Parapengunjung makam Sunan Giri dikagetkan dengan meninggalnya Kuswadi, 55, warga Desa Gadingmangu RT 01/RW 07 Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang. Korban yang tiba-tiba terjatuh ke belakang sempat membuat pengunjung lain panik.
Foto Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia – Membahas seputar agama Islam di Indonesia memang tidak ada habisnya. Paling tidak kita menjadi tahu bagaimana awal masuknya agama Islam ke Nusantara serta perjuangan para penyebar di masanya. Namun, tahukah kamu? Terlepas dari kisah betapa kerasnya perjuangan penyebaran Islam di wilayah Nusantara ada beberapa peninggalan yang menjadi bukti bahwa peninggalan tersebut adalah hasil dari budaya Islam pada masanya. Penasaran ada apa saja? Berikut selengkapnya! Sejarah peninggalan kerajaan Islam di IndonesiaKerajaan Samudera PasaiMakam Sultan Malik Koin emas dirham Samudera Pasailonceng Cakra DonyaHikayat para Raja PasaiAceh DarussalamMasjid BaiturrahmanUang Emas Kerajaan AcehTaman Sari GunonganMakam Iskandar MudaKerajaan DemakPawestrenMasjid Agung Demak,Soko TatalMakam Sunan Kalijogo,Pintu Bledeg,Kerajaan CirebonKeraton Kanoman,Keraton Kasepuhan Cirebon,Keraton KacirebonanMasjid Sang Cipta RasaMakam Sunan Gunung JatiKereta Singa Barong Agung DeliMasjid Johor Bahru / Masjid Sultan Abu BakarMasjid Raya Baiturrahman AcehTernateMasjid Jami Sultan TernateIstana Sultan TernateBenteng TolukkoMakam Sultan BaabullahPeninggalan Kaligrafi1. Makam Fatimah Binti Maimun di Gresik2. Kaligrafi Maulana Malik Ibrahim3. Kaligrafi Makam Sunan Giri4. Makam Sunan Gunung Jati5. Makam Ratu Nahrsiyah Samudra PasaiBuku Terkait Kerajaan Islam di Indonesia NusantaraSejarah Islam di JawaGenealogi Kerajaan Islam Di JawaJejak Islam Dalam Kebudayaan JawaArtikel Terkait Kerajaan Islam di Indonesia NusantaraKategori Ilmu Berkaitan Agama IslamMateri Agama Islam Tidak dapat dipungkiri, kehadiran peninggalan kerajaan agama Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari bumbu sejarah. Salah satu sejarah yang mengungkap peninggalan tersebut ada di artikel berikut ini. Kerajaan Samudera Pasai Pernah mendengar istilah Samudera Pasai? Kalau membaca perihal pengetahuan awal mula Islam masuk ke Indonesia, pastinya tidak asing dengan Samudera Pasai yang merupakan salah satu kerajaan di wilayah Aceh. Kerajaan ini memiliki sejarah peninggalan yang sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat. Terjadi kisaran tahun 1267-1524, Samudera Pasai dianggap sebagai salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Dahulu kerajaan ini tergolong kerajaan yang sukses. Sebagai pusat perdagangan, meski dulunya adalah dua kerajaan, tidak heran jika kemudian disatukan oleh pedagang skuat Indonesia yang beragama Islam. Pada masa kerajaan Samudera Pasai ada banyak sekali peninggalannya. Salah satu peninggalan yang paling terkenal berupa Makam Sultan Malik Al-Saleh. Makam Sultan Malik Al-Saleh, Deureuham Koin emas dirham Samudera Pasai lonceng Cakra Donya Hikayat para Raja Pasai Hikayat Raja Pasai. British Library, Or. 14350, sumber Aceh Darussalam Meskipun kerajaan Samudera pasai berasal dari wilayah Aceh, ternyata Aceh Darussalam juga punya kerajaan sendiri, lho! Wilayah yang satu ini dikenal dengan kekuasaannya yang merebut Samudera Pasai. Siapa sangka? ternyata kerajaan ini lebih dulu ada dibanding Samudera Pasai. Uniknya, kerajaan yang satu dipimpin oleh seorang Sultan. Namun, lebih tepatnya diambil alih oleh hulubalang sebutan untuk orang kaya. Namun, karena sistem kepemimpinannya berlawanan jalur, ia pun ditumpas oleh Alaidin Riayat. Kerajaan ini sempat meraih masa kejayaannya saat diperintah oleh Sultan Iskandar Muda. Betapa suksesnya masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda di masa itu, ia berhasil merebut wilayah Pahang yang dikenal akan kekayaan Timah. Beliau juga menyerang Portugis guna memperluas pengaruh kesultanan Aceh. Sementara itu, terkait peninggalannya berupa Grameds dapat lebih memahami mengenai sejarah agama Islam serta menambah wawasan mengenai kerajaan Islam melalui buku Mengenal Kerajaan Islam Nusantara yang ada dibawah ini. Masjid Baiturrahman masjid Baiturrahman Uang Emas Kerajaan Aceh Mata Uang Kesultanan-Kesultanan Islam Aceh Abad 13-17 M sumber Taman Sari Gunongan Taman Sari Gunongan, Sumber by mhanantos Mar 2016 Makam Iskandar Muda Makam Sultan Iskandar Sumber Kerajaan Demak Selain kerajaan di wilayah Aceh, ada pula Kerajaan yang bernaung di Jawa Tengah. Namanya adalah kerajaan Demak, di jawa Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama. Hadirnya kerajaan yang satu ini memberi efek penting dalam penyebaran Islam. Sejarah kerajaan Islam di Jawa sendiri dimulai dari masa Hindu-Buddha hingga peralihan ke masa Islam. Dimana hal ini dibahas dalam buku Genealogi Kerajaan Islam di Jawa yang mentitik fokuskan pada transformasi politik dan religius dari kerajaan Hindu-Buddha menuju kerajaan Islam di Jawa. Mengapa sangat penting? Tentu saja penting! Pastinya kamu ingat dengan para Walisongo, kan? Nah! Walisongo dianggap sebagai penyebar agama Islam di Jawa. Salah satunya adakah Raden Patah, sang putra dari Raja Brawijaya dari Kerajaan Demak. Terbayang ,kan seperti apa pentingnya? Terlebih mengingat letak kerajaan ini yang berada di pesisir Utara. Terkenal dengan kekayaan maritimnya, Demak juga begitu dikenal dengan strategisnya wilayah pelayaran dan ekonominya. Mengingat masa berakhirnya kerajaan Demak yang tidak mehyenangkan, tidak heran sejumlah peninggalan pun ditemukan. Di antaranya adalah Pawestren Pawestren. All rights reserved by alwayslovecandy Masjid Agung Demak, Masjid Agung Demak, Sumber foto reddit Soko Tatal Soko tatal sendiri yaitu salah satu soko dari empat soko guru sebagai penopang bangunan utama Masjid Demak. Source Makam Sunan Kalijogo, makan sunan kalijaga. Sumber Pintu Bledeg, Pintu Bledeg. sumber Kerajaan Cirebon Terlepas dari bahasan Kerajaan Demak, untuk wilayah Jawa Barat sendiri ada kerajaan Cirebon. Kerajaan yang satu ini memiliki batas wilayah yang menjadi tanda antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Selain itu, Cirebon juga lebih dikenal dengan istilah Caruban. Nama yang diberikan oleh Ki Gendeng dengan makna campuran dan sesuai dengan keadaan aslinya. Benar! Pada masa itu Cirebon dianggap sebagai wilayah yang berisi campuran orang. Terutama dari kalangan rantauan. Baik itu perdagangan hingga saudagar yang menginap hanya untuk berbelanja. Pada masa itu juga bercampur baur antar agama, suku, budaya hingga adat dari berbagai macam daerah. Namun, untuk Kerajaan Cirebon sendiri didirikan oleh pangeran Walang sungsang yang merupakan putra Raja Siliwangi. Pada masa itu, penyebaran agama Islamnya dibantu oleh keponakan pangeran Walang sungsang. Tebak, siapa beliau? Keponakan beliau adalah Syarif Hidayatullah, atau Sunan Gunung Jati. Tahukah kamu? Hingga sekarang pun sebenarnya kesultanan yang satu ini masih bertahan. Hanya saja berbedanya sudah tidak lagi dikuasai oleh siapa pun. Pelajari berbagai sejarah munculnya kerajaan Islam di Jawa lainnya dalam buku Dibalik Runtuhnya Majapahit & Berdirinya Kerajaan2 Islam Di Jawa yang membahas secara detil mengenai kronologi kemunculan kerajaan Islam pada masa tersebut yang pastinya sesuai fakta. Ada pun sejumlah peninggalan dari kerajaan Cirebon berupa makam dan sejumlah Keraton. Keraton Kanoman, Keraton Kanoman Cirebon Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto Gmap Anindita Irnilaningtyas Keraton Keprabon, Keraton Kacirebonan keraton kacirebonan. sumber Masjid Sang Cipta Rasa Masjid Sang Cipta Rasa, sumber Makam Sunan Gunung Jati Makam Sunan Gunung Jati, sumber Kereta Singa Barong Kasepuhan. Kereta Singa Barong Kasepuhan., sumber Malaka Percaya atau tidak, Malaka juga dulunya adalah sebuah kerajaan. Omong-omong tentang Malaka, kerajaan yang satu ini sudah ada sejak tahun 1405-an. Kerajaan Malaka memiliki kontribusi yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara. Terlebih saat mengetahui sejarahnya, kesultanan yang satu ini sempat mengalami kekalahan 2x barulah berdiri menjadi sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Muhammad Iskandar Syah. Perihal hampir runtuhnya Kerajaan Malaka juga beliau pernah bekerja sama dengan Tiongkok. Kerja sama yang saling menguntungkan ini tidak lain untuk mempertahankan kerajaan Malaka. Siapa sangka jika taktik pendekatannya justru memanfaatkan perkawinan politik? Sebuah ide yang sangat cerdas sekali, bukan? Namun, pada akhirnya Kerajaan Malaka takluk di bawah raja Alfonso, yang merupakan raja Portugis. Tidak begitu banyak peninggalan kerajaan Malaka. Namun, yang jelas terdapat Masjid Agung Deli Masjid Agung Deli, sumber Masjid Johor Bahru / Masjid Sultan Abu Bakar Masjid Johor Bahru Masjid Sultan Abu Bakar, sumberL Masjid Raya Baiturrahman Aceh Masjid Raya Baiturrahman Aceh, sumber Ternate Apa yang ada di benakmu saat mendengar nama Ternate? Pasti seperti ada yang janggal saat nama Tidore tidak disebutkan, ya! Nah! Siapa sangka kalau Ternate rupanya dulunya sebuah kerajaan. Namun, kalau menimbang sejarahnya, kerajaan Ternate dulunya adalah kerajaan Gapi. Tahukah apa itu kerajaan Gapi? Adalah kerajaan dengan empat kerajaan Islam tertua yang ada di wilayah Indonesia. Kerajaan Ternate pada akhirnya berdiri sendiri. Menimbang wilayahnya yang sangat strategis, kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh para pedagang. Hanya saja yang menjadi pertanyaan besar adalah ketidaktahuan kapan pastinya kerajaan ini berubah corak menjadi negara keislaman. Portugis yang mukanya memiliki misi berdagang pun jadi berubah haluan menaklukan kerajaan ini. Bahkan terjadi pula peperangan saudara untuk berebut tahta. Pemberontakan oleh Sultan Baabullah juga tak dapat dihindarkan. Tentu saja ini terjadi pasca Sultan Chairun wafat. Namun, berkat Sultan Baabullah lah Portugis berhasil diusir dari bumi pertiwi. Hingga saat ini pun kesultanan Ternate sebenarnya masih bertahan. Hanya saja tidak seaktif dulu lagi. Terlebih mengingat kabarnya hanya tinggal simbol. Beberapa peninggalan Masjid Jami Sultan Ternate Masjid Jami Sultan Ternate, sumber Istana Sultan Ternate Istana Sultan Ternate, sumber Benteng Tolukko Benteng Tolukko, sumber Makam Sultan Baabullah Makam Sultan Baabullah, sumber Peninggalan Kaligrafi Selain peninggalan berupa bangunan bersejarah, masjid ataupun hikayat, ada pula peninggalan Kaligrafi yang bisa kita nikmati hingga saat ini. Hanya saja karena jumlahnya terbatas, sering kali kita harus mengunjungi lokasinya. 1. Makam Fatimah Binti Maimun di Gresik Makam Fatimah Binti Maimun di Gresik, sumber Ada banyak sekali peninggalan pada masa silam. Salah satu peninggalan Kaligrafi yang sudah dikenal sejak saat dulu adalah makam Fatimah binti Maimun yang ada di wilayah Gresik. Nah! Kira-kira apa sih yang menjadikan makam ini dijuluki peninggalan? Perlu diketahui, makam Fatimah binti Maimun bukan hanya sekadar peninggalan saja, melainkan juga sebagai simbol bahwa pada masa tahun meninggalnya beliau sudah ada agama Islam di wilayah tersebut. Mungkin buat yang belum tahu siapa Fatimah binti Maimun akan bertanya-tanya, ya! Jadi, beliau adalah salah seorang wanita beragama Islam yang wafat dengan batu nisan bertuliskan kaligrafi Arab kufi. Bisa dikatakan makamnya adalah makam dengan batu nisan tertua di Indonesia. Bukan hanya keberadaan agama Islam saja yang dibuktikan dengan batu nisan tersebut, melainkan juga keberadaan komunitas Islam di wilayah Gresik. Sementara itu, terkait gaya tulisannya pun menunjukan ciri khas seorang pendatang dari pantai tersebut. Di mana di antaranya ada orang berasal dari kawasan Timur Tengah dan bisa dipastikan mereka adalah pedagang. Mengapa pedagang? Jelas saja. Hal ini karena sebelumnya pernah ditemukan gaya tulisan serupa di wilayah Phanrang, Champa bagian selatan. Hubungan antara pedagang Timur Tengah dengan pedagang Champa tersebut membentuk jalur lintasan dagang orang muslim. 