemarau. Daun pohon yang berguguran menjadi petrichor atau dapat menjadi pupuk organic untuk AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 186 keberlanjutan kehidupan pohon itu sendiri dan tanaman lainnya di sekitarnya. Tjak S Parlan mengimajikan fenomena lingkungan dalm bentuk bencana tanah longsor di perbkitan akibat ulah manusia yang melakukan penmbangan yang dulunya hutan belantra dieksploitasi oleh penduduk di sekitarnya. Perbukitan akhirnya longsor dan menimbun para petambang yang sedang beraktivitas dan menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan kajian dalam cerpen ditemukan persoalan lingkungan yang meliputi pencemaran air, bencana alam berupa longsor di bukit tambang emas akibat eksploitasi alam yang membawa korban jiwa. Interpretasi dimulai dengan cerpen Usep Romli HM yang menceritakan persoalan pencemaran air sungai, khususnya Sungai karanganFaris Al Faisal dengan judul Cerita Daun, Pohon dan Petrichor menceritakan persoalan pentingnya memelihara pohon serta manfaat pohon bagi keseimbangan ekosistem. Cerpen Pergi ke Bukit menceritakan tentang tokoh ibu Kayah kehilangan anaknya akibat tertimbun tanah longsor di bukit penggalian emas. Kesadaran untuk merawat lingkungan harus dilakukan, seperti manajemen limbah dan sampah, penghijauan, pengaturan tata bangunan, dan berhenti mengeruk tambang secara alam secara berlebihan tidak diperbolehkan. Harus ada realisasi dan sinergi secara nyata agar ekosistem terjaga. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasi penulis ucapkan kepada Lemlit Universitas Negeri Makassar yang telah mendanai penelitian ini dalam bentuk PNBP. Ucapan terima kasih kepada para pengarang cerpen yang telah mengarang cerpen yang bertemakan lingkungan sehingga memperkaya khasanah kesusastraan Indonesia khususnya genre cerpen. Kepada media Koran Mingguan Indonesia penulis mengucapkan terma kasih AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 187 karena telah mmberikan kesempatan kepada masyarakat mengunduh cerpen malalui web DAFTAR PUSTAKA Bartosch, R. 2013. Environ Mentality Ecocriticism and the Event of Postcolonial Fiction. Amsterdam & New York Rodopi. Buell, L. 1996. The Enviromental Imagination Thoreau, Nature Writing, and the Formation of American England the Belknap Press of HarvardUniversity Press, Cambridge, Masschausetts. Chia, ju Chang & Slovic, S. 2016. Ecocriticism in Taiwan Identity, Environment, and the Arts. Lanham Lexinton Books. Dewi, N. 2015. ”Manusia dan Lingkungan dalam Cerpen Indonesia Kontemporer Analisis Ekokritik Cerpen Pilihan Kompas.”Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 376-391. Dewi, N. 2016. ”Ekokritik dalam Sastra Indonesia Kajian Sastra yang Memihak. Adabiyat, Jurnal Bahasa dan Sastra Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Vol. XV 1 19-37. Estok, S. C. 2011. Ecocriticism and Shakespeare, Reading Ecophobia. New York Palgrave Macmillan. Faisal, F. A. 2018. Cerita Daun, Pohon dan Petrichor. Kompas, Tanggal 15 April 2018. Lakonhidup. Gabriella, V. 2011. Hujan yang Indah. Kompas, Tanggal 2 April 2011. Lakonhidup com. Garrard, G. 2004. Ecocriticism. New York Routledge. Gerald, L. F. 2016. Ireland And Ecocriticism Literature, History, And Environmental Justice, by EĂłin Flannery, New York and Oxen Routledge, 278. Glotfelty, Cheryll & Harold Fromm.1996. The Ecocriticism Reader Landmark in Literary Ecology. Athens andLondon The University of Georgia Press. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 188 Harun, M. 2016. Fenomena lingkungan hidup dalam Puisi Anak Indonesia Usia Sekolah Dasar. Prosiding, Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra. Ed. Wiyatmi, Else L., dan Dwi B. Konferensi International Kesusastraan HISKI XXV 13- 15 september 2016. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta. Hardiningtyas, P. 2016. ”Masalah Tanah dan krisis Lingkungan di Bali dalam Antologi Puisi Dongeng dari Utara Karya Made Adn yana Ole.”Directory of Open Access Journals, 45-59. Harsono, S. 2008. Kritik Sastra Berwawasan Lingkungan. Jurnal Kajian Sastra, 31-46. Howarth, William. 1996. Some Principles of Ecocriticism, in Glotfelty and Fromm, 69-91. Juanda. 2016. Pendidikan Lingkungan Peserta Didik Melalui Sastra Anak Berbasis Lokal. Prosiding, Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra. Ed. Wiyatmi, Else L., dan Dwi B. Konferensi International Kesusastraan HISKI XXV 13-15 September 2016. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta. Juanda, 2018. Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Cerpen Republika Kajian Ekokritik. Jurnal Social Humnora, 112, 67-81. Love, Glen A.2003. Practical Ecocriticism, Literatur, Biology, and the Environment. USA University of Virginia Press. Kaur, Gurpreet. 2012. Postcolonial Ecofeminism, Woman and Land in Kamala Markandaya’s Nectar in a Sieve. International Journal of Humnities and Social Science, Vol. 221, 100-110. Mishra, Sandip Kumar. 2017. “Role of Literature in Environmental Awareness An Ecocritical Study of Aranyak of the Forest by Bibhutibhushan Bandyopadhyay.” The Criterion An International Journal In English. , Februari 2017, Mubarok, Z. 2017. Kajian Ekokritik pada Naskah Drama Kisah Perjuangan Suku Naga Karya Rendra. Sistem Journal Online, 1-24. Murugesan, Manivannan. 2016. Emerging Environmental Conciousness in Modenr Tamil Poetry. Prosiding, Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra Ed. Wiyatmi, Else L., dan Dwi B. Konferensi International Kesusastraan HISKI XXV 13- 15 september 2016. Yogyakarta Universitas Negeri Parlan, 2017. Pergi Ke Bukit. Kompas, tanggal 4 juni 2017. Lakonhidup. AKSIS Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 2 Nomor 2, Desember 2018 e-ISSN 2580-9040 e-Journal 189 Purwahida, R. 2017. Interaksi sosial pada kumpulan cerpen Potongan Cerita di Kartu Pos karangan Agus Noor dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Aksis Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 11. 118-134. doi Rahmat, A. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Prenamedia Group. Rosyidah, 2017. Sketsa Karya Ari Nur Utami Arsitektur Urban dalam Perspektif Ekokritisme. Atavisme Jurnal Ilmiah Kajian Sastra. 2 205-213 Romli, U. 2017. Di Seine Meratapi. Kompas, tanggal 16 Desember 2017. Lakonhidup. Rudd, G. 2017. Elemental ecocriticism thinking with earth, air, water, and fire, edited by Jeffrey Jerome Cohen and Lowell Duckert, Minneapolis and London, University of Minnesota Press, Green Letters, Studies in Ecocriticism, Vol. 212, 215-217, DOI Seha, N. 2016. Banjir Jakarta dalam Catatan Sepercik Banjir Analisis Semiotik. Prosiding, Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra. Ed. Wiyatmi, Else L., dan Dwi B. Konferensi International Kesusastraan HISKI XXV 13-15 september 2016. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta. Sureci, Y. 2017. An Ecocritical Reading Of The Word For World Is Forest. International Journal of Social Science Number 63, pp. 205-212. Syahrul, N. 2016. ”Kepedulian Terhadap Lingkungan Alam dan Ekologi Sebuah Ekokritik Terhadap Cerpen “Teratai Sungai Bendo” Karya M. Mahfudz Fauzi S.”Prosiding, Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra.Ed. Wiyatmi, Else L., dan Dwi B. Konferensi International Kesusastraan HISKI XXV 13-15 september 2016. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta. Yacoob, M., Mamat, M. 2014.Tarbiah Alam dalam Novel Komsas. Universiyi of Malaya Akademi Pengajian Melayu, Vol.25 65-104. ... Cerpen dianggap ideal menangkap kepekaan masyarakat terhadap kondisi lingkungannya Fasselt, et al., 2018;Murray, 2018. Penggubah karya sastra ada yang menjadikan lingkungan sebagai inspirasi kemudian direpresentasikan ke dalam bentuk cerpen Juanda, 2018aJuanda, , 2018bMhana, et al., 2019. Studi yang membahas kaitan antara sastra dan lingkungan disebut ekokritik. ...... Penelitian ini sesuai dengan penelitian Juanda Juanda, 2018aJuanda, , 2018b. Karya sastra adalah kenyataan yang dikonstruksikan oleh imajinasi pengarang. ...Stevanny Yosicha PutriSusilawati Endah Peni Adji Yoseph Yapi TaumPenelitian ini membahas tentang eksploitasi alam yang terdapat di dalam novel Si Anak Pemberani karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah, 1 mendeskripsikan faktor penyebab perilaku eksploitasi alam, 2 mendeskripsikan dampak eksploitasi alam, dan 3 mendeskripsikan perlawanan para tokoh terhadap tindakan eksploitasi alam. Penelitian ini menggunakan teori ekokritik yang terdiri dari dua model kajian, yaitu model kajian etika lingkungan dan model kajian sastra apokaliptik. Model kajian etika lingkungan digunakan untuk menganalisis faktor penyebab serta dampak dari eksploitasi alam dan model kajian sastra apokaliptik untuk menganalisis perlawanan beberapa tokoh terhadap eksploitasi alam dalam novel Si Anak Pemberani karya Tere Liye. Hasil analisis penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga, sebagai berikut. 