TeoriE.W. Burgess (Konsentris Struktur Kota) Menurut Teori Konsentris (Burgess,1925) DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.
Zona Geografi - Struktur Ruang Kota - Unsur pembentuk struktur tata ruang kota terdiri dari pusat kegiatan, kawasan fungsional, dan jaringan jalan. Kota atau kawasan perkotaan pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem spasial, yang secara internal mempunyai unsur-unsur yang menjadi pembentuknya serta keterkaitannya satu sama lain. Kota sebagai suatu sistem/tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak, yang mencirikan kawasan dengan kegiatan utama bukan pertanian. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota adalah unsur-unsur pembentuk kawasan perkotaan secara hierarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang kota. Wujud struktural pemanfaatan ruang kota di antaranya meliputi hierarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, seperti pusat kota, pusat bagian wilayah kota, dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan sistem prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal. Kota berawal dari sebuah pemusatan penduduk di suatu area. Dengan akal dan pikiran manusia untuk bertahan hidup, terjadi perkembangan di area tersebut yang sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah kota. Terdapat berbagai penggunaan tanah yang menunjang aktifitas penduduk. Susunan berbagai penggunaan tanah sebagai komponen – komponen kota kemudian dilihat sebagai sebuah susunan pembentuk kota yang dikenal dengan struktur kota. Studi – studi mengenai geografi perkotaan, terutama struktur kota telah diuraikan oleh beberapa ahli, antara lain Teori Konsentris Concentric Theory oleh Ernest mengenai teori struktur kota dan perkotaan pertama yang dipublikasikan ialah penelitian yang dilakukan oleh Park dan Burgess. Dalam periode tahun 1920-an, Robert E Park bersama dengan Ernest W Burgess melakukan penelitian dengan kota Chicago Amerika serikat sebagai fokus utamanya. Mengadopsi teori evolusi Darwin, dimana kompetisi menjadi hal utama, Park dan Burgess menyatakan bahwa perebutan sumberdaya urban, terutama tanah, akan menuju pada kompetisi di antara kelompok sosial dan yang lebih besar berpengaruh pada pembagian ruang kota ke dalam “ area alami “, dimana manusia dengan karakteristik sosial yang sama akan menempati ruang yang sama pula. Pertarungan untuk mendapatkan tanah dan sumberdaya lain akan berujung pada deferensiasi spasial dari ruang kota menjadi zona – zona yang memiliki kesamaan karakteristik, dengan area ideal memiliki harga tanah yang lebih tinggi. Ketika kotanya semakin makmur, penduduk dan kegiatan perekonomian semakin bergeser keluar dari pusat kota. Menurut suatu kota dibagi menjadi lima zone konsentris yaitu Central Business District CBD atau Daerah Pusat Kegiatan Merupakan daerah yang merupakan pusat dari segala kegiatan kota berfungsi sebagai fokus kegiatan perdagangan, perekonomian, kemasyarakatan, sosial budaya dan teknologi. Zona ini terdiri dari bangunan yang menunjang perdagangan, toko, swalayan, bank, hotel, perkantoran. Transtition Zone atau Daerah peralihan Merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan terus menerus dan bertambah besar penurunannya. Daerah ini berupa kawasan perindustrian, diselingi oleh rumah pribadi yang kuno. Banyak di antaranya telah diubah dari perkantoran dan pertokoan atau dibagi – bagi menjadi kawasan perumahan berukuran relatif sempit Zone ini setelah kemudian bangunannya bobrok dimanfaatkan oleh para imigran baru sebagai natural area, yaitu pemukiman kaum miskin sehingga timbullah daerah pemukiman kumuh slum area , yang semakin lama menjadi daerah miskin areas of proverty , disitulah biasanya berpusat pula kenakalan remaja, kejahatan, dan lain sebagainya. Low Class Residential Homes atau Zone Pemukiman Buruh Rendahan Merupakan zona yang berfungsi sebagai pemukiman bagi pekerja – pekerja, antara lain oleh pekerja pabrik, dan industri yang diantaranya adalah pedatang – pendatang baru dari zona peralihan, sekalipun penduduknya masih masuk dalam kategori “ low-medium status. Zona ini dijadikan pilihan sebagai tempat tinggal karena lokasinya yang berdekatan dengan lokasi temat kerja. Zone of better resident atau Zona Pemukiman Buruh Menengah Merupakan zone yang dihuni oleh penduduk yang berstatus ekonomi menengah hingga tinggi. Kondisi ekonomi mereka pada umumnya stabil sehingga lingkungan pemukimannya menunjukkan derajat keteraturan yang cukup tinggi. Fasilitas pemukiman terencana dengan baik, sehingga kenyamanan tempat tinggal dapat dirasakan pada zona ini. Commuters zone atau zona penglaju Timbulnya penglaju merupakan suatu akibat adanya proses desentralisasi pemukiman sebagai damak sekunder dari aplikasi teknologi di bidang transportasi dan komunikasi. Di daerah pinggiran kota mulai bermunculan perkembangan pemukiman baru yang berkualitas tinggi sampai kualitas mewah. Kecenderungan penduduk untuk memilih zona ini didorong oleh kondisi lingkungan daerah asal yang dianggap tidak nyaman dan tertarik oleh kondisi lingkungan zona ini yang menjanjikan kenyamanan hidup yang jauh lebih baik, bebaspolusi, tinggal dengan aman dan nyaman, namun dengan konsekuensi lebih jauh dari tempat bekerja. Pada zone ini, alamnya masih terbuka luas, perumahan – perumahan banyak diselingi suasana pedesaan dan kawasan orang kaya itu berfungsi sebagai kota kecil utuk beristirahat atau tidur malam dormitory towns . Perlu diingat bahwa teori konsentris merupakan model yang ideal yang hanya dapat diterapkan di negara Barat yang maju, ditambahkan oleh Burgess lokasinya di kawasan dimana tidak ada faktor opposing pelawan seperti topografi yang menghambat transportasi dan rute yang merugikan komunikasi. Dalam kenyataannya zona – zona konsentris itu tidak dapat ditemukan dalam bentuk yang Sektoral Sectoral Theory Homer Hoyt pada