2. Kaligrafi Maulana Malik Ibrahim Kaligrafi Maulana Malik Ibrahim, sumber Selain bukti adanya makam Fatimah binti Maimun, ada pula peninggalan sejarah Islam lainnya yang berupa kaligrafi Maulana Malik Ibrahim. Kabarnya, kaligrafi yang tertulis di batu nisan beliau tak banyak orang bisa membacanya. Bahkan bisa dipastikan hanya ahli sejarah saja yang mampu membacanya. Terkait hal itu pula bisa kita saksikan bahwa tulisan kaligrafinya bernaung di atas batu marmer. Dengan corak yang halus, membuat banyak sekali pertanyaan apakah pada masanya sudah secanggih itu? Maksudnya adalah apakah pada masa itu sudah ada orang yang bisa membuat karya seni secanggih itu? Namun, seorang peneliti mengungkap bahwa batu nisan tersebut kemungkinan impor asal Gujarat, India. Mengapa demikian? Alasannya sederhana saja. Karena batu nisan marmer sudah banyak dijumpai di Gujarat India. Bahkan sangat familiar di pemakaman. Bisa dikatakan untuk mendatangkan batu nisan tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama. Nah! Lantas apa dong tulisan di batu nisannya? Tulisan di batu nisan Maulana Malik Ibrahim adalah tulisan yang besar merupakan kalimat Basmallah. Dilanjut pada kalimat besar yang kedua adalah Syahadat tauhid. Dilanjut lagi dengan Ar-Rahman ayat 26-27, dapat di bawah tulisan Basmallah terdapat At-Taubah ayat 21 dan ayat 22 di bawahnya. Ada pun di bagian akhirnya merupakan ayat kursi. Sementara itu, di bawahnya lagi ada pula pujian doa untuk beliau. 3. Kaligrafi Makam Sunan Giri Kaligrafi Makam Sunan Giri, sumber Selain Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri pun memiliki kaligrafi pada batu nisan di makamnya. Sunan Giri merupakan salah satu Walisongo yang begitu berjasa dalam penyebaran agama islam di wilayah Jawa. Sunan Giri selain dikenal sebagai penyebar agama Islam juga dikenal sebagai pendiri keraton di wilayah Gresik. Beliau adalah warga asli Blambangan dan dilahirkan pada 1442. Karena memiliki banyak sekali julukan, sering kali banyak orang yang kebingungan. Namun, buat kamu yang kepengen mempelajarinya lebih dalam sepertinya wajib tahu siapa julukan beliau. Seperti halnya Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Beliau wafat dan dimakamkan di daerah Gresik, Jawa Timur. 4. Makam Sunan Gunung Jati Makam Sunan Gunung Jati, sumber Siapa sih yang tidak kenal dengan sosok Walisongo yang satu ini? Sunan Gunung Jati merupakan salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. Sunan gunung jati adalah salah satu Walisongo dengan makam bergaya unik. Mengapa? Kombinasi kaligrafinya perpaduan asal Jawa, Arab dan juga China. Bukan hanya itu saja, setiap arsitekturnya juga tersusun secara rapi seolah sudah menempati bagian-bagianya sendiri. Salah satu tulisan Jawa menempati bagian limasannya. Untuk bagian desain interiornya dipenuhi dengan kaligrafi China dan dilengkapi pula oleh porselen beserta keramik. Selain itu, hal yang tak kalah menakjubkan adalah benda-benda tersebut rupanya sangat unik dan terpampang di sepanjang jalan pemakaman beliau. Lantas dimana letak kaligrafi arabnya? Jelas saja kaligrafi Arab memenuhi ruang lingkup hiasan kaligrafinya yang menghiasi indahnya bangunan beserta dinding makam tersebut. Pastinya jika kamu menyaksikan ini sudah pasti akan kagum, deh! 5. Makam Ratu Nahrsiyah Samudra Pasai Makam Ratu Nahrsiyah Samudra Pasai, sumber Peninggalan lainnya yang bercorak Islam ada makam ratu Nasriyah. Siapa sangka jika makam yang satu ini dinobatkan sebagai salah satu makam terindah di wilayah Asia Tenggara? Makam ini berupa ukiran dan batu pualam yang bagus. Diungkapkan oleh seorang Prof Dr C Snouck Hurgronje, yang menyaksikan makam tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Nasriyah memiliki ukuran tinggi yang menyatu dengan jiratnya. Bukan hanya itu saja, seluruh bagian makamnya juga konon kabarnya terbuat dari batu pualam. Batu yang satu ini khusus didatangkan dari kawasan Gujarat, India. Bahkan bisa disaksikan sendiri pada gambarnya, bahwa seluruh bagian makam ini dipenuhi kaligrafi. “Inilah kubur yang bercahaya, yang suci, Ratu yang terhormat, almarhumah yang diampunkan dosanya, Nahrasiyah, putrid Sultan Zainal Abidin, putra Sultan Ahmad, putra Sultan Muhammad, putra Sultan Malukussaleh. Kepada mereka itu dicurahkan rahmat dan diampunkan dosanya, meninggal dunia dengan rahmat Allah pada hari Senin 17 Zulhijjah 832.” Di atas adalah makna dari ungkapan pada kaligrafi di makam Ratu Nashriyah. Adapun pada sisi makam yang lain terdapat kaligrafi yang tertera di dalam Al-Qur’an. Seperti halnya surat Al-Baqarah ayat 285 dan 298. Bukan hanya itu saja, terdapat pula surat Yasin serta Al-Imran atlyat 18 dan 19. Karena kekaguman Prof Dr C Snouck Hourgronje akan makam Ratu Nashriyah, sampai-sampai dituliskannya dan diterbitkan menjadi sebuah buku. Sekalipun sudah ada sejak sangat lama, hingga saat ini pun masih utuh. Bahkan tidak ada kerusakan dari makam batu pualam tersebut. Seolah sikap dan keindahan sang ratu terwakilkan oleh batu pualam indah. So? Itulah beberapa peninggalan Islam yang ada di Indonesia. Pada dasarnya ada banyak sekali peninggalan yang belum dibahas satu persatu. Terlebih jika membahas seputar peninggalan yang berkaitan setiap kerajaan. Pastinya akan sangat banyak. Meskipun begitu, sebagai generasi penerus bangsa kita memang patut mengetahuinya. Bahkan melestarikan pula agar generasi selanjutnya tidak asing dengan kisah-kisah kesultanan seperti ini. Selain daripada itu, hikayat-hikayat juga bisa dengan mudah dibaca saat ini. Dengan internet saja tentunya. Membaca hikayat juga salah satu bentuk mengabadikan dan melestarikan sejarah Islam di Indonesia. Buku Terkait Kerajaan Islam di Indonesia Nusantara Sejarah Islam di Jawa Tidak mudah mengkaji sejarah Islam, khususnya di Tanah Jawa, sebab terbatasnya data-data tentang kapan dan bagaimana Islam datang dan berkembang di Jawa. Narasi yang dipahami hingga saat ini bahwa Islam masuk ke Jawa dibawa oleh para pedagang muslim sekaligus pendakwah dan kemudian dikembangkan lebih kreatif oleh para wali, khususnya Walisongo. Tetapi, apakah narasi itu sudah cukup menjelaskan tentang sejarah Islam di Jawa? Para sejarahwan berbeda pendapat. Berbagai hasil riset mereka sudah dibukukan berdasarkan perspektif serta fokus kajian yang berbeda-beda sehingga menghadirkan kebergaman pemahaman. Banyaknya publikasi buku-buku sejarah Islam di Jawa, termasuk buku ini, tentu dapat memperkaya khazanah pemahaman kita tentang bagaimana Islam di Tanah Jawa. Namun, buku ini menjelaskan tiga hal pokok, yaitu awal mula kedatangan Islam, para penyebar Islam dan strategi penyebaran Islam di Tanah Jawa. Keunggulan buku ini adalah pada penjelasan kondisi sosial masyarakatJawa, asal-usul orang Jawa, serta keadaan Jawa pra-Hindu-Budha. Dengan demikian, kajian buku ini lebih komprehensif dari buku lainnya. Genealogi Kerajaan Islam Di Jawa Buku ini menyajikan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa dari masa Hindu-Buddha hingga peralihan ke masa Islam. Titik fokus yang diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana terjadinya transformasi politik dan religius dari kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha menuju kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Dengan gaya bahasa yang populer, buku ini bermaksud memberikan penjelasan ringan dan mudah dipahami tentang peralihan peradaban di Jawa pada masa lalu. Jejak Islam Dalam Kebudayaan Jawa Agama dan budaya adalah pengikat kuat bagi masyarakat agar selalu terhubungan dengan nilai luhur, dengan nilai sosial, dan dengan kehangatan masa lalu. Di saat perubahan terjadi secara cepat, agama, dan budaya menyediakan ruang untuk membangun kohesivitas sosial dan sarana untuk mencapai ketenangan rohani. Peran Islam dalam budaya Jawa tidak bisa diabaikan untuk pembangunan masyarakat dan kebudayaannya. Buku ini muncul sebagai upaya untuk melihat jejak Islam dalam kebudayaan Jawa. Islam di Jawa tumbuh berkembang dengan pesat dan menjadi satu anyaman yang kuat dan menguatkan dengan nilai sosial yang ada di masyarakat. Buku ini ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai eksistensi nilai Islam dalam kebudayaan Jawa dan bagaimana cipta, karsa, dan karya manusia Jawa dilihat kembali sebagai khazanah untuk menggali kearifan lokal, seraya tetap mendorong pembangunan manusia yang unggul dan berdaya saing, sehingga pembaca bisa menapaki kembali kekayaan khazanah nilai luhur agama dalam kebudayaan Jawa. Artikel Terkait Kerajaan Islam di Indonesia Nusantara ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Kaligrafiyang berjumlah 45 tersebut diukir di kayu jati. Keindahan Masjid Agung Surabaya ini juga ditunjang dengan keindahan kubahnya yang menawan. 3. Masjid Cheng Ho Surabaya Makam Sunan Giri menjadi sebuah tujuan wisata religi yang banyak dikunjungi oleh para peziarah baik dari wilayah Jawa Timur itu sendiri maupun dari luar Jawa Timur. Skip to content Paket WisataRental MobilSewa Bus PariwisataSewa MotorKontakTravel Blog Makam Sunan Giri Jalan-jalan ke Kota Santri alias Gresik jangan lupa mampir untuk ziarah ke Makam Sunan Giri. Sunan Giri adalah salah satu tokoh penting yang turut berperan sebagai penyebar Agama Islam di Gresik. Kompleks wisata makam ini hampir setiap hari ramai oleh peziarah, terutama peziarah luar kota. Apalagi pada hari libur. Jumlah peziarahnya melonjak 3 hingga 4 kali lipat dari jumlah biasanya. Selain sebagai salah satu pusat wisata ziarah di Daerah Gresik, kompleks makam ini juga sering menjadi situs wisata sejarah dan budaya seperti situs Batu Tulis di Wonosobo. Di sini, terdapat situs-situs peninggalan Kerajaan Giri Kedaton yang dicetuskan oleh Sunan Giri tanggal 9 Maret 1487. Sekilas Tentang Sunan Giri Sunan Giri merupakan salah satu tokoh Wali Songo. Beliau lahir tahun 1442. Semasa hidupnya, beliau sangat aktif menyebarkan ajaran Islam bersama dengan Kanjeng Sepuh dan Syekh Maulana. Selain menjadi pemuka agama, beliau juga menyandang gelar Prabu Satmoto. Gelar ini disematkan karena beliau pernah menjadi pemimpin Kerajaan Giri Kedaton sekitar tahun 1487. Sejarah Singkat Makam Sunan Giri Makam ini terletak di atas area bukit kapur di Gunung Kendeng bagian Utara. Lokasi tepatnya di Dusun Giri Gajah dan jadi salah satu destinasi wisata penting di tempat ini. Area makam ini sangat luas dan teduh karena dipenuhi dengan pepohonan berdaun rimbun di sekitarnya. Kawasan makam ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu area pintu masuk, area gapura, dan area inti, yaitu makam sunan. Dulunya, kompleks pemakaman ini merupakan sebuah padepokan. Di sini, beliau mengajar Kitab Kuning. Padepokan dengan nama Giri Kedaton ini terdiri dari 3 tingkatan undakan yang mana masing-masing undakan memiliki peran yang berbeda. Undakan pertama adalah selasar untuk belajar ilmu agama dan beribadah. Kemudian undakan yang kedua yaitu area pemakaman, tepatnya di sebelah Barat. Sedang undakan ketiga, terdapat masjid, gapura, dan menara. Harga Tiket Masuk Kompleks Makam Sunan Giri Peziarah yang ingin berkunjung ke tempat wisata religi ini tidak perlu mengeluarkan biaya karena tidak ada biaya pembelian tiket, alias gratis. Namun peziarah wajib membayar biaya parkir yang besarnya telah ditentukan oleh pihak pengelola. Berikut daftar biaya parkir kendaraan Retribusi Tarif Parkir Sepeda Motor Parkir