1 Terdapat dua faktor utama penyebab eksploitasi alam dalam novel ini yaitu ekonomi dan kekuasaan. Faktor tersebut telah melanggar enam prinsip moral terhadap kearifan lingkungan. 2 Dampak eksploitasi alam yang terdapat dalam novel ini adalah pencemaran dan kerusakan ekosistem alam, terganggunya mata pencaharian penduduk, dan adanya penindasan secara mental serta fisik. 3 Terdapat perlawanan para tokoh terhadap tindakan eksploitasi alamNur Kholis Ida PurwatiArif SetiawanThis study aims at the character's concern for the natural environment which consists of a respect for nature, b moral responsibility towards nature, and c solidarity with nature, and 4 compassion and concern for nature. This study uses a qualitative descriptive method, the approach used in this study is ecocriticism. The source of the research data is the novel Sumur Oil Tears by Winendra Gunawan, the first edition. The data in the study are in the form of story snippets, sentence quotes, paragraphs, and conversations that show problem ideas about caring for the natural environment. The data collection techniques are 1 careful reading of material objects, 2 identifying data that have relevance to indicators, and 3 describing the entire data as the corpus of research data. Analysis of the data used in this study according to Miles and Huberman which includes according to Miles & Huberman, which uses interactive techniques which include 1 data reduction, 2 data presentation, and 3 conclusion drawing. The results of the study show 1 Respect for nature is shown by characters with attitudes and ethics towards nature in the form of mitigation efforts to reduce risk, maintain, maintain, and respect the natural environment. 2 The attitude of moral responsibility towards nature is shown by the character while maintaining the sustainability of nature without ever exploiting the natural environment. 3 The attitude of solidarity towards nature is shown by the character by making improvements to the natural environment that has been damaged. 4 The attitude of compassion and concern for nature is shown by the character by loving other ecological creatures who are part of the sustainability of the natural BerlianaTeguh TriantonABSTRAK Fokus kajian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran etika lingkungan hidup yang terpresentasi dalam cerpen-cerpen Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat edisi tahun 2017—2018. Penelitian ini termasuk kategori penelitian kualitatif dengan metode analisis isi kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah ekokritik sastra. Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan bentuk-bentuk pelanggaran etika lingkungan hidup dalam cerpen Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat tahun 2017—2018. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga belas cerpen yang mengangkat isu tentang pelanggaran etika lingkungan hidup. Ketiga belas cerpen ini merefleksikan tujuh bentuk pelanggaran etika lingkungan hidup yang meliputi 1 pembalakan liar, 2 relokasi paksa, 3 pembakaran lahan, 4 penyalahgunaan fungsi lahan, 5 perdagangan keanekaragaman hayati, 6 pertambangan liar, dan 7 penggunaan bahan atau barang kunci cerpen, ekokritik sastra, pelanggaran etika, lingkungan hidup Hiqma Nur AgustinaThe life of women in Indonesia’s coastal areas tends to have limitations in accessing education. They are a minority group who often have to stay at home and do domestic work. The purpose of this paper is to explore the environmental issue, ecological, mixed with feminist criticism in Gadis Pesisir , a short story by Zainul Muttaqin. By defining the woman's minimum role in studying at the college and her desire to develop the coastal society, the author exposes the contrast between them, related to the coastal welfare and cultural conflicts between the gender relation and the spirit to advance the community. This research is a descriptive qualitative method that uses library research. Ecocriticism and feminist criticism are highlighting the interaction among literary text, nature, and women's voices. By raising this local issue, the writer described the women empowerment loss of patriarchy culture. This short story perpetuates the powerlessness of coastal women in