tahun 1939 memperkenalkan teori sektoral untuk mengatasi ketidaksesuaian terhadap teori konsentris yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Burgess. Pemikiran teori ini merupakan perkembangan dari teori konsentris, yang ditandai dengan beberapa kesamaan, seperti terdapat central bussiness district CBD yang berfungsi sebagai pusat kota dan beberapa zona yang mengelilinginya. Namun zone dalam teori ini tidaklah melingkar keluar, namun masih dalam jarak yang sama dari pusat kota atau CBD. Menurut teori sektoral, unit-unit kegiatan di perkotaan tidak mengikuti zona-zona teratur secara konsentris, tetapi membentuk sektorsektor yang sifatnya lebih bebas. Dalam teori sektoral, Hoyt menggambarkan bahwa perkembangan kota dipengaruhi oleh faktor ketersediaan jaringan jalan atau aksesibilitas yag memadai seperti rel kereta api dan jalan raya. Dengan demikian sebuah kota seolah – olah terdiri dari masing – masing sektor yang mengalami perkembangan keluar. Penggunaan tanah yang membedakan teori sektoral dengan teori konsentris adalah keberadaan penggunaan tanah untuk industri, yang tidak dimiliki oleh teori konsentris. Menurut Hoyt, zona industri terletak di sepanjang jalur kereta, begitupun dengan zona pemukiman kumuh atau tempat tinggal buruh. Sementara zona perdagangan berada di daerah dengan harga tanah tertinggi, yaitu di pusat kota. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai rute dan moda transportasi menuju daerah perkotaan, seperti rel kereta api, dermaga atau pelabuhan bagi yang berbatasan dengan perairan , serta jalan raya yang menggambarkan mudahnya aksesibilitas. Dengan mudahnya aksesibilitas, maka suatu daerah menjadi strategis dan harga tanahpun akan menjadi mahal. Zona pemukiman menengah dan zona pemukiman atas akan berada menjauh dari kota, terletak di pinggiran kota untuk menghindari kemacetan, bising, dan polusi udara. Secara garis besar, pembagian teori sektoral menurut Hoyt sebagai berikut Central Bussines District atau Daerah Pusat Kegiatan Merupakan pusat daerah kegiatan yang merupakan inti kota. Industri / perdagangan Industri ataupun perdagangan mengikuti aliran sungai, jalur kereta api, jalan raya. Pekerja kelas bawah bekerja di daerah ini memproduksi barang kebutuhan kota. Low Class Residential atau Pemukiman Kelas Bawah Merupakan pemukiman pekerja kelas bawah, dekat dengan lokasi pabrik untuk mengurangi biaya transport. Tingkat polusi di daerah ini sangat tinggi dan lingkungan yang buruk karena pengaruh pabrik. Middle Class Residental atau pemukiman Kelas Menengah Merupakan zona pemukiman terluas, dihuni pekerja dengan taraf ekonomi menengah. Kondisi lingkukngan lebih baik karena agak jauh dari daerah pabrik. High Class Residental atau pemukiman Kelas Atas Merupakan zona pemukiman kelas atas, kondisi lingkungan sangat baik dan sarana transportasi sangat nyaman tanpa kemacetan. Akses menuju pusat kota sangat Inti Ganda Multiple Nuclei Theory Teori ini dikemukakan oleh Chauncy Harris dan Edward Ullman pada tahun 1945, yang kemudian lebih dikenal dengan teori HarrisUllman. Mereka berpendapat bahwa meskipun dalam suatu kota terdapat pola konsentris dan sektoral, namun kenyataannya lebih rumit dari apa yang sekedar diteorikan Burgess dan Hoyt. Harris dan Ullman menjelaskan, suatu kota bermula dari sebuah CBD atau pusat kota, namun dalam perkembangannya kota memiliki sub-pusat atau inti – inti baru sebagai dampak dari aglomerasi. Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus baru akan berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang fungsional dan membentuk struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan. Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, bandar udara, kompleks industri, pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dalam penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yang berdekatan dengan sarana transportasi. Perumahan baru mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan tempat pendidikan. Dalam teori ini tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral, walaupun CBD yang sebenarnya masih berfungsi sebagai pusat kota. Kegiatan – kegiatan yang memiliki kemiripan akan berlokasi dalam satu area dan menciptakan subpusat dalam suatu kota, sehingga memiliki kesan terbentuk “ inti-inti “ baru bagi masing – masing area. Berikut penjelasan mengenai masing-masing zona dalam teori pusat kegiatan berganda Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan Seperti halnya teori konsentris dan sektoral, zona ini berupa pusat kota yang menampung sebagian besar kegiatan kota. Zona ini berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat district spesialisasi pelayanan, seperti “retailing” distrik khusus perbankan, theater dan lain-lain. Industri Ringan Oleh karena keberadaan fungsi sangat membutuhkan jasa angkutan besar maka fungsi ini banyak mengelompok sepanjang jalan kereta api dan dekat dengan CBD. Zona ini tidak berada di sekeliling zona CBD tetapi hanya berdekatan saja. Sebagaimana “wholesale”, “Light manufacturing” yaitu transportasi yang baik, ruang yang memadai, dekat dengan pasar dan tenaga kerja. Pemukiman Kelas Rendah Permukiman memang membutuhkan persyaratan khusus. Dalam hal ini ada persaingan mendapatkan lokais yang nyaman antara golongan berpenghasilan tinggi dengan golongan yang berpenghasilan rendah. Hasilnya sudah dapat diramalkan bahwa golongan tinggi akan mendapatkan daerah yang nyaman dan golongan rendah akan memperoleh daerah yang kurang baik. Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk permukiman sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah dan permukimannya juga relatif lebih jelek dari zona pemukiman kelas menengah. Zona ini dekat dengan pabrik-pabrik, kalan kereta api dan drainase jelek. Pemukiman Kelas Menengah Zona ini tergolong lebih baik dari pada zona pemukiman kelas rendah baik dari segi fisik maupun penyediaan fasilitas kehidupannya. Penduduk yang tinggal disini pada umumnya mempunyai penghasilan lebih tinggi dari pada penduduk zona pemukiman kelas rendah. Pemukiman Kelas Atas Zona ini mempunyai kondisi paling baik untuk permukiman dalam artian fisik maupun penyedian fasilitas. Lingkungan alamnya pun menjajikan kehidupan yang tenteram, aman, sehat dan menyenangkan. Hanya golongan penduduk yang berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki lahan dan rumah disini. Lokasinya relatife jauh dari CBD, industri berat dan ringan, namun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari didekatnya dibangun Business District baru yang fungsinya tidak kalah dengan CBD. Pusat-pusat baru seperti kampus, pusat rekreasi, taman-taman sangat menarik perkembangan permukiman menengah dan tinggi. Heavy Manufacturing atau Industri Berat Zona ini merupakan konsentrasi pabrik-pabrik besar. Berdekatan dengan zona ini biasanya mengalami berbagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran udara, kebisingan, kesemerawutan lalu lintas dan sebagainya, sehinnga untuk kenyamanan tempat tinggal tidak baik, namun di daerah ini terdapat berbagai lapangan pekerjaan yang banyak. Adalah wajar apabila kelompok penduduk perpenghasilan rendah bertempat tinggal dekat dengan zona ini. Business District atau kawasan Bisnis Pinggiran Kota Zona ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zona pemukiman kelas menengah dan pemukiman kelas atas dan sekaligus akan menarik fungsi-fungsi lain untuk berada di dekatnya. Sebagai salah satu pusat nuclei zona ini akan menciptakan suatu pola tata ruang yang berbeda pula, sehingga tidak mungkin terciptanya pola konsentris, tetapi membentuk sebaran “cellular” lagi sesuai dengan karakteristik masing-masing. Pemukiman pinggiran atau zona penglaju Zona ini membentuk komunitas tersendiri dalam artian lokasinya. Penduduk disini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan zona ini semata-mata digunakan untuk tempat tinggal. Walaupun demikian makin lama akan makin berkembang dan menarik fungsi lain juga, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain-lain. Proses perkembangannya akan serupa dengan kota lama. Kawasan Industri Luar Kota Sebagaiman perkembangan industri-industri lainnya unsur transportasi selalu persyaratan untuk hidupnya fungsi ini. Walaupun terletak di daerah pinggiran zona ini dijangkau jalur transportasi yang memadai. Sebagai salah satu pusat nuclei pada perkembangan selanjutnya dapat menciptakan pola-pola persebaran keruangannya sendiri dengan proses serupa. 5 Zona kmuter atau penglaju, terdiri dari daerah pinggiran dan kota-kota satelit. Zona ini merupakan pengembangan dari suatu kota Gambar 1.18 Teori konsentris b. Teori Sektoral, teori ini dikembangkan pada tahun 1930 oleh Homer Hoyt, seorang ahli ekonomi. Struktur keruangan teori sektor adalah sebagai berikut. Manusia sebagai makhluk sosial sudah tentu memerlukan interaksi baik sesama manusia maupun lingkungan di mana mereka berada. Interaksi yang dilakukan antara manusia dengan lingkungannya menciptakan beragam bentuk pola – pola penggunaan lahan yang cukup beragam. Keberagaman tersebut diakibatkan kondisi lahan yang berbeda – beda, sehingga manusia juga harus memperlakukan lahan tersebut dengan cara yang berbeda lahan untuk membentuk sebuah tata guna lahan harus memperhatikan terlebih dahulu berbagai macam aspek seperti sosial, ekonomi, kebudayaan, adat istiadat, hukum hingga kelembagaan yang nantinya akan berguna dalam membangun rencana tata ruang wilayah ke depannya. Termasuk jika ingin membangun tata ruang untuk wilayah kota yang sudah tentu lebih kompleks jika dibandingkan dengan yang berada di desa. Hingga muncullah berbagai macam teori mengenai struktur ruang kota seperti teori inti ganda, teori konsentris, teori sektoral dan lain sebagainya. Pada pembahasan kali ini akan dibahas secara mendalam mengenai salah satu teori struktur ruang yang banyak diterapkan di beberapa kota di dunia yaitu teori Teori KonsentrisTeori konsentris pertama kali dikemukakan oleh Ernest W. Burgess yang merupakan seorang sosiolog dari Amerika Serikat di mana saat itu melakukan penelitian pada kota Chicago di tahun 1920. Saat itu Burgess berpendapat jika kota Chicago sudah mengalami perkembangan dan juga pemekaran di beberapa wilayah seiring berjalannya waktu serta pertambahan penduduknya. Perkembangan tersebut terus meluas bahkan hingga ke daerah pinggiran. Ia menggambarkan jika pemekaran wilayah yang terjadi di kota Chicago mirip sebuah gelang yang konsentris bisa terjadi di beberapa kota lain seperti yang ada di London, Chicago, Kalkuta, dan Adelaide. Kota – kota tersebut mempunyai lingkungan yang sangat mudah dibangun jalur transportasinya. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri cukup sulit membangun kota dengan menerapkan teori konsentris, mengingat jika kontur alam di Indonesia tidaklah rata, ada banyak pengunungan, lembah hingga sungai serta beberapa daerah dipisahkan oleh lautan. Seperti yang kita ketahui kota merupakan suatu objek di mana di dalamnya terdapat masyarakat dengan kehidupan kompleks dan sudah mengalami proses interrelasi antar manusia dan juga manusia dengan Teori KonsentrisDalam teori konsentris terdapat sebuah ciri utama yaitu adanya kecenderungan, terutama di daerah yang berada di dalam cenderung akan memperluas untuk masuk ke dalam daerah berikutnya ke arah luar. Dalam prosesnya mengikuti sebuah urutan yang dikenal dengan nama rangkaian invasi. Cepat atau tidaknya perkembangan suatu kota tergantung dari laju pertumbuhan ekonomi dan penduduknya. Namun apabila jumlah penduduk cenderung mengalami penurunan, maka daerah yang berada di luar akan tetap sama sedangkan pada daerah transisi mengalami penyusutan ke arah dalam daerah pusat bisnis. Penyusutan yang terjadi di pada daerah pusat bisnis akan menciptakan