Mobil Parkir Bus Biaya parkir di atas dapat berubah kapan saja tanpa ada info atau pemberitahuan dari pihak yang berwenang. Jadi, ada baiknya peziarah menyiapkan budget lebih untuk menyiasati kenaikan biaya parkir. Daya Tarik Kompleks Makam Sunan Giri Setidaknya ada 2 daya tarik terkait dengan kompleks wisata ziarah makam sunan ini. Ketiga daya tarik tersebut adalah Museum Sunan Giri, mitos buah mengkudu. Museum Sunan Giri Bangunan museum menjadi tujuan wisata kedua di kompleks makam ini. Pengunjung museum ini tak hanya berasal dari turis lokal saja, melainkan juga dari mancanegara. Karena museum ini adalah bagian dari situs wisata religi, 90% koleksi yang dipamerkan adalah berbagai koleksi yang ada kaitannya dengan aktivitas penyebaran agama Islam. Seperti halnya museum sejarah islam di Masjid Agung Semarang yang menampilkan koleksi bernuansa islami. Sebagian besar koleksi yang tersimpan di museum ini adalah benda peninggalan Sunan Giri saat menyebarkan ajaran Islam di Gresik. Selain itu, benda-benda pribadi beliau juga tersimpan rapi di sini. Sebut saja surban, sajadah, Al Quran, rebana, Keris Kalam Munyeng, dan pelana kuda. Koleksi lainnya adalah benda-benda hibah dari Eropa dan Cina. Menariknya lagi, ada beberapa koleksi yang tidak ada kaitanya dengan sejarah penyebaran agama Islam. Koleksi ini meliputi artefak kuno, fosil manusia purba, dan lain sebagainya. Mitos Buah Mengkudu Di dalam kompleks makam ini, terdapat sebuah pohon mengkudu yang sangat melegenda. Konon, buah mengkudu yang tumbuh dari pohon mengkudu ini sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Tak heran banyak peziarah yang memburu buah mengkudu ini. Bahkan ada beberapa peziarah yang berharap dengan memakan buah mengkudu ini, mereka akan segera mendapat keturunan. Fasilitas di Makam Sunan Giri Kompleks makam ini termasuk tempat wisata Surabaya yang lengkap dari segi fasilitas. Tak kalah lengkap dengan fasilitas-fasilitas yang dapat kita jumpai di Surabaya North Quay. Berikut kami sebutkan fasilitas yang tersedia di sini Area parkir luas dan memadai. Tempat ini dapat menampung puluhan sepeda motor, bus, dan mobil. Biaya parkir dapat Anda lihat di atas. Fasilitas mushola tentu tersedia di sini. Mushola sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat wudhu, sajadah, sarung, dan mukena. Kamar mandi dan toilet umum juga ada di sini. Kebersihan fasilitas ini selalu terjaga. Jadi, pengguna pun akan tetap merasa nyaman ketika menggunakannya. Rumah makan menjadi bagian dari fasilitas yang paling sering didatangi oleh wisatawan di sini. Biasanya rumah makan yang ada di lokasi menjual Nasi Krawu sebagai menu andalannya. Nasi Krawu asli Gresik ini kini tengah melejit popularitasnya dan masuk dalam list rekomendasi wisata kuliner khas Surabaya. Lokasi dan Rute Menuju Makam Sunan Giri Kompleks wisata ziarah ini terletak di Dusun Giri Gajah, Desa gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasi ini cukup dekat dengan pusat Kota Gresik, yaitu hanya 4 KM saja. Di sini, Anda boleh mampir di pusat jual oleh-oleh khas untuk keluarga di rumah. Oleh-oleh yang dijual tak hanya berupa jajanan atau kuliner khas Gresik saja, melainkan ada juga oleh-oleh khas Surabaya yang melegenda. Rute termudah untuk sampai di kompleks makam sakral ini bisa melalui Surabaya. Perjalanan dimulai dari Tol Surabaya-Gresik lalu keluar tol melalui Exit Romokalisari. Melewati Jalan Veteran, perjalanan berikutnya Anda lanjutkan ke Jalan Panglima Sudirman lalu menuju Jalan Malik Ibrahim. Namun akan jauh lebih mudah dan praktis jika Anda menggunakan kendaraan sewa. Salah satu rekomendasinya adalah Salsa Wisata yang siap mengakomodasi perjalanan ziarah Anda. Melalui paket sewa bus pariwisata, pasti cocok sekali untuk perjalanan wisata ziarah Anda bersama rombongan. Tidak perlu repot lagi berkendara sendiri dengan iring-iringan yang panjang. Jam Operasional Kompleks Makam Sunan Giri Kompleks wisata ziarah makam ini buka setiap hari selama 24 jam. Pihak pengelola siap melayani para peziarah kapan saja. Nah, bagi Anda yang tertarik untuk berziarah ke situs Makam Sunan Giri ini, bisa gunakan layanan tour dari Salsa Wisata. Dapatkan pengalaman berwisata dengan nyaman dan praktis hanya dengan memilih paket tour Surabaya di tempat kami. Segala kebutuhan perjalanan Anda akan kami siapkan dengan standar layanan terbaik. Sehingga akan memudahkan sekaligus melancarkan agenda liburan Anda di Surabaya. Jadi tunggu apalagi, segera tentukan tanggal dan berangkat bersama kami berkeliling Surabaya selama liburan. Related PostsBagikan Artikel Ini Ke Page load link Halitu karena sunan Giri melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar pulau Jawa seperti Ternate dan Situ. Yang 0998217711968781 dan 127281754304555 di 140586624720146 itu 160605525635212 dengan 192694315549759 ini 204249539860528 untuk 205573034539414 dari 209959237384937 dalam 211677996685297 tidak 211939383059724 akan 24399120190214 pada 262667215573031 juga The Sunan Giri Mosque, one of the most remarkable mosques foun-ded by Sunan Giri, displays a most interesting combination of traditional Javanese and Hindu architecture. This paper uses research methods and descriptive analysis by describing the components of the mosque as analysis and interpretation. The Sunan Giri mosque displays the Joglo forms’ typical of Javanese buildings, but surrounded by four pillars, and roofed in with overlapping Meru’ just like in Hindu buildings, as is the Kalamkara archway and the pulpit of the mosque-shaped padmasana throne equipped with solar ornaments with Majapahit flourishes, the pineapple, arch-shaped mosque paduraksa reminiscent of the shape of the building on a grand kori kedathon in a Hindu Kingdom temple complex. Keywords Sunan Giri Mosque, Acculturation Culture, Architecture Masjid Sunan Giri salah satu masjid walisanga yang didirikan oleh Sunan Giri yang arsitektur bangunannya vernacular berakulturasi dengan tradisional Jawa dan budaya yang bercorak Hindu. Artikel menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan mendeskripsikan komponen-komponen bangunan masjid kemudian dilakukan analisis dan penafsiran. Akulturasi budaya yang tampak terlihat pada Masjid Sunan Giri ialah arsitektur bangunan Joglo tipikal bangunan Jawa yang disanggah dengan empat soko guru;Mustaka pada atap masjid bertumpang mirip meru pada bangunan Hindu, mihrab masjid yang berbentuk lengkungan kalamakara seperti candi, mimbar masjid berbentuk padmasana singgasana dilengkapi dengan ornamen surya Majapahit, florish dan nanas, gapura masjid ber¬bentuk paduraksa mengingatkan pada bentuk bangunan kori agung pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu. Kata Kunci Masjid Sunan Giri, Akulturasi Budaya, Arsitektur Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 299 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri Novita Siswayanti Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama pipiet1515 Abstract The Sunan Giri Mosque, one of the most remarkable mosques foun-ded by Sunan Giri, displays a most interesting combination of traditional Javanese and Hindu architecture. This paper uses research methods and descriptive analysis by describing the components of the mosque as analysis and interpretation. The Sunan Giri mosque displays the Joglo forms’ typical of Javanese buildings, but surrounded by four pillars, and roofed in with overlapping Meru’ just like in Hindu buildings, as is the Kalamkara archway and the pulpit of the mosque-shaped padmasana throne equipped with solar ornaments with Majapahit flourishes, the pineapple, arch-shaped mosque paduraksa reminiscent of the shape of the building on a grand kori kedathon in a Hindu Kingdom temple complex. Keywords Sunan Giri Mosque, Acculturation Culture, Architecture Abstrak Masjid Sunan Giri salah satu masjid walisanga yang didirikan oleh Sunan Giri yang arsitektur bangunannya vernacular berakulturasi dengan tradisional Jawa dan budaya yang bercorak Hindu. Artikel menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan mendeskripsikan komponen-komponen bangunan masjid kemudian dilakukan analisis dan penafsiran. Akulturasi budaya yang tampak terlihat pada Masjid Sunan Giri ialah arsitektur bangunan Joglo tipikal bangunan Jawa yang disanggah dengan Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 300 empat soko guru;Mustaka pada atap masjid bertumpang mirip meru pada bangunan Hindu, mihrab masjid yang berbentuk lengkungan kalamakara seperti candi, mimbar masjid berbentuk padmasana singgasana dilengkapi dengan ornamen surya Majapahit, florish dan nanas, gapura masjid berbentuk paduraksa mengingatkan pada bentuk bangunan kori agung pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu. Kata Kunci Masjid Sunan Giri, Akulturasi Budaya, Arsitektur Pendahuluan Sejalan dengan perkembangan Islam yang pesat dan menyebar di berbagai wilayah terutama di Pulau Jawa, masjid sebagai bangunan yang penting dalam syiar Islam. Masjid dijadi-kan sebagai sarana penanaman budaya Islam sehingga terjadilah akulturasi pertemuan dua unsur dasar kebudayaan yakni kebuda-yaan yang dibawa oleh para penyebar Islam yang terpateri oleh ajaran Islam dan kebudayaan lama yang telah dimiliki oleh masyarakat dua budaya yang saling mempengaruhi satu sama lain yang membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur aslinya, Arsitektur merupakan kha-zanah peradaban dan kekayaan sejarah yang memiliki karak-teristik fisik yang unik. Dalam perkembangannya, bentuk dan gaya bangunan di seluruh dunia memiliki citra dan ciri khas tersendiri, demikian halnya masjid kuno bersejarah di Indonesia berdesain regional yang memperlihatkan dominannya pengaruh geografis dan bersifat vernacular berakulturasi dengan budaya lokal atau bentuk-bentuk daerah masjid di Jawa tidak terlepas dari keberadaan kebudayaan dan tradisi yang sudah ada sebelum Islam masuk di wilayah tersebut. Tidak mengherankan, bila masa-masa awal masuk nya Islam di tanah Jawa,bentuk masjid memakai gaya arsitektur tradisional yang cenderung bernuansa Hinduisme. Masjid-masjid kuno di Indonesia khususnya Jawa menunjukkan keistimewaan dalam denah yang berbentuk bujursangkar dengan Darori Amin, 2000, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta Gama Media, h. 187-189 Yulianto Sumalyo, 2006, Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta Gajamada Universuty Press h. 478 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 301 pondasi yang tinggi serta pejal, atapnya bertumpang dua, tiga atau lebih, dikelilingi kolam air pada bagian depan dan samping-nya dan berserambi. Bagian-bagian lain seperti mihrab dengan lengkung pola kalamakara, mimbar yang mengingatkan ukir-ukiran pola-pola seni bangunan tradisional yang dikenal di Indonesia sebelum kedatangan halnya arsitektur masjid pada zaman wali lebih cen-derung mengakulturasikan dan mengkombinasikan arsitektur tradisional yang bercorak Jawa dan Hindu yang masih sesuai atau tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bangunan utamanya meng gunakan bentuk bangunan tradisional yaitu perpaduan dari denah bangunan joglo dengan atap dari bangunan meru yakni bangunan suci umat Hindu di bangunan ini disebut orang Jawa bentuk tajug atau masjidan yakni bentuk bangunan limas yang berpuncak dan beratap tingkat ganjil, yakni tiga atau Sunan Giri salah satu masjid walisanga yang didirikan oleh Sunan Giri yang memiliki kharismatik dalam memimpin kekuasaannya di Giri diangkat sebagai penasehat Raden Patah Demak sekaligus sebagai ketua para walisanga. Sunan Giri dikenal ahli dakwah yang humanis dan toleran, ia tidak mengubah atau merusak