fighting patriarchal culture, stigma, and the marine environment. They can only dream and wait for a miracle to change their destiny. It is contrary to women's rights which are fought for by feminists on the equality of women and men in accessing education, obtaining job opportunities, and careers in various Queena Hadi PutriHasrul RahmanNisa Fitriyanti AfifahPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lima nilai kearifan lingkungan yang diturunkan dari kaidah estetika pastoral Giiford. Etstika Pastoral mendasari nilai kearifan lingkungan dalam sastra sebagai dasar kajian ekokritik sastra yang antroposentris, sehingga sastra tidak kehilangan fungsi kultural dan ekologisnya engenai landasan manusia dalam melestarikan alam berkaitan dengan sikap hormat, tanggung jawab, solidaritas, kasih saying dan kepedulian terhadap alam, serta tidak mengganggu kehidupan alam dalam novel Api Awan Asap karya AAA Korrie Layun Rampan KLR. Jenis Penelitian ini merupakan deskriptif kualititif dengan metode content analysis Harold D. Laswell yang bertujuan untuk mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam data yang dianalisis dengan pembahasan secara mendalam terhadap isi dari informasi tertulis, dalam hal ini adalah novel AAA yang ditulis sebagai jawaban terhadap isi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat Dayak melalui pembakaran hutan. Kegiatan yang dilakukan adalah membaca, mencermati, menafsirkan, dan menganalisis novel AAA karya KLR. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel AAA karya KLR dan literatur yang relevan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca, teknik catat, dan teknik kajian kepustakaan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat lima nilai kearifan lingkungan dalam novel AAA karya karya KLR. Zaky MubarokTulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kepedulian Rendra terhadap lingkungan hidup strategis dalam naskah drama Kisah Perjuangan Suku Naga 1975 karya Rendra. Tulisan ini menggunakan sudut pandang ekokritik dan metode deskripsi. Ekokritik bertujuan untuk menemukan fakta-fakta dalam teks sastra yang berkaitan atau membicarakan lingkungan hidup. Metode deskriftif diganakan untuk mendeskripsikan fakta yang ditemukan. Fakta yang ditemukan pada naskah Kisah Perjuangan Suku Naga, menjelaskan bahwa Rendra, sebagai seorang seniman, sangat peduli terhadap lingkungan hidup baik sebagai sistem tata masyarakat atau lingkungan hidup sebagi bentuk fisik, Rendra juga menolak bentuk eksploitasi alam dalam segala bentuk, terutama pertambangan tanpa kajian AMDAL yang benar dan bisa mengakibatkan kerusakan alam. Selain itu, Rendra menolak menjadikan desa dan khasanh ritual suatu kebudayaan dijadikan komoditi pariwisata meskipun menjadi devisa bagi negara. Kata kunci Rendra, Kisah Perjuangan Suku Naga, Ekokritik, kajian Drama, Telaah Drama. Novita DewiAbstrakPenelitian bertujuan mendeskripsikan pilihan politis-ideologis yang ditampilkanmelalui hubungan manusia dan lingkungan dalam cerpen Indonesia adalah untuk menakar apakah sastra Indonesia masa kini telah memperlihatkankeberpihakan yang serius dalam upaya menghadang kehancuran bumi karena ulahmanusia. Sumber data penelitian adalah cerpen di surat kabar Kompas 2010 – 2015, yangbertemakan lingkungan hidup. Melalui metode pembacaan kritis dan teori Ekokritikditemukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, sejumlah cerpen mengambil lingkunganhidup hanya sebagai latar tempat dan waktu. Kedua, cerpen-cerpen dengan temapencemaran air telah menyuarakan ikrar politis memerangi perusakan lingkungan. Ketiga,sastra hijau, yakni sastra berperspektif Ekokritik, belum menjadi arus utama dalam sastraIndonesia kunci sastra hijau, Ekokritik, cerpen Indonesia kontemporer Juanda JuandaThe purpose of this study is to explore the value of environmental education and interaction between characters and nature in the short stories of the Republika newspaper. The author describes the form of ecological criticism and interaction between characters and the environment as a form of ecological criticism in the short story in the Republika newspaper. This type of research is qualitative research with an ecocritical approach. The method used is descriptive to describe ecological criticism in environmental education and interaction of characters with the environment in the short story. The data of this study