sebuah daerah kumuh komersial serta perkampungan. Pada teori konsentrik terutama dalam aspek ekonomi, semakin dekat dengan pusat kota maka harga tanah akan semakin Zona Pada Teori KonsentrisBerdasarkan model konsentris yang dikemukakan oleh Burgess, perkotaan terbagi menjadi 5 zona yang melingkar dan berlapis – lapis yakniZona 1 Daerah pusat kegiatan Central Business DistrictZona 2 Zona peralihan Transition ZoneZona 3 Zona pemukiman pekerja Zone of working men’s homesZona 4 Zona pemukiman yang lebih baik Zona of better residencesZona 5 Zona para penglaju Zone of commutersUntuk zona 1 atau daerah pusat kegiatan adalah zona pusat kehidupan segala macam aspek seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak heran jika di dalam zona ini terdapat banyak bangunan utama untuk kegiatan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Tidak heran jika Burgess menyebut zona ini sebagai “The area of dominance”.Untuk menjelaskan teori konsentris, Burgess selalu menggunakan istilah ekologis seperti dominasi, invasi dan suksesi. Oleh McKenzie ekologis ini diperjelas lagi secara terperinci. Menurutnya invasi sendiri terbagi menjadi 3 tingkatan yaituInitial Stage tahap permulaanProses ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari suatu kelompok sosial kemudian memperoleh tantangan dari penduduk yang terkena dampak Stage tahap lanjutanPada tahan ini terjadi persaingan yang diikuti oleh proses displacement atau perpindahan, seleksi dan asimilasi. Pada kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi menuju wilayah lain yang lebih Stage tahap klimakJika sudah berada di wilayah atau daerah yang lemah tersebut maka muncul suksesi baru, pada proses ini sudah memasuki tahap proses ini terus berlanjut sehingga zona melingkar konsentris semakin melebar pada suatu kota. Proses berkembangnya hasil tersebut merupakan “Natural Area” yang memiliki keseragaman sifat untuk setiap zona. Untuk mempermudah penerapan teori konsentris bisa dilihat dari kota 1 Daerah Pusat BisnisSalah satu daerah pusat bisnis yang ada di Jakarta berada di Mangga 2 Town Square. Di sini banyak aktivitas perekonomian terjadi hampir setiap hari mulai dari perkantoran hingga pedagang kaki 2 Daerah PeralihanBisa dikatakan jika daerah ini merupakan tempat bagi orang – orang yang tidak memiliki tempat tinggal, seperti pengemis yang tinggal di bawah jembatan. Sudah dipastikan jika lingkungan di sana jauh dari kata layak dan sehat untuk dijadikan tempat 3 Daerah Pemukiman PekerjaPara pekerja yang bekerja di daerah sekitar Menteng di Jakarta Pusat biasanya akan memilih tempat tinggal yang sederhana atau tidak jauh dari tempat kerjanya. Karena ini disesuaikan dengan pendapatan atau upah yang mereka peroleh dan kemampuan mereka untuk menyewa tempat tinggal 4 Daerah Pemukiman Yang Lebih BaikBerbeda dengan zona 3, daerah pemukiman di sini lebih baik dan biasanya berada di wilayah kompleks perumahan seperti di Kelapa Gading. Di kompleks perumahan ini hanya ditempati oleh golongan dengan panghasilan menengah ke atas seperti 5 Daerah Para PenglajuBiasanya daerah ini berada di luar wilayah Jakarta seperti Tangerang dan Depok. Kedua tempat tersebut mempunyai jumlah penduduk yang cukup padat dengan keragaman jenis pekerjaan serta kualitas tempat tinggal yang berbeda pula tergantung dari tingkat pendapatan. Tidak heran jika memasuki jam kerja seperti pagi dan sore, kemacetan lalu lintas tidak dapat penjelasan mengenai teori konsentris. Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan tentang tata ruang kota berdasarkan teori konsentris.
Нтխцоሆዢкл ωՇωμጇጾև υзሚчирጩрсеΠևγጧ едапрωбθ
Φፒ криջоф ሑоζቻзиኙθлΙ ձучυмуτебрርше վеበዘтроνωл ራዝግοфቄ
ሌоቡ псቆሃጾζ шижаИщиፗоγ րαзва ጅսецኯдοшաро вугам
ጽащቇτ խфеΑመሗցեсвиሎ πэСлօղущора ρабեйաዢθδ ሆσиζխвсυпо
Ցιгθфո ዧዤηθጂВεጌи уጋахрեмዠСιሮо ռኯδеք
Beberapasarjana yang berkiprah pada studi kekotaan ini sudah berusaha mengadakan uraian tentang letak & bentuk wilayah permukiman pada kota secara ideal Ernest W.Burgess, mengenai urban areas yg dikenal dengan teori pola zone konsentris. Dalam teori tadi dinyatakan bahwa daerah kekotaan dapat dibagi pada lima (5) zone, yaitu :
Teori Konsentris, Sektoral, & Inti Ganda – Pengantar Menurut sejarahnya, lahirnya suatu kota dikarenakan adanya urbanisasi dari akibat pertumbuhan penduduk, peningkatan kebutuhan, dan pesatnya iptek sehingga bermunculan permukiman-permukiman baru. Kota dapat dikatakan sebagai suatu lokasi yang memiliki pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di belakangnya. Struktur ruang kota didasarkan pada keanekaragaman penggunana lahan sebagai cerminan dari variasi kebutuhan warganya. Hal ini dikarenakan industri yang menjadi tolak ukur dalam pembentukan struktur kota. Terdapat 3 macam teori struktur ruang kota, yaitu teori konsentris, teori sektoral, dan teori inti ganda. Teori Konsentris Ernest W. Burgess melakukan penelitan untuk Kota Chicago pada tahun 1923. Hasil menunjukkan bahwa perkembangan Kota Chicago membentuk sebuah pola penggunaan lahan yang konsentris dengan fungsi yang berbeda-beda. Teori konsentris meyakini bahwa perkembangan kota dimulai dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh dari pusat akibat peningkatan penduduk. Interaksi antara penggunaan lahan dan manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, ataupun politik membentuk beberapa zona konsentris. Kekurangan dari teori konsentris adalah tidak berlaku di negara selain Amerika Serikat. Contoh kota dengan teori konsentris adalah Chicago, London, Kalkuta, Adelaide, dan sebagian besar kota-kota di Indonesia. Asumsi Teori Konsentris Populasi dengan sosial budaya yang heterogen Industri komersil menjadi basis ekonomi Persaingan ruang untuk zona ekonomi dan ruang pribadi private ownership Perluasan area dan peningkatan populasi kota Transportasi dinilai mudah, cepat, dan murah di setiap zona kota Pusat kota untuk pusat