prasasti atau bangunan pening-galan agama Hindu ataupun Jawa. Ia membiarkan dan memakai bagian-bagian atau kebiasaan-kebiasaan yang merupakan budaya Hindu dan Jawa yang bisa ditoleransi dan tidak merusak akidah. Sunan Giri mendirikan bangunan masjid yang arsitektur bangu-nannya mencirikan akulturasi budaya yang bercorak Hindu dan tradisional Jawa yang Sunan Giri di Gresik Jawa Timur arsitektur bangunan nya merepresentasikan berakulturasiny Islam dengan budaya Hindu dan Jawa. Masjid Sunan Giri berarsitektur Joglo dengan empat soko guru yang menyanggah bangunan masjid merepre-Marwati Djoened Poesponegoro Nugraha Notosussanto,1993, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta Balai Pustaka Indonesia h. 192-193 Zein M Wiryoprawiro, 1986, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, Surabaya Bina Ilmu, h. 115 Dukut Imam Widodo Dkk, 2004,Grissee Tempo Doeloe, Gresik Peme-rintah Kabupaten Gresik, h. 30 Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 302 sentasikan bangunan khas vulnacular daerah Jawa. Mustaka pada atap masjid bertumpang tiga mirip meru pada bangunan Hindu, mihrab masjid yang berbentuk lengkungan kalamakara seperti candi,mimbar masjid berbentuk padmasana singgasana dileng-kapi dengan ornamen surya Majapahit,florish dan nanas,gapura masjid berbentuk paduraksa mengingatkan pada bentuk bangun-an kori agung pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu. Antara serambi dan halaman masjid terdapat kolam, pada serambi masjid terdapat bedug dan kentongan, bagi masyarakat Jawa bedug sebagai sesuatu yang bangunan masjid sudah mengalami renovasi dan penambahan pada bangunan, namun arsitektur bangunannya te-tap dilihat dari segi usia sejak awal didirikan tahun 1544 Masehi dan dipindahkan bangunannya dari Giri Kedaton ke Giri Gajah dekat makam Sunan giri tahun 1857 Masehi, menurut UU RI nomor 11 tahun 2010 pasal 1 bangunan Masjid Sunan Sunan Giri terkategori benda cagar itu merupakan khazanah kekayaan budaya bangsa yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau perkembangan selanjutnya, sejak awal berdiri hingga sekarang, arsitektur Masjid Sunan Giri merepresentasikan ada-nya akulturasi budaya masa pra Islam Hinduisme dengan tradi-sional Jawa. Penelitian terhadap Masjid Sunan Giri menarik untuk dikaji; bukan hanya menggali nilai-nilai budaya dan peninggalan sejarah Islam di Indonesia, tetapi juga wujud akulturasi budaya yang mencirikan budaya vernacular Jawa. Sebab,masjid ini selain sebagai saksi sejarah yang paling nyata, masjid ini sebagai salah satu bukti peninggalan arkeologi masa Islam dan simbol keberadaan Islam. Keunikan dan keistimewaan arsitektur bangunan Masjid Sunan Giri yang vernacular dan merepresentasikan akulturasi budaya tradisional Jawa dan masa pra Islam Hinduisme menarik Uka Tjandrasasmita, Islamic Antiquities of Sendang Duwur, 1984 Jakarta Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, h. 31-34 Undang-undang tahun 2010 tentang cagar budaya Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 303 untuk mengkaji lebih detail bagaimana deskripsi arsitektur Masjid Sunan Giri dan bagaimana wujud akulturasi budaya arsitektur Masjid Sunan Giri. Ada tiga tujuan dari kajian ini pertama, untuk meng-ungkapkan dan mendeskripsikan arsitektur Masjid Sunan Giri; kedua, untuk mengetahui wujud akulturasi budaya pada arsitek-tur Masjid Sunan Giri; ketiga, dapat menambah khazanah keagamaan Nusantara, menggali nilai-nilai kearifan lokal dan mengkonservasi dan melestari kan tempat-tempat ibadah keagamaan bersejarah di Indonesia. Penelitian Rumah Ibadah Besejarah Masjid Sunan Giri Gresik menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan mendeskripsikan komponen-komponen bangunan masjid kemudian dilakukan analisis dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah historis dan arkeologis. Pendekatan historis dilakukan untuk mendeskripsikan latar belakang sejarah keberadaan Masjid Sunan Giri. Sedangkan pen-dekatan arkeologis untuk mendeskripsikan struktur fisik bangunan Masjid Sunan Giri dan makna yang terkandung di dalamnya, dengan tujuan untuk mengungkap kehidupan manusia masa lalu melalui kajian atas tinggalan-tinggalan kebendaanya. Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, metode pengum-pulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview, observasi, dan kajian pustaka meliputi kajian artefak, etnografi, historis. Sedangkan sumber data primer diperoleh langsung dari responden atau informan, pemuka adat dan sejarawan, imam dan pengurus masjid, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Semen-tara data sekunder diperoleh dari Perpustakaan, Badan Pelestarian Budaya, Badan Pusat Statistik dan Pusat Informasi Lainnya. Kajian Pustaka Kajian dan penelitian tentang Masjid Sunan Giri secara khusus belum pernah dikaji secara detail, namun Universitas Kristen Petra tahun 2003 telah mengadakan studi perbandingan terhadap interior masjid awal masuknya Islam di Jawa Timur meliputi Masjid Sunan Ampel di Surabaya, Masjid Sunan Giri Gresik dan Masjid Sendang Duwur di Lamongan. Studi perbandingan ini mendeskripsikan interior ketiga masjid yang diteliti secara deskriptif kemudian menuliskan persamaan dan perbedaan yang tampak pada interior bangunan tersebut. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 304 Referensi yang digunakan untuk mengungkapkan akulturasi budaya arsitektur Masjid Sunan Giri adalah Sejarah Perjuangan dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri 2014 berisikan tentang biografi Sunan Giri, peranan dan kedudukan beliau di kalangan para walisongo dalam penyebaran dan pengembangan Agama Islam di tanah nusantara; Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim 2006 yang berisikan tipologi arsitektur masjid di mulai dari awal perkembangan di wilayah Arab dan sekitarnya abad ke-VII hingga zaman modern akhir abad XX di seluruh dunia. Aspek arsitektur yang dikaji melingkupi tata letak,tata ruang,bentuk, pola, struktur, bahan, konstruksi dan dekorasi; Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur 1986 yang berisikan tentang deskripsi perkembangan tipologi masjid-masjid di Jawa Timur yang secara stratifikasi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masjid di zaman wali, masjid di zaman penjajahan dan masjid di zaman kemerdekaan. Masjid Kuno Indonesia 1999 berisikan informasi secara deskripsi singkat tentang masjid-masjid kuno di Indonesia yang termasuk peninggalan sejarah dan purbakala. Asal Usul Bangunan Masjid Sunan Giri Masjid Sunan Giri adalah masjid kuno peninggalan Sunan Giri. Masjid ini dinamai Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri karena berada di dekat makam Sunan Giri. Masjid ini adalah pindahan dari masjid yang dibangun oleh Sunan Giri di Giri Kedaton. Nama masjid ini dinisbatkan kepada nama pendiri masjid Sunan Giri sekaligus untuk menapak tilas jejak per-juangan dan penyebaran Islam di Jawa Timur tepatnya Gresik. Secara administratif Masjid Sunan Giri ini berada di wilayah Gresik, 20 km dari kota Surabaya dan terletak di Dusun Giri Gajah Desa Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Pro-pinsi Jawa Timur. Letak Masjid Sunan Giri sebelah utara berba-tasan dengan pabrik PT Semen Gresik, sebelah selatan dengan jalan raya, sebelah timur dengan pemukiman penduduk, dan sebelah barat berbatasan dengan pemakaman. Wawancara dengan Amir Syarifudin tanggal 2 April 2016 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 305 Pendiri Masjid Sunan Giri ialah Sunan Giri sebagaimana disebutkan dalam tahun Condrosengkolo yang berbunyi Lawang Gapuro Gunaning Ratu’ 1399 Saka Bangunan ini berdiri di atas sebuah Bukit Kedaton Sidomukti jarak 500 meter arah tenggara dari Masjid Besar Ainul Yakin Sunan Giri yaitu tempat kediam-an dan pondok pesantren Giri Kedaton pimpinan Sunan Giri. Mula-mula tempat ibadah tersebut belum dinamakan masjid dalam arti ditempati berjamaah shalat Jumat tetapi merupakan langgar atau surau atau mushola. Baru pada tahun 1407 Saka 1484 Masehi atau menurut Condrosengkolo yang berbunyi Pendito Nepi Akerti Ayu-Ayu’ secara resmi oleh Sunan Giri dijadikan Masjid Jami’.Sunan Giri wafat pada tahun yang disebut dalam Condro-sengkolo berbunyi Sariro Sirno Tataning Ratu’ 1428 Tahun Saka/ 1505 M dan dimakamkan di atas Bukit Giri sebelah barat laut Bukit Kedaton. Berpuluh-puluh tahun sesudah Sunan Giri wafat, keadaan Masjid Sunan Giri kurang mendapat perhatian dari masyarakat, pandangan masyarakat beralih pada makam Sunan Giri yang di atas Bukit Giri. Keadaan inilah yang mendorong Nyi Ageng Kabunan salah seorang janda dan cucu Sunan Giri untuk memindahkan Masjid Sunan Giri dari Bukit Kedaton ke Bukit Giri berdekatan dengan Makam Sunan Giri. Pemindahan ini dilakukan oleh Nyi Ageng Kabunan pada tahun 1544 Masehi atau 684 Hijriah pada masa Sunan Prapen. Masjid Sunan Giri sudah berdiri dengan megahnya di atas Bukit Giri seluas 150 meter persegi yang sekarang ini disebut Masjid Wedok Masjid Perempuan semakin penuh dengan penduduk yang shalat berjamaah dan tidak mampu lagi menam-pung masyarakat muslimin setempat. Maka melihat keadaan itu, terpanggillah hati seorang tokoh yang masih keturunan dari Syeh Khoja pendamping Sunan Giri yang bernama Haji Yakub Rekso Astomo untuk bangkit dan mempelopori perluasan bangu-nan Masjid Sunan Giri. Perluasan bukanlah merombak masjid IGN. Anom, 1999, Masjid Kuno Indonesia, Jakarta Direktorat Per-lindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Pusat, Wawancara dengan Mukhtar Djamil, 3 April 2016 Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 306 yang lama dan masjid yang lama tidak mengalami perubahan namun memperbaiki pada bagian-bagian yang telah catatan sejarah pembantu utama Haji Yakub Rekso Astomo dalam pembangunan ini adalah seorang muhandis atau arsitek kenamaan yang bernama Baskambang alias Syiman dari Kota Gresik. Akhirnya pada tahun 1857 Masehi usaha perluasan masjid Sunan Giri selesai dibangun. Masjid Sunan Giri terdiri dari dua bangunan yaitu bangunan lama atau asli di Sebelah Selatan yang berkapasitas lebih kurang 200 jamaah dan ba-ngunan Haji Yakub Resto Astomo atau tambahan di Sebelah Utara dengan kapasitas lebih kurang 1000 jamaah. Pada tahun 1950 masehi di daerah Giri dan sekitarnya terjadi gempa bumi yang hebat hingga berakibat banyak rumah penduduk Giri dan dinding serta pintu gapura Masjid Sunan Giri mengalami perbaikan ini H. Zainal Abidin juru kunci Makam Sunan Giri mangajak rakyat dari tiga desa yaitu Desa Giri, Desa Klangonan, dan Desa Sidomukti sekarang Kelurahan Sidomukti untuk berswadaya memperbaiki bangunan masjid. Pembangunan tahap kelima berbentuk perluasan dan pemindahan pendopo masjid dari halaman muka masjid ke sebelah utara halaman pendopo. Pembuatan pendopo ini dimak-sudkan untuk tempat penampungan para tamu dari luar kota yang memerlukan tempat istirahat, terutama pada saat peringatan haulnya Sunan Giri yaitu setiap Hari Jumat ketiga pada Bulan Maulid Rabiul Letak Bangunan Masjid Sunan Giri Letak Masjid Sunan Giri yang berada di atas perbukitan dan berdampingan dengan pemakaman menggambarkan unsur budaya masa Hindu. Hal ini mengingatkan bangunan candi yang berada di perbukitan sebagai tempat peribadatan yang sakral yang berhubungan dengan raja sebagai dewa. Wali dianggap masya-rakat muslim keramat dan memiliki karamah raja-raja pada masa Wawancara dengan Mohamad Ma’arif, 1 April 2016 Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian dan Pemugaran Sunan Giri, 2014, Sejarah Perjuangan Dan Dakwah Islamiah Sunan Giri cetakan III, Malang Pustaka Luhur, h. 165-169 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 307 Hindu