are sourced from the short stories of the Republika newspaper downloaded from There are five ecocritical short stories, namely Son of Only Wood author Riki Eka, short story, Republika January 13, 2013; short story A Muttaqin Leaf Sheet, Republika 4 August 2013; short story Yudhi Herwibowo Golden Tree, Republika May 11, 2014, Eni Wulansari's short story Trembling Steps, Republika August 23, 2015; and Short Time Zhizi Siregar Short Story ", Republika January 25, 2018. The data were analyzed using an ecocritical approach Grag Garrard 2004 pollution, forests, natural disasters, settlements, living things, and the earth. Of the five short stories found 45 data relating to the formulation of research problems. Data which is a form of ecological criticism is 31 data. Data that describes the form of interaction between characters and nature amounts to 14 data, which is divided into 3 forms of interaction, namely observation of characters with the environment, an attitude of characters, actions of characters, and thoughts of characters. The value of Republika's short story environmental education, namely tree planting, reforestation of forests that have been exploited, the implementation of rules and regulations for deforestation, and animal conservation. Usma Nur Dian RosyidahKota adalah ruang kompleks bagi siapa pun yang berada di dalamnya. Saat ini, penghuni ruang kota terancam oleh menurunnya kualitas ekologis kota akibat pembangunan gedung, berbagai fasilitas. dan infrastruktur kota yang masif. Salah satu novel yang memotret eksploitasi ekologi kota tersebut adalah Sketsa karya Ari Nur Utami. Sebagai novel berlatar belakang arsitektur, Sketsa menceritakan pembangunan gedung di Jakarta oleh pengembang bernama PT Semesta Sentosa. Menggunakan teori ekokritisisme, fokus diskusi dalam artikel ini adalah cara penulis memasukkan nilai dan asumsi ekokritik dalam arsitektur urban di novel Sketsa. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan dominasi pandangan antroposentris individu terhadap alam. Melalui metode kualitatifÂdeskriptif dengan melakukan closeÂreading, hasil pembahasan menunjukkan bahwa pembangunan di Jakarta dengan berbagai proyek arsitektur urbannya masih mengabaikan kelestarian lingkungan. Ketidakpedulian terhadap lingkungan ini dapat dilihat dari orientasi etis dan linguistik antroposentris yang dipilih demi mendapatkan keuntungan besar dalam bisnis properti di Jakarta. Abstract City is a space that contains complexities for anyone being part of it. Nowadays, people are threatened by the ecologically degrading city as the result of the massive development of buildings and other city’s facilities and infrastructures. A novel portraying the issues of ecological exploitation is Ari Nur Utami’s Sketsa. Being claimed as an architectural background novel, Sketsa portrays the development of buildings in Jakarta by a property developer named PT Semesta Sentosa. By applying ecocriticism theory, one point discussed in this article is how the author imputes certain ecocritical values and assumptions in presenting the urban architecture in Sketsa. The objective of this research is to elaborate the domination of anthropocentric perspective over nature. Through the qualitativeÂdescriptive method, it is found that the development of Jakarta as an urban space is still far from ecocritical considerations. This can be seen from ethical orientation and anthropocentric linguistic chosen for the benefits of property business in Jakarta. Key Words urban; architecture; ecocriticismPuji Retno HardiningtyasPenelitian ini bertujuan mendekripsikan masalah tanah dan krisis lingkungan di Bali dalam antologi puisi Dongeng dari Utara. Sumber data penelitian ini adalah sepuluh puisi bertema masalah tanah dan krisis lingkungan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pustaka dengan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah interpretasi dan pemahaman dengan teknik analisis konten. Teori yang digunakan adalah teori konflik dan ekokritik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik lingkungan di Bali berkembang sebab faktor pariwisata yang menggerus lahan pertanian di Bali. Sementara itu, krisis lingkungan di Bali merupakan masalah pokok dalam pemanfaatan lingkungan dan upaya pelestarian tanah sebagai unsur alam. Dengan demikian, kehadiran sastra, khususnya puisi, merupakan potret sosial