kegiatan ekonomi sehingga ruang di dekat pusat menjadi terbatas dan bernilai tinggi Susunan Ruang Kota Teori Konsentris 1. Zona Pusat Kegiatan Central District Business Ciri-ciri Inti kota Intensitas yang tinggi untuk kegiatan komersil dan pemerintahan gedung perkantoran, pertokoan, dan lain-lain Nilai harga jual atau sewa tanah tinggi Populasi untuk permukiman sangat sedikit Aksesibilitas mudah dan laju orang masuk/keluar jumlahnya besar setiap harinya 2. Zona Peralihan Transition Zone Ciri-ciri Terikat dengan Zona Pusat Kegiatan Populasi penduduknya heterogen dan tidak stabil baik di permukiman atau kegiatan sosial ekonomi Daerah dengan berpenduduk miskin Kualitas lingkungan permukiman memburuk -> sering ditemukan daerah slum atau permukiman penduduk kumuh Dapat diubah menjadi komplek industri manufaktur, perhotelan, apartemen, dan lain-lain -> untuk rencana pembangunan kota Tingkat kejahatan dan penyakit tertinggi di kota 3. Zona Permukiman Kelas Proletar Low-Class Residential atau Workingmen’s Homes Ciri-ciri Kondisi permukimannya lebih baik -> umumnya rumah-rumah kecil atau rumah susun Populasi penduduknya merupakan para pekerja dengan berpenghasilan kecil buruh Transportasi dapat dikatakan masih relatif mudah dan murah menuju tempat bekerja 4. Zona Kelas Menengah Medium-Class Residential Zone Ciri-ciri Permukiman untuk para pekerja dengan berpenghasilan menengah Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan kelas proletar -> permukiman horizontal ataupun permukiman vertikal apartemen Lokasinya strategis dengan pusat perbelanjaan sudah hampir sama kondisinya dengan yang berada di pusat kota 5. Zona Penglaju Commuters Zone Ciri-ciri Memasuki daerah belakang hinterland -> daerah batas desa – kota Penduduknya tinggal di pinggiran kota tetapi bekerjanya di kota Biaya transportasi relatif tinggi menuju CBD dibandingkan dengan zona lain Pendapatan penduduknya relatif tinggi Sumber gambar Andrews, 1981 Teori Sektoral Kritik pertama mengenai teori konsentris dilakukan oleh Hoomer Hoyt 1939. Penelitian yang dilakukan oleh Hoyt berdasarkan akan pemetaan rata-rata nilai sewa permukiman untuk setiap blok di setiap kota. Asumsi yang digunakan adalah adanya variasi penggunaan lahan di sekitar pusat kota CBD Zone, lalu berkembang dan masing-masing meluas ke zona lain. Pengelompokkan penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue tar dan sifatnya lebih bebas. Hoyt juga mengungkapkan bahwa persaingan spasial bukan satu-satunya sumber perkembangan kota, tetapi juga faktor kondisi geografis, rute transportasi, dan kekerabatan sosial. Kelemahan teori ini adalah mengabaikan jenis penggunaan lahan lain selain permukiman. Contoh kota dengan teori sektoral antara lain California, Alberta, Boston, dan Calgary. Asumsi Teori Sektoral Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah tinggi biasanya terletak di luar kota Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah rendah merupakan jalur-jalur yang memanjang dari pusat ke perbatasan kota Zona pusat sebagai daerah pusat kegiatan Susunan Ruang Kota Teori Sektoral Zona I Pusat Kota Central District Business, meliputi perkantoran, pusat perbelanjaan, dan lain-lain Zona 2 Daerah Manufaktur, terdapat Kawasan industri ringan dan perdagangan Zona 3 Permukiman Kelas Rendah, berada di dekat pusat kota dan terdapat kawasan murbawisma tempat tinggal kaum buruh Zona 4 Permukiman Kelas Menengah, berada agak jauh dari pusat kota atau sektor industri dan terdapat kawasan madyawisma tempat tinggal kaum menengah Zona 5 Permukiman Kelas Atas, terdapat kawasan adiwisma tempat tinggal kaum atas Sumber gambar Andrews, 1981 Teori Inti Ganda Teori konsentris dan sektoral mendapat kritikan yang dikemukakan oleh Chauncy Harris dan Edward L. Ullman 1945. Mereka berpendapat bahwa teori struktur ruang kota tidak sesederhana seperti teori-teori sebelumnya. Teori inti ganda merupakan hasil dari pengamatan yang menunjukkan bahwa sebagian kota besar tidak tumbuh hanya dengan satu inti, melainkan adanya beberapa inti yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang fungsional dan keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan. Harris dan Ullman juga berpendapat bahwa perkembangan kota juga melihat kepada situs kota dan sejarahnya sehingga tidak ada urutan yang teratur. Asumsi Teori Inti Ganda Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan beberapa inti CBD adalah sebagai berikut. Perbedaan akan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, misalnya kegiatan industri Aktivitas yang serupa dapat dikelompokkan bersama untuk keuntungan ekonomi sehingga munculnya beberapa zona khusus untuk perekonomian Aktivitas perekonomian dan nilai pendapatan yang berbeda menyebabkan adanya pemisahan zona untuk tempat tinggal Susunan Ruang Kota Teori Inti Ganda Zona 1 Pusat Kota atau CBD Zona 2 Daerah Grosir dan Manufaktur, digunakan untuk kawasan niaga dan industri ringan Zona 3 Permukiman Kelas Rendah, digunakan untuk kawasan murbawisma Zona 4 Permukiman Kelas Menengah, digunakan untuk kawasan madyawisma Zona 5 Permukiman Kelas Tinggi, digunakan untuk kawasan adiwisma Zona 6 Daerah Manufaktur Berat, sebagai pusat industri berat Zona 7 Daerah Luar CBD, pisat niaga lain di pinggiran kota Zona 8 Permukiman Suburban, merupakan upakota untuk kawasan madyawisma dan adiwisma Zona 9 Daerah Industri Suburban, merupakan upakota untuk kawasan industri Sumber gambar Andrews, 1981 Artikel Teori Konsentris, Sektoral, & Inti Ganda Kontributor Dema Amalia, Alumni Geografi FMIPA UI
1 Teori Concentric (Burgess) Burgess mengemukakan bahwa kota-kota berawal dari sebuah pusat yang kemudian meluas dari pusat itu sendiri. Yang kemudian nantinya secara luas bertahap penduduk mulai berdatangan atau menempati wilayah perluasan tersebut. Struktur kota yang demikian akan berupa beberapa zona-zona yang terkonsentrasi pada suatu pusat.
Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Geografi ★ Ujian Tengah Semester 2 Genap UTS MID Geografi SMA Kelas 12Dalam teori konsentris, inti kota merupakan zona…. a. pusat daerah kegiatan b. peralihan c. permukiman kelas pekerja/buruh d. permukiman kelas menengah e. penglajuPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Peta, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis SMA Kelas 10Sistem Informasi Geografis SIG bermanfaat untuk pengamatan dalam bidang nonfisik. Salah satunya dalam bidang sosial, yaitu…A. prediksi daerah dengan penduduk miskinB. strategi mengurangi angka pengangguranC. inventarisasi data pengembangan sekolahD. perencanaan pembangunan industriE. penentuan kelas kemampuan lahanCara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang tersedia. Materi Latihan Soal LainnyaBumi dan Bulan - IPA SD Kelas 4Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme Belanda - Sejarah SMA Kelas 11PTS Semester 1 Ganjil PPKn SD Kelas 6Listrik Statis - IPA SMP Kelas 9PAT Bahasa Inggris SD Kelas 2Tema 6 Subtema 1 Pembelajaran 5 SD Kelas 3PKn Tema 1 SD Kelas 6Geografi SMA Kelas 12Tema 8 Subtema 3 SD Kelas 5Bahasa Indonesia Tema 3 SD MI Kelas 5 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
Teoriini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD
Tempat tinggal manusia umumnya terbagi menjadi dua macam permukiman, yakni desa dan kota. Di artikel Geografi kelas 12 ini, mari kita pelajari tentang pola keruangan kota! — Halo, teman-teman! Apa yang pertama kali ada di benakmu ketika mendengar sebutan “kota”. Apakah kamu membayangkan gedung-gedung pencakar langit, suasana ramai, dan sibuk, serta segala sesuatu yang teknologinya maju? Jika iya, maka apa yang kamu bayangkan cukup akurat, nih! Selain hal-hal tersebut, ada banyak cara dan istilah untuk menjelaskan apa itu kota, termasuk pola keruangan kota itu sendiri yang kita pelajari dalam pelajaran Geografi. Nah, sudah siap buat belajar hari ini? Yuk, simak terus, ya! Pengertian Kota Apa itu kota? Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial-ekonomi yang heterogen, dan kehidupan materialistis. Kota juga dijelaskan oleh seorang arsitek dari Polandia bernama Amos Rapoport, sebagai suatu permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang terdiri dari kelompok individu-individu heterogen dari segi sosial. Selain dari pendapat ahli, Pemerintah Indonesia juga menjelaskan mengenai kota dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Kota dijelaskan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Baca juga Macam-Macam Perencanaan Tata Ruang dan Tujuannya Ciri-Ciri Kota Berbicara tentang segala sesuatu yang membedakan kota dengan wilayah lainnya, Kota juga memiliki ciri-ciri khusus, nih. Sama seperti desa, ada dua kategori besar untuk mengidentifikasi suatu wilayah sebagai kota, yakni ciri fisik dan ciri sosial. Ciri Fisik Kota Ciri fisik kota dapat dilihat dari fasilitas yang lazim ditemui di wilayahnya. Fasilitas tersebut berupa sarana yang menunjang kehidupan penduduknya. Beberapa contohnya, yakni Tempat parkirSebagai sarana penunjang mobilitas penduduk yang memiliki alat transportasi pribadi. Pusat keramaianSebagai lokasi atau ruang bagi berkumpulnya warga-warga di kota. Tempat ini menjadi pusat kegiatan sosial atau acara baik formal maupun nonformal. Contohnya seperti alun-alun, mall, dan beberapa tempat unik untuk berkunjung Sarana olahraga atau lapangan yang luasTempat ini menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat untuk beraktivitas fisik maupun mengadakan acara besar yang membutuhkan ruang yang bisa menampung banyak orang. Pasar indukUntuk menunjang kehidupan masyarakat kota mendapatkan bahan pangan atau kebutuhan rumah tangga mereka. Tapi tentu saja satu hal yang harus diingat, seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, bisa jadi di masa depan, ciri-ciri kota bisa bertambah, atau justru malah berkurang. Ciri Sosial Kota Kemudian, kita bahas tentang ciri sosial kota. Jika ciri fisiknya menyangkut tentang fasilitas, ciri sosial berkaitan dengan nilai dan pelapisan sosial yang dianut masyarakat di perkotaan. Ciri sosial pada umumnya dilihat dari hal-hal sebagai berikut Jenis pekerjaan yang dijalaniDi kota, cukup banyak dan beragam bidang pekerjaan, mulai dari pegawai kantor, aparatur sipil, dosen, dan peneliti, hingga pedagang serta pekerja serabutan. Pekerjaan yang memiliki kestabilan dan menentukan hajat hidup orang banyak biasanya akan mendapatkan tingkat sosial lebih tinggi dibanding yang lainnya. Tingkat pendapatanMakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan tinggi pula strata sosial yang mereka miliki. Kepemilikan barang-barang yang unik dan mahalHal ini juga menjadi tolok ukur yang menentukan lapisan sosial di kota. Kepemilikan benda yang dinilai unik dan tidak dimiliki orang banyak, karena faktor harga dan nilai yang tidak bisa dijangkau banyak orang, akan menentukan kasta sosial tertentu bagi pemiliknya. Sistem kekerabatanSistem ini berlandaskan pada kepentingan atau patembayan, yang berarti antar individu memiliki ikatan sosial yang lemah, tidak saling mengenal orang di lingkungannya, nilai, norma, dan sikap menjadi kurang berperan dalam berinteraksi. Mobilitas tinggiMasyarakat kota terkenal dengan kesibukan dan frekuensi berpindah tempat yang tinggi. Salah satunya karena struktur pola keruangan kota yang padat, membuat masyarakatnya aktif bepergian dari rumah menuju tempat lokasi kerja Cara berpikir rasionalOrang yang hidup di kota akan jauh lebih realistis dan berpandangan rasional, terlebih pada ekonomi. Maka dari itu, tak bisa dipungkiri bahwa tingkat penghasilan dan gaya hidup yang mewah menjadi sesuatu yang dikejar bagi penduduk kota. Nah, itu tadi beberapa ciri-ciri kota yang ditinjau dari bermacam aspek. Selanjutnya, kita akan membahas kota dari sisi pola keruangannya. Tetap semangat, kan? Yuk terus simak ya! Baca juga Mempelajari Pola Keruangan Desa dan Ciri-Cirinya Teori Pola Keruangan Kota Kita bisa mempelajari konsep keruangan kota melalui beberapa teori tentang struktur keruangannya. Setiap kota mempunyai keunikannya masing-masing, tergantung pada sektor utama yang menggerakkan aktivitas di kota