yang mengingatkan pula pada masa perkembangan Islam pandito raja-pandito ratu. Mereka berziarah ke makam para wali napak tilas meneladani perjuangan para wali sekaligus beribadah di samping itu lokasi masjid yang berada di sekitar perkam-pungan penduduk, sebelah kanan tangga sepanjang jalan menuju masjid terdapat pasar para pedagang berjualan beraneka macam barang dagangan yang lazimnya di sebelah selatan masjid. Bangunan masjid yang dikelilingi oleh pagar dan terdapat gapura paduraksa bentuk meru untuk memasuki wilayah masjid meng-isyaratkan morfologi kota-kota di Indonesia pada masa pertum-buhan dan perkembangan Islam. Konstruksi bangunan Joglo pada Masjid Sunan Giri yang terdiri dari zona-zona ruang yang tertata dalam satu komplek bangunan menampilkan keharmonisan dan keterpaduan arsitek-tur yang indah dan unik. Zona-zona bangunan kecil yang melengkapi infrastruktur dan tersedianya sarana prasarana yang terstruktur dalam bentuk dan fungsi yang berbeda-beda menam-pak kan nilai-nilai estetika dan kekhasan beragam budaya yang terlihat. Adapun tata bangunan Masjid Besar Ainul Yakin Sunan Giri dapat dibagi dalam tiga zona, yaitu zona ritual, zona transisi, dan zona sosial. Zona ritual yang digunakan sebagai tempat peribadatan terdiri dari liwan bangunan utama masjid dan masjid wedok pawestren tempat ibadah bagi perempuan. Zona transisi sebagai perbatasan antara tempat ibadah dengan tempat umum terdiri dari pintu gapura dan serambi. Gapura yang berada di sebelah selatan dan utara masjid sebagai pintu masuk ke dalam halaman masjid. Serambi masjid yang berada di sebelah timur dan utara masjid bentuknya terbuka tanpa dinding sebagai tempat per-singgahan atau peistirahatan bagi para jamaah atau pengunjung masjid. Tim Penyusun Buku Gresik Dalam Perspektif Sejarah, 2003 Gresik Dalam Perspektif Sejarah,Gresik Kepala Dinas Pariwisata Informasi dan Komunikasi Kabupaten Gresik, Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Kota Muslim di Indonesia Dari Abad XIII Sampai XVIII Masehi, Jakarta, 2000, Menara Kudus, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 308 Zona sosial terdiri atas ruang pendopo, tempat wudhu, ruang seketariat, tpa/tpq dan kamar mandi. Pendopo masjid terletak di Sebelah Timur ruang utama masjid berfungsi sebagai tempat untuk majelis taklim, haulan Sunan Giri atau memperingati hari-hari besar Islam. Ruang kantor guru-guru TPA/TPQ, Ruang sekretariat berada di sebelah timur ruang utama masjis berfungsi sebagai ruang tempat berkumpulnya dewan kemakmuran masjid dan penyimpanan administrasi kemasjidan. Sebelah utara ruang utama masjid terdapat sarana berwudu dan kamar mandi tempat bagi jamaah untuk membersihkan badan atau bersuci. Halaman depan serambi masjid biasa digunakan anak-anak tpa/tpq belajar. Deskripsi Arsitektur Masjid Arsitektur adalah hasil proses perancangan dan pembangu-nan para designer dalam memenuhi kebutuhan fisik sekaligus metafisik, memenuhi unsur raga maupun kejiwaan konstruksi bangunannya mengandung makna sebagai penanda khazanah budaya masyarakat Sebagaimana halnya Masjid Sunan Giri arsitektur ruangannya melingkupi interior dan eksterior bangunan vernacular mengekspresikan seni rasa pikiran budaya lokal. Konstruksi bangunan Masjid Sunan Giri berakulturasi antara masa pra Islam dengan tipologi Masjid Kuno Jawa. Konstruksi bangunan Joglo disanggah dengan empat soko guru beratap tumpang tiga dan bermustaka bentuk nanas khas Hindu, mimbar masjid berbentuk florish dan terdapat surya majapahit, serambi mengelilingi seluruh ruang ibadah dan di dalamnya terdapat bedug pada masa pra Islam sebagai seni tabuhan untuk ritual keagamaan. Pagarnya bergapura bentuk tugu bentar mengingat-kan pada bentuk bangunan kori pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu. Adapun arsitektur Masjid Besar Ainul Yakin Sunan Giri ialah Achmad fanani, Arsitektur Masjid, 2009, Yogyakarta Bentang, Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 309 Atap Masjid Gambar 1. Atap Masjid Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Masjid Sunan Giri beratap tumpang berbentuk tajuk atau limasan laksana piramida berundak-undak tiga tingkatan. Atap masjid makin ke atas makin mengecil dan meruncing menjulang ke angkasa menyerupai bagian puncaknya terdapat mustaka memolo berfungsi sebagai penutup celah yang ada pada ujung atap agar air hujan tidak masuk kedalam masjid, sekaligus menguatkan ujung atap. Mustaka berbahan perunggu bewarna kuning keemasan berbentuk nanas yang kelopaknya sedang mekar sebagai ciri khas masjid tradisional masjid berbahan genteng warna merah bata dibuat curam dan terjal agar air hujan cepat meluncur ke bawah. Di antara atap terdapat lubang angin gunanya sebagai ventilasi pertukaran udara. Plafon atap masjid terdapat jendela kaca untuk pencahayaan sirkulasi yang letaknya diselang-seling dengan ornamen kaligrafi bertulis-kan kalimat Allah. Ruang Utama Masjid Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 310 Gambar Utama Masjid. Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Konstruksi Bangunan Masjid Sunan Giri berbentuk joglo, pada ruang utama masjid atau liwan disanggah oleh 16 tiang-tiang dari kayu jati yang kokoh 4 soko guru dan 12 soko rawa yang dihubung kan dengan sabuk penyambung antartiang dan sunduk penghubung langsung ke dinding. Pada tiap sabuk antar tiang terdapat ornamen ukiran khas tradisional Jawa. Tapaknya berbentuk lingga menur bulatan bewarna kuning keemasan dengan ornamen wajikan segitiga melingkari tiang. Pada liwan ruang utama masjid terdapat tiga buah pintu utama berbentuk kori agung yang penuh dengan ornamen dan dua pintu penghubung ke ruang pawestren dan ruang pertemuan. Dinding masjid dilapisi dengan keramik bewarna hijau dan dituliskan huruf Shad sebagai penanda batas shaf untuk shalat. Pada dinding masjid terdapat jendela berbentuk kisi-kisi berjerejak vertikal yang sekaligus berfungsi sebagai teralis dan ventilasi masjid bewarna hijau toska ini pada bagian dalamnya menggantung papan sebagai tempat meletakkan Al-Qur’an Lantai masjid seluruhnya dilapisi dengan karpet. Mihrab Masjid Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 311 Gambar 3. Mihrab Masjid. Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Di beberapa masjid di Jawa terdapat dua rongga yang berdekatan, yang satu untuk mihrab dalam bahasa Jawa disebut pangimaman, bahasa Sunda paimaman, artinya tempat imam, sedangkan rongga yang lain berisi mimbar dalam bahasa Jawa pangimbaran, bahasa Sunda paimbaran artinya tempat mimbar. Mihrab Masjid Sunan Giri berbentuk setengah lingkaran menjorok ke depan menghadap ke arah Barat Laut sekaligus sebagai penanda arah kiblat. Mihrab atau gedongan tempat sakral disucikan tempat utama dihormati yang digunakan untuk peng imaman sebagai keharusan tempat shalat bagi imam yang tidak boleh sejajar dengan jamaah shalat. Mihrab masjid berbentuk kubah bergaya moorish, pada atapnya terdapat mustaka berbentuk padma bewarna kuning keemasan. Pada kiri kanannya diapit dengan plaster berbahan marmer putih tulang pada seluruh permukaannya. Mimbar Masjid Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 312 Gambar 4. Mimbar Masjid. Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Mimbar Masjid Sunan Giri diletakkan pada sebuah ruangan yang berdampingan dengan ruangan mihrab masjid. Ruangan itu berbentuk moor beratap kubah dengan mustaka padma bewarna kuning keemasan yang diapit oleh plaster pada kiri kanannya. Mimbar masjid sebagai tempat duduk atau kursi atau tahta yang menjadi bagian dari bangunan masjid sejak masa Rasulullah. Mimbar masjid biasa digunakan Rasulullah untuk mengajar atau pun menyiarkan masjid Sunan Giri dibangun pada masa Sunan Prapen ini berbentuk kursi tahta kerajaan menghadap ke arah jamaah masjid agar khatib terlihat oleh para jamaah yang hadir. Mimbar masjid bewarna hijau toska yang penuh dengan ornamen bewara kuning keemasan berukiran tembus pada kayu-kayu penyanggah kursi. Mimbar masjid Sunan Giri berbentuk padmasama serupa dengan mimbar masjid Demak pada ornamennya terdapat surya matahari yang menghubungkan dua ekor naga yang terletak di atap mimbar. Pintu Masjid Aboebakar, 1955,Sedjarah Mesdjid dan Amal Ibadah Dalamnja, Bandjarmasin Adil dan Co Jakarta,h. 299 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 313 Gambar 5. Pintu Masjid. Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Pintu masuk ke dalam ruang utama Masjid Sunan Giri berjumlah tiga buah. Pintu berukuran tinggi 204 cm dan lebar 157 cm ini berbentuk gapura paduraksa dengan atap berbentuk meru bertingkat enam. Pintu bewarna dasar hijau toska ini penuh dengan ornamen kaligrafi dan ukiran sulur-sulur bunga teratai berangkai. Ornamen-ornamen tersebut diukir tembus dan timbul pada dinding pintu yang berbahan kayu jati dengan variasi warna hijau toska dan kuning keemasan. Pada kusen kiri kanan pintu terdapat ornamen kaligrafi bergaya kufi bertuliskan huruf Arab. Pada bagian dasar masing-masing pintu bertuliskan angka-angka tahun beraksara Jawa, Arab dan Latin yang menunjukkan makna tahapan pembangunan dan perenovasian masjid. Pawestren Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 314 Gambar 6. Pawestren. Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Pawestren Sunan Giri terletak di sebelah selatan ruang utama masjid. Ruangan ini disebut juga Masjid Wedok, ruangan khusus kaum perempuan untuk melakukan kegiatan peribadatan maupun pengajian. Pawestren berbentuk bangunan masjid ber-atap tumpang, berplafon tulisan kaligrafi dan disanggah dengan empat tiang soko guru bewarna hijau toska. Pawestren ini merupakan bangunan masjid yang pertama dibangun oleh Nyai Ageng Kabonan pada masa Sunan Prapen. Masjid yang dipindahkan dari Bukit Kedaton ke Bukit Giri dekat Makam Sunan. Sunan Prapen 1548-1605 seorang negarawan pemimpin rohani yang berhasil mewujudkan Giri Gresik sebagai pusat peradaban pesisiran Islam dan ekspansi ekonomi dan politik di Indonesia Timur sepanjang pantai Jawa Timur hingga pulau Bali dan Lombok. Sunan Prapen juga yang pertama kali menyelenggara kan Haulan Sunan Masjid Gambar 7. Serambi Masjid Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Tim Penyusun Buku Gresik Dalam Perspektif Sejarah, Op. Cit, Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 315 Serambi Masjid Sunan Giri menghadap ke arah Timur sehingga matahari pagi menerangi lingkungan serambi, Serambi masjid berukuran panjang 15 meter dan lebar 6 meter memiliki dua model tiang. Pada tiang pertama bangunan serambi pertama disanggah oleh empat buah soko emper yang terbuat dari kayu bewarna hijau toska. Pada atap serambi terdapat cagak sabuk horisontal dengan ornamen terpahat pada pada tiang kedua serambi masjid berbentuk kolom-kolom dibatasi dengan enam tiang moorish berbentuk kubah bewarna putih. Serambi masjid bagian luar bergaya arsitektur gotik pertemuan dua pilar atau tiang bergaya lengkung tapal kuda seperti bangunan Islam di Mezquito Spanyol. Bentuk kolom pada arsitektur bertujuan mencipta kan suasana yang ramah agar setiap orang yang memasuki masjid dapat duduk sama rendah tanpa perbedaan derajat Serambi masjid terbuka tanpa dinding beralaskan keramik, sehingga siapa pun yang duduk di serambi dapat menikmati hembusan angin segar Bukit Giri dan suasana masjid. Serambi masjid dilengkapi dengan bencet tanda waktu shalat dan juga ucapan selamat datang. Dari serambi masjid sebelah selatan dan timur terdapat pintu untuk masuk ke ruang pawestren dan pendopo masjid. Dari halaman masjid menuju ke serambi ter-dapat kolam yang airnya jernih sebagai pembatas suci sekaligus memperindah lingkungan masjid sehingga tampak asri