tentang kondisi lingkungan yang terjadi di Bali. Kata-Kata Kunci puisi, masalah tanah, krisis, lingkungan Abstract This study aims to describe the land problem and the environment crisis in Bali in the anthology Dongeng dari Utara. The data sources of this research were ten poems themed on the land problem and environmental crisis. The data were collected through library method using recording technique. The data were analyzed by interpretation and understanding using content analysis technique. The theory used was the theory of conflict and ecocriticism. The result indicates that tourism is gradually destroying agricultural soils in Bali and therefore causing the number of environmental conflicts in Bali to grow. Meanwhile, the environmental crisis in Bali is the central issue in the use of the environment and the conservation of soil as a natural element. Thus, the presence of literature, especially poetry, is a social portrait of the environmental condition existing in Bali. Key Words poetry, land problem, crisis, environmentLiterature has served two roles since antiquity. To some, it is art for art's sake and to others; it is the mirror of contemporary society. Great literature is always built upon these two concepts. Down the ages critics have analyzed several contemporary issues of literary values like Classicism, Neoclassicism, Romanticism, Marxism, Modernism, Postmodernism, Deconstruction, Post-colonialism, and Feminism and so on. But literary studies for a long time did not pay any attention to a serious issue, which is the environmental concern as represented in literature. The world has suffered a lot from global ecological crisis mostly due to human atrocities on nature. So literature cannot turn its face away from this. Towards the end of the previous century, a new area of studying literature came into existence. It is a scholarly approach to studying nature writing which is popularly known as ecocriticism. This environmentally oriented study of literature is also known as Environmental Literary Criticism, Green Studies etc. The present article seeks to explore the several Ecocritical issues as represented in the great nature novel, Aranyak Of the Forest by one of the major Bengali novelists named Bibhutibhushan Bandyopadhyay whose works have often been translated into English. The present work will try to investigate how this long prose narrative can lead to the self-realization of a city dweller about his sin of deforestation although he had not any love for forest life in the beginning of the novel. As the novel progresses, we see a gradual change in his attitude to nature. His initial 'ego-consciousness' yields place to his 'eco-consciousness' at the end. Human nature interconnection which is the very basis of Ecocriticism is paramount in the novel. Juanda JuandaThe issue which are related with environment, especially in Indonesia such as, cloud, smoke, and illegal logging. They can make some effects in the forest and industrial sectors. Indonesia literary works are from classic until now that express the imaginative of the authors as a form of natural beauty. In the long time ago Indonesian authors always care the nature. This care is seen from the background of nature and its content in the local literary, such as forest, mountain, river, plant, tree, and animal being in the world. The objective of this study is to analyze the value of environmental education in the children literary, and is application to the learners. This study applied descriptive qualitative. The technique used in this study is content analysis with ecocriticsm approach. The source of data consists of three children literary, they are Legenda Batu Bagaung from Kalimantan Tengah, Asal Mula Hama from Bali, Kisah Yongker Penebang Kayu from Maluku. The data analysis is conducted by reading the children literary text and identify word, phrase, clause, and sentences that have values of the environmental education. The result of this study shows that in the children literary has values of environment education, such as illegal logging, river water vollution, sea water vollution and its application in the environmental education such as awareness, knoweledge, attitudes, skills, and participation. Key Words ecocritic, children literary, learner, and environmental education Kevser ateĹźThe Word for World is Forest is one of