tersebut. Ada kota yang terkenal kuat dalam bidang industri, ada yang unggul dalam bidang ekonomi kreatif, atau kuat dalam bidang pengolahan sumber dayanya. Semua itu kembali lagi dari faktor fisik, misalnya morfologi dan faktor sosial, seperti integritas dan etos kerja masyarakatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul teori-teori yang menjelaskan segala aspek keruangan dan struktur kota. Teori tersebut antara lain 1. Teori Konsentris Ernest Burgess, seorang sosiolog Kanada – Amerika, mengemukakan, teori ini menjelaskan mengenai struktur kota yang berkembang secara teratur, mulai dari bagian inti kota, hingga ke bagian pinggirannya. Dalam teori ini, pola ruang dari suatu kota makin meluas hingga menjauhi titik pusat kota. Zona yang terbentuk akibat pemekaran wilayah mirip sebuah gelang yang melingkar dengan pengelompokan daerah atas 5 zona, yakni Zona 1Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District CBD yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan civic center Zona 2Sebagai penunjang pusat kota atau zona peralihan. Umumnya terdapat banyak aktivitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Selain itu juga terdapat aktivitas industri pada zona ini. Zona 3Khusus sebagai permukiman kelas pekerja atau buruh. Daerah tersebut dipilih sebagai tempat tinggal agar biaya transportasi pekerja tidak mahal ketika menuju zona 1 dan 2 untuk bekerja. Zona 4Hampir sama dengan zona 3 sebagai tempat tinggal pekerja, tetapi perbedaannya ialah zona ini digunakan bagi pekerja kelas menengah. Pekerja kelas menengah yang dimaksud yakni profesional yang telah memiliki jabatan dan juga pendapatan yang lebih tinggi, sehingga mereka memilih untuk tinggal sedikit lebih jauh dari pusat kota, untuk menghindari kepadatan di zona 3. Zona 5 Permukiman bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Biasanya berisikan orang-orang yang memiliki jabatan serta pendapatan yang sangat tinggi. Zona ini merupakan permukiman dengan alamnya yang masih terbuka dan diselingi suasana perdesaan. 2. Teori Sektoral Dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1930, teori ini muncul sebagai pertentangan dari teori konsentris sebelumnya, yang menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara teratur, sedangkan teori sektoral menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara tidak teratur. Pertumbuhan kota tidak hanya dimulai dari bagian inti kota, tetapi dari wilayah sektoral-sektoral, yang kemudian menyebar ke sekitarnya. Namun, seperti teori sebelumnya, teori sektoral juga memiliki 5 jenis pengelompokan zona yang sama dengan teori konsentris. Perbedaan yang mendasar terletak pada tingkat perkembangan penduduk di kota, dan juga adanya aksesibilitas berupa jalur transportasi,sehingga membuatnya tumbuh tidak teratur. 3. Teori Inti Ganda Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, selanjutnya dua orang ilmuwan geografi, bernama Edward Ullman dan Harris berpendapat bahwa sebuah kota, jauh lebih kompleks dari penggambaran dua teori sebelumnya mengenai kota. Gagasan utama dari teori inti ganda adalah inti atau pusat dari suatu kota tidak hanya berada di pusat atau tengah kota tersebut, tetapi terdapat juga inti lain yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang berdasarkan penggunaan lahannya yang fungsional. Selain itu, segi kekuatan ekonomi juga menjadi dasar pertimbangan. Teori ini yang kemudian disebut sebagai Teori Inti Ganda. Teori inti ganda cukup berbeda dengan teori sebelumnya. Kompleksitas dari teori ini mengelompokkan sembilan zona dari struktur keruangannya, antara lain Zona 1Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District CBD yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan civic center. Zona 2Merupakan daerah yang banyak terdapat kegiatan grosir dan manufaktur ringan. Zona 3Sebagai permukiman kelas bawah. Zona ini dipilih karena pekerja kelas bawah umumnya akan memilih tempat tinggal yang mendekati pusat kota untuk meminimalisir biaya transportasi. Zona 4Permukiman kelas menengah. Daerah ini juga dekat dengan pusat kota, tetapi tata letaknya tidak begitu menjamur seperti daerah permukiman di zona 3 Zona 5Yakni permukiman kelas atas bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Zona 6Daerah manufaktur berat. Zona ini umumnya terletak jauh dari permukiman atau pusat kota, agar tidak mengganggu kenyamanan akibat hasil polusi industri. Zona 7Khusus bagi daerah pusat bisnis di luar kota. Umumnya terbentuk karena ada orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, tetapi tidak ingin melakukannya di pusat kota. Zona 8Yakni permukiman di pinggiran kota suburban Zona 9 Yakni daerah penunjang kota, tetapi terletak di pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran kota suburban Baca juga Faktor dan Zona Interaksi Desa-Kota 4. Teori Poros Kemudian, teori selanjutnya menjelaskan bagaimana jalur transportasi berperan utama dalam memberikan pengaruh pada struktur ruang kota. Teori ini kemudian disebut sebagai teori poros. Teori ini dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1960. Mengapa jalur transportasi berperan utama? Karena mobilitas fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang seragam. Selain itu, daerah yang dilalui transportasi akan mengalami perkembangan fisik yang lebih baik. 5. Teori Historis Kemudian yang terakhir, teori keruangan kota yang didasari atas nilai sejarah yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk kota tersebut. Teori ini dicetuskan oleh Alonso pada tahun 1964. Perubahan tempat tinggal yang dimaksud, yakni masyarakat tertarik untuk membangun permukiman di pinggiran wilayah CBD Central Business District atau pusat kota karena wilayah CBD mengalami perubahan teknologi yang cepat di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian menjanjikan kenaikan standar hidup bagi penduduknya. Baca juga Memahami Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Struktur Keruangan Kota Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan kota, dapat dilihat dari bermacam sudut pandang untuk menilai bagaimana sebuah kota bertumbuh. Tolok ukur pertumbuhannya dinilai secara numerik dan fisik budaya kota tersebut. 