dan indah seperti halnya masjid-masjid tradisional di Jawa. Pada serambi masjid juga terdapat bencet merupakan alat penunjuk waktu yang menggunakan Sinar Matahari, sedangkan dalam bahasa Sunda Bencet disebut Istiwa’ dan dalam bahasa Arab Bencet disebut Miswala. Bencet terbuat dari batu marmer, pada bagian batu marmer terdapat garis-garis melingkar dan pada ujung garis-garis melingkar terdapat tanda tiang berbentuk balok yang terbuat dari dengan Mohamad Ma’arif, 6 April 2016 Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 316 Gambar 8. Bedug Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Bedug merupakan alat musik tabuh seperti gendang yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional,baik dalam kegiatan ritual keagamaan,informasi,sosial maupun politik. Bedug Masjid Sunan Giri digunakan sebagai penanda waktu shalat yang dipukulkan mengiringi kumandang azan. Bedug Masjid Sunan Giri ada dua buah yang diletakkan di serambi masjid sebelah utara. Bedug terbuat dari batang kayu jati dan kayu kelapa yang pada bagian tengahnya dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Kemudian ditutup dengan kulit sapi yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang bila ditabuh bedug menimbulkan suara berat bernada rendah tapi dapat terdengar sampai jarak cukup jauh. Wawancara dengan Sukan, 3 April 2016 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 317 Gambar 9. Pendapa Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Pendopo Masjid Sunan Giri berada di sebelah utara masjid. Bangunan yang bentuknya ruangan terbuka dan tidak diberi dinding penutup ini dibangun pada tahun 1957. Secara filosofis pendopo melambangkan terbuka tanpa pembatas ruangan melam-bangkan keterbukaan, kerukunan, kebersamaan prinsip keterbu-kaan dan keramah tamahan. Pendopo masjid dipergunakan pada setiap acara-acara besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra Miraj maupun Haul Sunan Giri. Gapura Gambar 10. Gapuro Dokumen Novita Siswayanti, 2016 Gapuro pada bangunan Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri terletak di sebelah timur dan selatan pekarangan masjid. Gapuro Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 318 berbentuk Gapuro Paduraksa Gapuro beratap sebagai pintu gerbang untuk memasuki pekarangan masjid. Gapura berbentuk trapesium bertingkat susun tujuh makin ke atas makin kecil, pada masing-masing sudut gapuro dihiasi dengan simbar-simbar hiasan daun dan pada kemuncaknya terdapat hiasan mustaka atau memelo yang berbentuk bunga padma atau bunga teratai merah kuncup yang arti nya melambangkan keabadian, kekekalan dan kelanggengan. Masjid Sunan Giri sebagai wujud Akulturasi Budaya Sunan Giri salah seorang walisanga yang memiliki kharis-matik dalam memimpin kekuasaannya di Giri Kedaton. Pesantren-nya tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, tetapi juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Upaya politiknya sangat disegani oleh Majapahit bahkan ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri ber-tindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Pada tahun 1487 Masehi ia dinobatkan oleh jaringan Walisanga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata. Dalam membangun potensi agama Sunan Giri menerapkan pola dakwah bil-hikmah. Sunan Giri dikenal ahli dakwah yang humanis dan toleran, ia tidak mengubah atau merusak prasasti atau bangunan peninggalan agama Hindu ataupun Jawa. Ia membiarkan dan memakai bagian-bagian atau kebiasaan-kebiasaan yang merupakan budaya Hindu dan Jawa yang bisa ditoleransi dan tidak merusak akidah. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur bangunan Masjid Sunan Giri yang bercorak Hindu maupun tradisional Jawa seperti atap Masjid Sunan Giri berbentuk limasan atau tumpang susun tiga, suatu bentuk atap yang menjadi tradisi masjid di Jawa; serambi masjid ada relief kalamakara bermotifkan sulur dedaunan lambang Hindu pem- Mustakim,2005,Gresik Sejarah Bandar Dagang dan Jejak Awal Islam Tinjuan Historis Abad XIII Sampai XVII Masehi, Jakarta Timur Cv Mitraunggul Laksana cet 1, h. 50 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 319 batas atau penghancur kezaliman ataupun bentuk gapura nya mirip meru bangunan budaya dan terjalinnya hubungan politik yang baik antara Giri Kedaton dengan Kerajaan Majapahit juga tampak pada ornamen yang terdapat di mimbar Suryo Majapahit pada mimbar Masjid Sunan Giri berbentuk bulat bewarna hijau toska seperti matahari sebagai simbol Kerajaan Majapahit perlambang pemujaan dewa matahari pada masa Hindu yang juga merupakan ornamen sakral di Jawa abad IX-XVI Masehi. Surya Majapahit berhiaskan motif lung-lungan bewarna kuning keemasan yang dipahat langsung pada balok kayu mimbar Masjid Sunan Giri sebagai perlambang pelita dan penerang bagi kejayaan Islam dan umat Masjid Sunan Giri mencirikan masjid kesultanan kedaton masa kebesaran Islam di tanah Jawa. Bangunan masjid yang mencirikan kekhasan gaya arsitektur masjid tradisional di Jawa berbentuk bangunan rumah joglo berdenah segiempat bujur sangkar di atas konstruksi tanah bebatur, pondasinya pejal dan tinggi, disanggah dengan empat tiang utama yang terbuat dari kayu jati atau soko guru yang besar dengan serambi di depan dan di samping nya, beratap tajug bersusun tiga. Pada bagian depan dan samping terdapat parit berair atau kubah. Rumah joglo mengisyaratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasarkan sinkretisme adanya keharmonisan hubungan antara manusia dengan sesama dan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya mikro dan makro Sunan Giri berkonstruksi bangunan joglo seperti halnya Masjid Agung Demak yang berada pada pondasi yang masif dan bebatur tanah diratakan lebih tinggi dari tanah Dukut imam widodo, h. 30 Iswahyudi,Perkembangan Makna Simbolik Motif Hias Medalion pada Bangunan Sakral di Jawa Abad IX-XVI,Jurusan Pendidikan Seni Rupa PBS UNY, Tim Penyusun Buku Gresik Dalam Perspektif Sejarah, 2003 Gresik Dalam Perspektif Sejarah, GresikKepala Dinas Pariwisata Informasi dan Komunikasi Kabupaten Gresik, Rumah Joglo Rumah Adat Jawa Tengah dan Jawa Timur, www. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 320 sebelumnya. Bangunan masjid disanggah oleh empat soko guru sakaning guru tiang penyangga simbol adanya pengaruh ke-kuatan yang berasal dari empat penjuru mata angin pajupat manusia berada di tengah perpotongan arah mata guru juga melambangkan kesatuan atau kegotongroyongan unsur masyarakat Indonesia. Sunan Kalijaga menyusun soko guru dari tatal yaitu pecahan-pecahan kayu kecil yang disatukan sehingga kuat dan menjadi salah satu tiang Masjid Sunan Giri beratap tumpang berbentuk tajuk atau limasan laksana piramida berundak-undak tiga tingkat. Bentuk atap tumpang pada Masjid Sunan Giri dan masjid-masjid di Jawa mengambil bentuk meru gunung dari zaman Hindu-Jawa. Atap tumpang mengingatkan bangunan Meru tempat suci di Pura, tempat bersemayam para dewa. Atap masjid makin ke atas makin mengecil dan meruncing menjulang ke angkasa menyerupai stilasi gunung. Menurut filosofis orang Jawa gunung adalah tempat yang tinggi dan disakralkan sebagai simbol sesuatu bernilai magis. Pada bagian puncaknya terdapat mustaka memolo berbahan perunggu bewarna kuning keemasan berbentuk nanas yang kelopaknya sedang mekar sebagai ciri khas masjid tradisional Jawa. Pada beberapa masjid di Jawa terdapat dua rongga yang berdekatan berbentuk ceruk maju ke garis utama bangunan masjid dan menghadap ke arah barat laut. Rongga tersebut yang satu untuk mihrab dalam bahasa Jawa disebut pangimaman, bahasa Sunda paimaman, artinya tempat imam, sedangkan rongga yang lain berisi mimbar dalam bahasa Jawa disebut pangimbaran, bahasa Sunda paimbaran, artinya tempat mim-bar. Masjid Sunan Giri seperti halnya Masjid Cikoneng Banten mempunyai dua rongga yaitu mihrab berfungsi sebagai arah kiblat dan imam memimpin shalat. Sedangkan rongga yang lainnya berfungsi sebagai tempat mimibar bagi khatib menyam-paikan khutbah. Mimbar Masjid Sunan Giri berbentuk padma- Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, 2009, Yogyakarta Bentang, Sagimun, 1988, Peninggalan Sejarah Masa Perkembangan Agama-Agama di Indonesia, Jakarta CV. Haji Masagung, h. 74 Aboebakar, Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 321 sana kursi tahta kerajaan serupa dengan mimbar masjid Demak pada ornamennya terdapat surya matahari lambang Majapahit. Mimbar seperti singgasana atau umpak sebagai legitimasi kekua-saan bahwa tradisi Majapahit diteruskan ke Kesultanan Islam simbol Islam. Di Jawa masjid-masjid kuno mempunyai bagian yang dinama kan pawestren atau pa-istri-an yaitu ruangan sebelah selatan yang terpisah oleh dinding tulisan untuk perempuan. berpendapat bahwa hal itu khusus ditemukan di Jawa yang membuktikan bahwa zaman dahulu di Jawa kaum wanita turut serta mengambil bagian dalam melakukan sembahyang di masjid bersama sama dengan kaum bagian selatan bangunan utama Masjid Sunan Giri terdapat pawestren yang bentuknya sebuah bangunan utuh seperti sebuah masjid. Awal-nya pawestren ini adalah bangunan masjid yang pertama yang dipindahkan dari Bukit Kedaton ke Bukit Giri pada masa Sunan Prapen. Pawestren ini disebut masjid wedok atau masjid perem-puan. Namun sekarang beralih fungsi sebagai ruangan khusus perempuan untuk melaksanakan aktifitas peribadatan maupun pengajian. Umumnya masjid-masjid di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki serambi atau disebut juga pendapa sebuah ruangan terbuka dan tidak diberi dinding penutup seperti bangunan tradisional Jawa. Istilah pendopo berasal dari kata mandapa dalam bahasa Sansekerta mengacu pada suatu bagian dari kuil Hindu di India yang berbentuk persegi dan dibangun langsung di atas tanah. Di Indonesia khususnya Masjid Sunan Giri, arsitektur mandapa atau pendopo tersebut dimodifikasi menjadi sebuah ruang besar dan terbuka yang sering digunakan untuk zikir bersama, memperingati Hari Besar Islam maupun Haul Sunan Giri. Secara filosofis serambi atau pendopo melambangkan prinsip keterbukaan dan keramah tamahan Sedangkan serambi atau beranda Masjid Sunan Giri digunakan oleh para penziarah makam atau pengunjung untuk beristirahat dan menunggu waktu shalat. Uka tjandrasasmita, h. 168 Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 322 Pada bangunan masjid di Jawa abad XVII untuk memasuki serambi masjid di depannya terdapat kolam yang mengelilingi-nya untuk keperluan bersuci dan berwudu. Terutama bagi masjid yang jauh dari kali atau sungai. Beberapa masjid dikelilingi oleh selokan air mengingatkan kita pada telaga telaga suci yang biasanya terdapat pada Candi Hindu misalnya Candi Jawi. Pada masjid-masjid kuno air sebagai refleksi surgawi dan kehidupan selalu menjadi bagian yang berperan penting dan majemuk untuk wudu, menyejukan dan mem perindah lingkungan. Terlebih lagi adanya air akan menguap karena panas, dapat menyerap panas di sekitarnya. Pada Masjid Sunan Giri antara serambi dan halaman masjid terdapat kolam air guna mencuci kaki menjaga kebersihan masjid bagi mereka yang hendak masuk ke dalamnya. Kebera-daan kolam yang airnya jernih dan bening juga menambah keas-rian dan keindahan masjid. Pada serambi masjid tradisional di Jawa terdapat bedug lengkap dengan kentongannya. Seperti halnya di Masjid Sendang Duwur terdapat bedug di serambi masjid yang dibunyikan sebagai penanda waktu masuk shalat atau adanya pemberitaan. Sedangkan pada Masjid Sunan Giri terdapat dua bedug yang terbuat dari kayu jati dan kelapa dengan membran kulit sapi sebagai pertanda masuknya waktu sholat yang wajib sebelum dikumandangkan adzan. Bedug pada masa Walisongo