the contemporary science fiction novellas that focuses on the possible catastrophic results of anthropocentric attitude of people towards nature in the future. Athshean people seem to have built the perfect future that nature lovers want to achieve, but this dream world faces some unpredictable nightmares when they meet yumens which they call people coming from earth. Though this novella is known to be Ursula K. Le Guin’s way of reacting against Vietnam war through the example of greedy, cruel and violent military attacking on the innocent people of the new planet they have discovered, this study aims to analyse this work from an ecocritical perspective as it shows a great contrast between yumens that have turned their world into a desert after long years of insensible consumption of its natural resources and Athshean people who have succeeded in building a balance between their culture and nature. Instead of learning from these peaceful people who have established a community without disturbing the balance of nature, military people keep cutting trees and enslaving natives as they did in their previous planet without regarding the failure they had in the end. In order to protect their planet, Athshean people who have never experienced such violence in their towns before which are governed by women, decide to attack them under the guidance of Selver, who has escaped from yumens enslaving him. The Word for World is Forest illustrates what we may encounter in the future if the social and ecological consequences of our interaction with nature are not given enough consideration ecocriticism thinking with earth, air, water, and fire , edited by Jeffrey Jerome Cohen and Lowell Duckert, Minneapolis and London, University of Minnesota Press, 2016, ii + 340 pp., US$ hardback, ISBN 978-0-8166-9307-8, US$ paperback, ISBN 978-0-8166-9306-2Gillian Rudd
Tatakrama agar tulisan kita di muat adalah setiap kita mengirim artikel baik ke majalah, koran sebaiknya didahului dengan surat pengantar dari penulisnya jangan lempar artikel begitu saja karena tidak sopan. Susunan saat kita mau mengirim naskah ke redaksi koran atau majalah terdiri dari:] 1. Kata pengantar 2. Naskah yang kita buat 3
Ilustrasi mengerjakan karya ilmiah. Foto karya ilmiah menjadi hal yang sudah biasa dilakukan para pelajar, terutama di perguruan tinggi. Dalam menuliskan karya ilmiah, terdapat beberapa hal yang harus dicantumkan, salah satu di antaranya adalah daftar pustaka. Untuk menuliskan daftar pustaka terbilang susah-susah gampang. Sebab, tidak semua sumber penulisnnya sama. Nah, bagi Anda yang sedang mencari cara menulis daftar pustaka dari koran, jurnal, dan majalah, simak penjelasannya di bawah Menulis Daftar Pustaka dari Koran, Jurnal, dan Majalah dengan TepatDaftar pustaka merupakan sebuah penghargaan terhadap sumber yang kita kutip. Sehingga, dalam menuliskan sebuah karya ilmiah diwajibkan untuk mencantumkan tulisan yang berasal dari sumber yang yang dijelaskan oleh Mukodas dalam buku Bahasa Indonesia Cendekia 2020112, daftar pustaka adalah rujukan dari sebuah penelitan. Sehingga, penelitian yang seseoran lakukan teruji Daftar PustakaMenuliskan daftar pustaka pada sebuah karya ilmiah memiliki bebebrapa manfaat, di antaranyaMenghindari PlagiatismePenulisan daftar pustaka pada sebuah karya ilmiah merupakan cara untuk meminimalisir tindakan plagiatisme atau penjiplakan terhadap karya orang. Hal ini dikarenakan penulisan karya ilmiah banyak menggunakan opini atau karya orang Karya IlmiahBagi orang-orang yang masih awam atau baru menulis karya ilmiah, daftar pustaka dapat menambah validitas penulisan. Sebab, kutipan yang diambil berasal dari orang-orang yang ahli ataupun berdasarkan kejadian yang pernah Pembaca Mengetahui Sumber Secara LengkapBanyak orang yang mencari informasi dari karya ilmiah. Tak jarang, mereka menginginkan informasi lebih lanjut terkait kutipan yang telah dibuat, teruama orang-orang yang akan membuat karya ilmiah baru. Adanya daftar pustaka dapat membatu pembaca dalam mencari sumber menuliskan daftar pustaka dalam karya ilmiah. Foto disarankan untuk menggunakan referensi seperti buku, namun kita juga dapat menggunakan referensi dari koran, jurnal, maupun penulisan daftar buku menggunakan istilah Natajukopet atau Nama – tahun – judul buku – kota terbut – dan penerbit. Maka cara untuk menuliskan daftar pustaka dari sumber koran, jurnal, maupun majalah sedikit berbeda, yakniNama. tahun terbit. “judul artikel cetak miring” nama koran, jurnal, atau majalah hal. tanggal penerbitanMrad, Mary 2022. Childhood Partnership. DailyMail. Hal. 41. 20 Agustus 2020Apabila sumber berasa dari koran atau majalah yang tidak diketahui siapa pengarangnya, maka format penulisnnya adalahNama Penerbit. Tanggal Terbit. “Judul Artikel”. Umum. 22 Juni 2021. “Pesona Perairan Mentawai”. Hal. dia cara menuliskan daftar pustaka yang bersumber dari koran, jurnal, maupun, majalah agar karya ilmiah yang Anda buat terbebas dari plagiatisme. Semoga informasi di atas bermanfaat.MZM