1. Pertumbuhan Kota Numerik Pertumbuhan Kota Numerik menurut handout Geografi Prof. Enok Maryani yakni mengelompokkan tingkat pertumbuhan kota berdasarkan jumlah populasi yang tinggal di suatu kota. Teori ini ditulis dalam Handout Geografi Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia UPI Prof. Enok Maryani. Secara pembagian, berikut klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk Town atau setara kecamatan, yang memiliki penduduk berjumlah jiwa. Contoh dari town yakni kota-kota kecil di kepulauan. Small city, yakni kota kecil yang memiliki penduduk berjumlah jiwa. Contoh dari small city yakni Kab. Tana Tidung, di Prov. Kalimantan Utara yang memiliki jumlah penduduk ± jiwa 2020. Medium city yang merupakan kota sedang dengan penduduk berjumlah jiwa. Contohnya, yakni Kota Subulussalam di Prov. NAD yang memiliki ± jiwa 2020. Large city atau kota besar yang bertumbuh seiring dengan bertambahnya penduduk dan fasilitas. Kota ini memiliki populasi dalam rentang hingga jiwa. Contoh dari large city yakni Kota Banjarmasin di Prov. Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk ± jiwa 2018. Metropolis, merupakan kota besar yang terus berkembang hingga memiliki populasi melebihi jiwa, Contoh dari kota ini adalah Kota Malang di Jawa Timur yang memiliki penduduk ± jiwa 2017. Megalopolis kota ini tidak jauh berbeda dari kota metropolis, memiliki penduduk kurang lebih jiwa, tetapi jumlahnya tidak melebihi 10 juta jiwa penduduk. Kota ini tergolong maju dan sebagai pusat dari kota-kota satelit lainnya. Kota ini tercermin pada Kota Surabaya dengan populasi sebanyak ±2,87 juta jiwa 2020. Ecumenopolis, kota terbesar dari skala jumlah penduduk. Kota ini bisa disebut sebagai kota-kota terpadat di dunia dan memiliki jumlah penduduk di atas 10 juta jiwa. Contohnya, seperti Kota Beijing di Tiongkok dengan populasi ±21,5 juta jiwa 2018. 2. Pertumbuhan Fisik dan Budaya Tahap Eopolis, tahapan pertumbuhan kota yang pertama ini, dicirikan dengan terbentuknya benih kota, yakni perkampungan. Wilayah ini masih mencirikan kehidupan perdesaan, tetapi sudah condong menjadi sebuah kota. Kegiatan masyarakat masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, dan perikanan. Tahap Polis, pada tahapan ini, ciri utamanya yakni tumbuhnya pengaruh industri yang belum begitu besar, dan masyarakatnya lebih cenderung untuk membuka produksi kecil-kecilan home industry. Tahap Metropolis, setelah tahapan polis mulai menampakkan pertumbuhan, lalu masuk kedalam tahapan metropolis yang dapat dilihat berdasarkan struktur ruang kota yang sudah berkembang dan cukup besar. Kota ini juga sudah memiliki pengaruh bagi wilayah sekitarnya dan memunculkan kota satelit atau kota-kota penyangga yang berada di sekitar kota metropolis. Tahap Megapolis, tak berbeda jauh dengan tahapan metropolis, pada megapolis, dicirikan perilaku penduduknya rata-rata materialistis dan sistem birokrasinya mulai rancu akibat jumlah penduduk yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang kompleks. Tahap Tyranopolis, hal ini menjadi awal mula kemunduran sebuah kota, ditandai dengan angka kriminalitas yang naik dan kondisi perdagangan yang menurun. Tahap Necropolis, yang berarti tahap kehancuran. Kota dinilai hancur dan ditinggalkan penduduknya akibat kekacauan. Beberapa faktor yang memicu tahapan ini antara lain kelaparan, perang, bencana, atau sistem tata kota yang buruk. Salah satu contoh kota ini adalah Kota Pripyat Pryp’yat’ di Ukraina, yang ditinggalkan penduduknya akibat bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada tahun 1986. Ternyata, banyak yang dipelajari dari pola keruangan kota, ya! Menurutmu bagaimana? Masih ingin belajar lebih banyak lagi? Boleh banget! Yuk, cobain download dan belajar bareng Master Teacher di ruangbelajar! Ada fitur konsep kilat yang bisa membantu kamu mempelajari ringkasan, dan juga video Adapto yang bisa menyesuaikan kemampuanmu menerima materi! Ayo, gabung belajar di ruangbelajar, yuk! Referensi S. Sharma. 4 Theoretical Explanations of Morphological Pattern of a City with diagram [Daring] Tautan diakses 1 Desember 2021 Sumber foto Timm Suess, Wikimedia Commons Switzerland, [Daring] tautan diakses 30 November 2021 Artikel ini telah diperbarui oleh Adya Rosyada Yonas pada 2 Desember 2022.
MenurutTeori Konsentris (Burgess,1925) DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.
- Seluruh kota di dunia bermula dari kota kecil, bahkan desa, sebelum akhirnya menjadi kota besar. Kota berkembang mengikuti jumlah dan aktivitas manusia. Bentuk pertumbuhan tiap kota berbeda. Ada tiga konsep klasik yang digunakan untuk menjelaskan pola keruangan kota. Ketiga teori itu yakni Teori konsentris concenrtric zones theory Teori sektoral sectors theory Teori inti ganda multiple nuclei theory Berikut penjelasannya Baca juga Kota Pengertian, Klasifikasi, Ciri, dan Fungsinya Teori konsentris Menurut Ernest W Burgess dalam Introduction to the Science of Sociology 1921, manusia punya kecenderungan alamiah untuk berada sedekat mungkin dengan pusat mewujudkan itu, dikembangkan kota berbentuk konsentrik dengan pusat kota sebagai intinya. Teorinya ini berdasarkan hasil pengamatannya terhadap kota Chicago tahun 1923. Berdasarkan teori Burgess, kota dibagi menjadi lima zona yakni Zona pusat daerah kegiatan PDK atau CBD central business district Terdapat toko-toko besar, bangunan kantor, bank, rumah makan, pusat bisnis, dan sebagainya Zona peralihan atau transisi Daerah ini terikat dengan zona pusat daerah kegiatan. Penggunaannya campuran antara pusat usaha dengan permukiman. Baca juga Potensi dan Dampak Perkembangan Kota Masyarakat yang tinggal di daerah peralihan ekonominya tergolong miskin. Dalam perencanaan pembangunan kota, zona ini diubah menjadi kompleks perhotelan, parkir, dan jalan utama yang menghubungkan dengan daerah luarnya.
Teorikonsentris lahir dari studi yang dilakukan oleh Burgess 31bs.
  • o0300wsm0v.pages.dev/174
  • o0300wsm0v.pages.dev/359
  • o0300wsm0v.pages.dev/369
  • o0300wsm0v.pages.dev/162
  • o0300wsm0v.pages.dev/161
  • o0300wsm0v.pages.dev/279
  • o0300wsm0v.pages.dev/181
  • o0300wsm0v.pages.dev/282
  • o0300wsm0v.pages.dev/168
  • dalam teori konsentris inti kota merupakan zona