dianggap sebagai sarana yang sangat efektif untuk komunikasi. Pada masa peresmian Masjid Agung Demak, Sunan Giri menabuh bedug berulang-ulang untuk mengundang orang-orang hadir pada acara sekatenan. Dengan memukul bedug Sunan Kudus mengumum-kan kapan persisnya hari pertama adalah alat tabuh yang dibunyikan dengan kentongan sebagai penanda atau isyarat telah dimulainya sesuatu. Bedug sebagai salah satu wujud akulturasi budaya yang sudah difungsikan oleh Masyarakat Jawa maupun umat Hindu-Budha. Bagi masya-rakat Jawa bedhug adalah sesuatu yang dikeramatkan. Dalam seni Karawitan Jawa bedug merupakan salah satu alat bunyi-bunyian dalam seperangkat gamelan. Bagi umat Hindu- Budha bedug Aboebakar, Umar Hasyim, 1979, Sunan Giri, Kudus Menara Kudus, h. 37 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 323 digunakan sebagai seni tabuhan dan seni tambur pada ritual tradisi Jawa bedug sebagai alat komunikasi atau alat penghubung tradisional. Bedug digunakan untuk me-nyampaikan berita penting tanda bahaya atau mengajak masya-rakat untuk segera berkumpul pada suatu tempat yang sudah masjid bentuk Jawa yang asli, Gerbang adalah suatu yang penting untuk memisahkan antara kawasan suci’ dan kawasan kotor’. Gerbang dibangun bermacam bentuk dan gaya. Ada gerbang tembok bata pagar keliling untuk mencegah ber-bagai gangguan keamanan seperti gerbang Masjid Demak atau Masjid Sunan Gresik. Ada gerbang yang tidak berbumbung biasanya disebut Gerbang Bentar sedangkan gerbang yang berbumbung biasanya disebut Gapura Bahasa Jawa atau dalam Bahasa Sanskrit disebut Gopura. Gapura juga ada keterikatan simbolisasi dengan Majapahit sebagaimanana halnya di trowulan ada Gapura Paduraksa yang disebut Waringin Lawang Candi Masjid Sunan Giri menyerupai gapura candi padu-raksa bercorak bangunan Hindu. Gapura bertingkat tujuh makin ke atas makin kecil dan pada puncaknya terdapat hiasan mustaka berbentuk bangunan kori agung pada kedaton di komplek Kerajaaan Hindu. Gapura masjid sebagai gerbang masuk ke dalam pekarangan komplek Masjid Sunan Giri. Pintu gerbang diberi nama gapuro dari kata ghoffur yaitu salah satu asma Allah yang berarti yang Maha Pengampun. Sebelum masuk ke masjid di pintu gapura ini kaum muslim beristighfar memohon ampun atas kesalahannya kemudian bersuci mengambil air wudhu untuk memasuki masjid. Bangunan-bangunan pada Masjid Sunan Giri menarik dan indah dipenuhi dengan ornamen ragam hias yang unik dan bagus terpahat pada dinding-dinding kayu, plafon, mimbar, kusen, atau tiang. Ornamen tersebut berbentuk floral arabesque maupun Koenjaraningrat, 1997, Kebudayaan Jawa, Jakarta Balai Pustaka, h. 389 Uka Tjandrasasmita, Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 324 kaligrafi. Kaligrafi berfungsi sebagai ornamen bermotif geomet-rik vagetarian atau arabesque dan pseudo makhluk hidup baik yang anthropomorphic dan faunalmorphic. Arabesque seni ukir Islam pola tumbuh-tumbuhan dan geometris dipahat secara berulang ulang tidak terbatas, tidak berukuran dan tidak ketidak-terhinggaan. Corak floral menampilkan corak tumbuh tumbuhan, sulur-sulur batang, dedaunan, bebungaan ataupun buah-buahan sebagai representasi taman floral dipahat dan diukir dalam relief pahatan timbul-tenggelam, menjulur-melengkung secara abstrak pada pintu, kusen, tiang atau mimbar Masjid Sunan Giri. Bangunan tersebut distilasi dalam berbagai ornamen yang indah seperti wajikan, banyu tetes, praba atau pageran dengan warna kuning keemasan mencirikan ragam hias tradisional khas Jawa. Tulisan kaligrafi huruf Arab bertuliskan kalimat Allah bergaya kufi tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan. Pada bagian ujungnya yang tegak dibentuk ikal menyerupai kail terpahat di kusen pintu masjid atau plafon masjid menciptakan suasana sakral dan agung mengingatkan Kebesaran Allah. Kaligrafi Arab sebagai penanda simbol dekoratif keindahan dan spirit religius pada Masjid Sunan Giri juga sarat dengan ornamen dan ragam hias yang bermotif Jawa maupun Hindu. Hiasan-hiasan yang melambangkan gambaran betapa kuatnya unsur-unsur seni tradisional masa Pra Islam masa Indonesia Hindu yang bercampur dengan Islam yang datang ke Majapahit. Pada gapura masjid terdapat ornamen motif tlacapan atau tumpal yang biasa ditemukan pada pagar-pagar bangunan Jawa. Hiasan daun daunan dalam segi tiga tumpal yang melambangkan gunungan atau meru. Ornamen dekoratif yang berkembang pada arsitektur Islam sejalan dengan doktrin keagamaan yang mela-Hasan Muarif Ambary, 1982, Beberapa Ciri Kreatifitasnya Dimani-festasikan Melalui Seni Hias dan Seni Bangun Masa Indonesia Islam Abad XIV –XIX, Majalah Kreatifitas, Jakarta Dian Rakyat, h. 192 Fanani, h. 112-114 Ismail R. Al Faruqi dan Lois Lamya Al Faruqi, 2004, Atlas Budaya Islam; Menelajah Khazanah Peradaban Gemilang, judul Asli The Cultural Atlas of Islam, Bandung Mizan, h. 171 Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 325 rang duplikasi benda berjiwa yang mampu berjalan. Untuk itu pada tiang sunduk di serambi masjid terdapat relief kalamakara bermotifkan sulur dedaunan bermakna penolak bala sebagai unsur keyakinan agama Hindu yang berarti juga menolak unsur jahat dari luar. Kesimpulan Masjid Sunan Giri yang terletak di Bukit Giri Gresik adalah bangunan masjid bersejarah yang arsitekturnya vernacular berakulturasi dengan budaya lokal tradisional Jawa dan Hindu. Masjid Sunan Giri salah satu masjid wali yang didirikan oleh Sunan Giri penghulu para wali yang dikenal humanis dan toleran dalam berdakwah. Ia membiarkan dan memakai bagian-bagian atau kebiasaan-kebiasaan yang merupakan budaya Hindu dan Jawa yang bisa ditoleransi dan tidak merusak akidah. Sunan Giri mendirikan bangunan masjid yang arsitektur bangunannya mencirikan akulturasi budaya yang bercorak Hindu dan tradisional Jawa yang khas. Denah masjid berbentuk bujursangkar dengan pondasi yang tinggi serta pejal, atapnya bertumpang tiga, dike-lilingi kolam air pada bagian depan, berserambi dan bergapura menyerupai candi paduraksa . Wujud akulturasi budaya pada Masjid Sunan Giri tampak pada arsitektur bangunannya bentuk Joglo khas bangunan Jawa yang disanggah dengan empat sokoguru, mustaka beratap tum-pang mirip meru pada bangunan Hindu,mihrab masjid berbentuk lengkungan kalamakara seperti candi, mimbar masjid berbentuk padmasana singgasana dilengkapi dengan ornamen surya maja-pahit, florish dan nanas,gapura masjid berbentuk paduraksa mengingatkan pada bentuk bangunan kori agung pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu. Ucapan Terima Kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan informasi dan data terkait Masjid Sunan Giri, yaitu Mohammad Ma’arif, Oemar Zainudin, Mukhtar Djamil, Sukan, Mustakim, Amir Syarifudin dan mereka yang tidak disebutkan namanya dalam artikel ini. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016 299-326 326 Daftar Pustaka Aboebakar,1955,Sedjarah Mesdjid dan Amal Ibadah Dalamnja, Bandjarmasin Adil Co Jakarta Ambary, Hasan Muarif, 1982, Beberapa Ciri Kreatifitasnya Dimanisfestasikan Melalui Seni Hias dan Seni Bangun Masa Indonesia Islam Abad XIV –XIX, Majalah Kreatifitas, Jakarta Dian Rakyat Amin, Darori, 2000, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta Gama Media Anom, IGN. 1999, Masjid Kuno Indonesia, Jakarta Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Pusat Djoened Poesponegoro Nugraha Notosussanto, Marwati, 1993, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta Balai Pustaka Indonesia Dukut Imam Widodo Dkk, 2004,Grissee Tempo Doeloe, Gresik Pemerintah Kabupaten Gresik Fanani, Achmad, 2009, Arsitektur Masjid, Yogyakarta Bentang Hasyim, Umar 1979, Sunan Giri, Kudus Menara Kudus Iswahyudi, Perkembangan Makna Simbolik Motif Hias Medalion pada Bangunan Sakral di Jawa Abad IX-XVI, Jurusan Pendidikan Seni Rupa PBS UNY Ismail R. Al Faruqi dan Lois Lamya Al Faruqi, 2004, Atlas Budaya Islam; Menelajah Khazanah Peradaban Gemilang, judul Asli The Cultural Atlas of Islam, Bandung Mizan Koenjaraningrat, 1997, Kebudayaan Jawa, Jakarta Balai Pustaka Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan Giri, 2014, Sejarah Perjuangan Dan Dakwah Islamiah Sunan Giri cetakan III, Malang Pustaka Luhur Mustakim, 2005, Gresik Sejarah Bandar Dagang dan Jejak Awal Islam Tinjuan Historis Abad XIII Sampai XVII Masehi, Jakarta Timur Cv Mitraunggul Laksana cet 1 Sagimun, 1988, Peninggalan Sejarah Masa Perkembangan Agama-Agama di Indonesia, Jakarta CV. Haji Masagung Sumalyo,Yulianto,2006,Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta Gajamada Universuty Press Akulturasi Budaya pada Arsitektur Masjid Sunan Giri — Novita Siswayanti 327 Tjandrasasmita, Uka, 1984, Islamic Antiquities of Sendang Duwur, Jakarta Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Tjandrasasmita,Uka, 2000, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Kota Muslim Di Indonesia Dari Abad XIII Sampai XVIII Masehi, Jakarta, Menara Kudus. Tim Penyusun Buku Gresik Dalam Perspektif Sejarah, 2003 Gresik Dalam Perspektif Sejarah,GresikKepala Dinas Pariwisata Informasi dan Komunikasi Kabupaten Gresik Zein, M Wiryoprawiro, 1986, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur, Surabaya Bina Ilmu Undang-undang tahun 2010 tentang cagar budaya Rumah Joglo Rumah Adat Jawa Tengah dan Jawa Timur, Wawancara dengan Mohamad Ma’arif, 1 April 2016 Wawancara dengan Amir Syarifudin tanggal 2 April 2016 Wawancara dengan Mukhtar Djamil, 3 April 2016 ... Arsitektur masjid Jawa yang terbentuk menjadi sebuah produk akulturasi budaya antara Jawa, Hindu dan Islam. Siswayanti, 2016. ...... Masing-masing memiliki nilai dan fungsi yang berbeda. Zona halaman dapat dikategorikan sebagai ruang profan yang memiliki fungsi yang lebih umum, sedangkan zona bangunan masjid dan makam memiliki nilai yang lebih sakral dan fungsi lebih spesifik dan privat Siswayanti, 2016. Seting Masjid Pathok Negoro banyak memiliki nilai budaya Hindu dan Jawa yang yang berakulturasi dengan nilai-nilai Islam. ...Muhammad Nur Hakimuddin At-toyibi Dyah Titisari WidyastutiSebagai bagian dari sistem pemerintahan Yogyakarta, Masjid Pathok Negoro memiliki nilai-nilai budaya yang sangat tinggi. Alur sejarah yang terjadi di Pulau Jawa membentuk budaya yang beraneka ragam yang kemudian saling berakulturasi membentuk sebuah budaya baru. Masjid Jawa merupakan produk akulturasi budaya yang terbentuk dalam berjalannya sejarah perkembangan budaya di Pulau Jawa. Hal ini mempengaruhi terbentuknya karakter arsitektur masjid Jawa yang sarat akan unsur budaya tidak terkecuali arsitekur dari Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta. Adanya unsur budaya dalam karakter arsitektur Masjid Pathok Negoro memperkuat nilai dari keempat masjid sebagai bagian dari Kesultanan Yogyakarta. Karakter arsitektur Masjid Pathok Negoro dapat diidentifikasi melalui tiga aspek yaitu physical system, spatial system dan stylistic system pada arsitekturnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakter arsitektur dari Masjid Pathok Negoro dan menemukan relevansinya dengan karakter masjid Jawa dan akulturasi budaya. Metode dalam penelitian ini bersifat kualitiatif dengan penalaran induktif yang menggunakan studi tipologi sebagai sarana identifikasi karakter arsitektur. Hasil dari penelitian ini menemukan aspek-aspek apa saja yang menunjukkan bahwa karakter arsitektur Masjid Pathok Negoro Relevan dengan karakter masjid Jawa yang kaya akan nilai akulturasi budaya baik dari Hindu, Jawa dan Islam.... Research on cultural acculturation in Mosques in Java Architectural Acculturation occurred at the Jami Piti Mosque Admiral Muhammad Cheng Ho Purbalingga Afriani, 1970. Then