Sedangkandari neliti.com, sebuah repositori ilmiah Indonesia, mengindeks 2.269 jurnal serta makalah dan artikel ilmiah lainnya dari berbagai lembaga penelitian dan universitas di Indonesia. Salah satu hasil yang bisa ditemukan di sana adalah artikel lingkungan hidup yang bisa dipakai untuk referensi penelitian atau kebutuhan data primer dan fakta.
Kalau kalian pernah membaca koran atau majalah, baik itu cetak atau di internet, mungkin kalian menyadari bahwa artikel-artikel berita dibagi menjadi kanal-kanal tertentu. Ada berita nasional, ekonomi, politik, hukum, opini, dan lain-lain. Banyak dari pemberitaan yang menyajikan fakta-fakta atas peristiwa terbaru, sementara kanal opini, seperti namanya, menampilkan esai berupa pandangan tokoh-tokoh tertentu terhadap suatu hal. Tapi, apakah kalian pernah membaca artikel editorial atau teks editorial? Lho, memangnya beda ya dengan berita-berita biasa atau opini? Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, yuk kita bahas mengenai teks editorial! Definisi Teks Editorial Teks editorial adalah artikel yang ditulis oleh redaktur perusahaan media, baik itu koran maupun majalah, yang mencerminkan pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual. Jadi, bisa dikatakan kalau artikel editorial menyerupai opini, tapi mewakili satu redaksi media. Tujuan dari teks ini adalah mengajak pembaca untuk berpikir tentang topik yang sedang terjadi saat ini di masyarakat. Artikel editorial juga ditulis untuk memberikan sudut pandang yang berbeda kepada pembaca karena memberikan informasi yang dapat merangsang pikiran dan menggerakkan pembaca untuk bertindak. Baca juga Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Fabel Beberapa fungsi dari teks ini adalah untuk menjelaskan sebuah peristiwa dan dampaknya terhadap masyarakat. Kemudian, teks ini juga memberikan latar belakang dari kejadian tertentu sesuai dengan fakta di lingkungan sosial dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Lewat teks ini, redaksi mampu menyajikan analisis kondisi atau data pendukung untuk mempersiapkan masyarakat atas segala kemungkinan yang dapat terjadi. Terakhir, artikel editorial juga digunakan untuk memberikan penilaian moral mengenai isi dari suatu berita. Ciri-Ciri Ada beberapa hal yang membedakan teks editorial dengan artikel berita lainnya. Pertama adalah teks ini berisi opini penulis, biasanya disusun oleh pimpinan redaksi, tentang peristiwa yang sedang hangat di kalangan masyarakat. Kedua, teks ini berisi ulasan mengenai suatu permasalahan. Ketiga, artikel ini membahas berita yang berskala nasional. Tapi, tidak jarang pula teks editorial membahas peristiwa internasional jika memberikan dampak secara nasional. Terakhir, pikiran subjektif redaksi tertuang ke dalam teks tersebut. Teks editorial biasanya terbit secara berkala, sesuai dengan medianya. Ada yang menerbitkan editorial tiap hari seperti di koran, ada pula yang mingguan ataupun bulanan seperti di majalah. Isi dari teks ini berkaitan erat dengan kebijakan dan identitas perusahaan media yang menerbitkan, sehingga tiap media bisa memiliki sikap yang berbeda terhadap suatu peristiwa. Please follow and like us Kelas Pintar adalah salah satu partner Kemendikbud yang menyediakan sistem pendukung edukasi di era digital yang menggunakan teknologi terkini untuk membantu murid dan guru dalam menciptakan praktik belajar mengajar terbaik. Related TopicsArtikelBahasa IndonesiaBeritaEditorialKelas 12KoranMajalahTeks Editorial
EUWQ. o0300wsm0v.pages.dev/103o0300wsm0v.pages.dev/167o0300wsm0v.pages.dev/33o0300wsm0v.pages.dev/356o0300wsm0v.pages.dev/61o0300wsm0v.pages.dev/186o0300wsm0v.pages.dev/281o0300wsm0v.pages.dev/178o0300wsm0v.pages.dev/243
carilah lima tulisan dari koran atau majalah mengenai lingkungan