acculturation appeared in Menara Kudus Mosque Supatmo & Gustami, 2005, Mosque in Central Java Pantura Supriyadi Pipiek, 2008, Mosque in Cirebon Hakim, 2011, Ancient Mosque in Central Java Waluyo, 2015, Sunan Giri Mosques in Gresik, East Java Siswayanti, 2016, Sendang Duwur Mosques in Lamongan Siswayanti, 2018, and the Great Mosque in Central Java Maulani, 2017. ...... The focus of Architectural Acculturation research on mosques shows the cultural elements involved in mixing. It was mixing elements of Muslim, Chinese, Arabic, Javanese culture Afriani, 1970, Hindu and Islam Supatmo & Gustami, 2005, Java and Islam Hakim, 2011;Supriyadi Pipiek, 2008, Cina, Hindu-Budha and Aceh Pinem, 2013, Java, Cina and Islam Waluyo, 2015, Java, Hindu and Islam Siswayanti, 2016Siswayanti, , 2018; Java, Middle East and Roman Maulani, 2017, Europe, Middle East and India Nursukma Suri et al., 2019, and Europe, Java, China, Arabia and Makassar Mahusfah et al., 2020. From these articles, it is clear that the mosque design tends to be the result of a mixture of cultures from Islamic elements and various local elements. ...Pradianti Lexa Savitri Yohanes Djarot PurbadiB. SumardiyantoTulisan ini bertujuan mengungkap keberadaan unsur Islam dan Jawa pada tata ruang dan bentuk rancangan Sumur Gumuling di Tamansari, Yogyakarta. Sumur Gumuling di Tamansari Yogyakarta selama ini dikenal sebagai fasilitas masjid bagi Sultan Yogyakarta, berada dalam Tamansari yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan benteng pertahanan. Desain Sumur Gumuling berbentuk unik, terdapat sumur di tengah dan dikelilingi bangunan berbentuk lingkaran. Pertanyaannya, bagaimana keberadaan unsur Islam dan Jawa pada desain Sumur Gumuling. Penelitian berbasis kualitatif dan interpretatif didukung dengan metode observasi lapangan dan studi pustaka serta wawancara kepada nara sumber lokal. Hasilnya, ditemukan keberadaan unsur spiritual dan arsitektur Islam bercampur dengan unsur spiritual Kejawen pada desain Sumur Gumuling di Tamansari, Yogyakarta. percampuran unsur spiritual Islam dan Kejawen pada desain Sumur Gumuling menunjukkan adanya konsep Akulturasi Arsitektur yang mendasari desainnya. Abstract This paper aims to reveal the existence of Islamic and Javanese elements in the spatial structure and form of the Sumur Gumuling Design in Tamansari, Yogyakarta. The Sumur Gumuling in Tamansari Yogyakarta, all this time, is known as a mosque facility for the Sultan of Yogyakarta, located within Tamansari, which functions as a recreation area and fortress. The unique design of Sumur Gumuling is that there is a well in the middle and surrounded by circular buildings. The question is how the existence of Islamic and Javanese elements in the design of the Sumur Gumuling. Qualitative and interpretive-based research is supported by methods of field observation and literature study as well as interviews with local resource persons. The result found the existence of spiritual elements and Islamic architecture mixed with the spiritual elements of Kejawen in the Sumur Gumuling Design in Tamansari, Yogyakarta. The mixing of spiritual elements of Islam and Kejawen in the Sumur Gumuling design shows the concept of Architectural Acculturation that underlies the design.... The mosques in Indonesia generally have cone and meru roofs Ashadi, Antariksa, and Salura 2015. The shape of the joglo and meru roofs is a symbol of sacred mountain stilation Siswayanti 2016 and this was followed by the introduction of domed mosques typology by the Dutch Maulida, Siahaan, and Pane 2020. Both forms are observed to have a strong upward and centered orientation in accordance with the concept of mundi and parahyangan axis which is considered to be sacred in Indonesia Mangunwijaya 2009. ...Muhammad Rusdi AdiputraPurnama SaluraMosques as a religious building for the Moslem Community have two orientations and they include the Qibla as the main and direction of the sky as the secondary. Praying is the main element of worship for Moslems and is recommended to be led towards the Qibla or upward direction. The mosque has been discovered not to have a sacred space but Qibla, mihrab, and Qibla marker walls are considered sacred. These sacred orientation signs and markers have been used and developed since the beginning but their existence and understanding have been eroded due to the influence of locals as well as development. Currently, the majority of the mosques in Indonesia have a centralized and strong orientation towards the upper direction when they are expected to have the main orientation in the form of Qibla direction. This study was, therefore, conducted to examine the anatomy of these mosques using semiotic theory by comparing the two mosques with several signs and markers of sacred orientation in the country. The results showed there are new signs and markers but the old ones are still significant in the mosques in the present Dayanti Harahap Riyan KurniawanApriani HarahapThis research examines the Syekh Zainal Abidin Harahap Mosque as the oldest mosque in Padang Sidempuan City which was founded in 1880 which was self-educated by one of the religious leaders in Padang Sidempuan City, Syekh Zainal Abidin Harahap and still exists today. The study is seen from various sides, namely the development of mosques, acculturation of mosque architecture, and the role of the Sheikh Zainal Abidin Harahap mosque. This mosque has its own uniqueness from other mosques, namely the acculturation of culture found in the mosque, this is the reason why pilgrims visit this mosque for religious tours in addition to performing worship. The acculturation comes from Arabic, Javanese, and Hindu cultures. The Sheikh Zainal Abidin Harahap Mosque has been legalized as a Cultural Heritage object. This type of research is qualitative research using 4 stages of the historical method, namely, 1 Heuristics, 2 Source Criticism, 3 Interpretation, 4 Historiography. This research will be very useful for the field of education, especially the history of the entry of Islam into Indonesia and local Rivaldi AbdulThis article examines the Monginbalu Konbulan tradition, which is one of the Islamic traditions of the Bolaang Mongondow Muslim community. This tradition has long been carried out as part of welcoming the month of Ramadan. Historical, anthropological, and sociological approaches are used to understand the practice of Monginbalu Konbulan, and explore its history and values. This article shows that the Monginbalu Konbulan is a mass fasting bath tradition carried out by the Muslim community of Bolaang Mongondow on the last afternoon of the month of Shaban. The mass bathing procession was led by a jiow who would splash water on people. This has been going on for a long time, and the birth of the mass fasting bath tradition is the answer to the needs of the Bolaang Mongondow Muslim community who want to carry out the Ramadan fasting bath. In addition, the implementation of the Monginbalu Konbulan tradition is also full of value, thus making it urgent to be preserved as a peculiarity of the Nusantara Islamic tradition in the Bolaang Mongondow Muslim community. Keywords Welcoming Ramadan, Bathing Together, Bolaang Mongondow Tradition, Nusantara Islamic Tradition Artikel ini mengkaji tradisi Monginbalu Konbulan yang merupakan salah satu tradisi Islam masyarakat muslim Bolaang Mongon­dow. Tradisi ter­sebut sudah lama dilakukan sebagai bagian menyambut bulan Ramadan. Pendekatan sejarah, antropologi, dan sosiologi digunakan untuk memahami praktik Mongin­balu Konbulan, dan menggali sejarah serta nilai-nilainya. Artikel ini menun­jukkan bahwa Monginbalu Konbulan merupakan tradisi mandi puasa secara massal yang dilakukan oleh masyarakat muslim Bolaang Mongondow di sore terakhir bulan Syaban. Prosesi mandi massal dipimpin oleh seorang jiow yang akan menyiramkan air ke orang-orang. Hal ini sudah ber­langsung sejak lama, dan lahirnya tradisi mandi puasa secara massal merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat muslim Bolaang Mongon­dow yang ingin melaksanakan mandi puasa Ramadan. Selain itu, pelak­sanaan tradisi Monginbalu Konbulan juga sarat nilai, sehingga mem­buat­nya urgen untuk dilestarikan sebagai kekhasan tradisi Islam Nusantara dalam masyarakat muslim Bolaang Mongondow. Kata Kunci Menyambut Ramadan, Mandi Bersama, Tradisi Bolaang Mongondow, Tradisi Islam NusantaraIslam has a powerful influence on people’s lives, especially in Indonesia, including in a mosque architecture, where influenced by several cultures. The mosque, a place for worship for Muslims, is a building that often experiences acculturation in its building design. Cipaganti Mosque, one of the oldest mosque in Bandung, might be identified by its Java style, Sunda style, and also Europe style. However, this mosque also reflects Islamic culture which include all architectural aspects of the building. This research aims to examine the extent to which Islamic culture exists in this mosque, and how the acculturation of the three cultures with Islamic culture becomes an inseparable part of the building architecture. Using a qualitative method with a descriptive approach divided into several stages, namely observation, documentation, and data analysis, the research was able to obtain a comprehensive and objective of a variety of cultural acculturation in Cipaganti Mosque building. Finally, found that the acculturation of Islamic culture in mosques was explicit and was found to be comprehensive from all aspects of the building. This acculturation, consisting of Islamic culture, Western European culture, Javanese culture, and Sundanese culture, makes Cipaganti Mosque has a unique architectural concept and makes this building one of the cultural heritage buildings in the city of Bandung. Islam memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia, termasuk dalam arsitektur masjid, yang dipengaruhi oleh beberapa budaya. Masjid, tempat beribadah umat Islam, merupakan bangunan yang sering mengalami akulturasi dalam desain bangunannya. Masjid Cipaganti, salah satu masjid tertua di Bandung, mungkin bisa dikenali dari gaya Jawa, gaya Sunda, dan juga gaya Eropa. Namun, masjid ini juga mencerminkan budaya Islam yang mencakup semua aspek arsitektur bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana budaya Islam ada di masjid ini, dan bagaimana akulturasi ketiga budaya tersebut dengan budaya Islam menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari arsitektur bangunan. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang terbagi dalam beberapa tahapan yaitu observasi, dokumentasi, dan analisis data, penelitian ini mampu memperoleh gambaran yang komprehensif dan objektif tentang berbagai akulturasi budaya pada bangunan Masjid Cipaganti. Akhirnya, ditemukan bahwa akulturasi budaya Islam di masjid-masjid secara eksplisit dan ditemukan menyeluruh dari semua aspek bangunan. Akulturasi budaya yang terdiri dari budaya Islam, budaya Eropa Barat, budaya Jawa, dan budaya Sunda ini menjadikan Masjid Cipaganti memiliki konsep arsitektur yang unik dan menjadikan bangunan ini sebagai salah satu bangunan cagar budaya di kota Mesdjid dan Amal Ibadah Dalamnja, Bandjarmasin Adil Co Jakarta AmbaryAboebakarAboebakar,1955,Sedjarah Mesdjid dan Amal Ibadah Dalamnja, Bandjarmasin Adil Co Jakarta Ambary, Hasan Muarif, 1982, Beberapa Ciri Kreatifitasnya Dimanisfestasikan Melalui Seni Hias dan Seni Bangun Masa Indonesia Islam Abad XIV -XIX, Majalah Kreatifitas, Jakarta Dian RakyatSejarah Perjuangan Dan Dakwah Islamiah Sunan Giri cetakan IIIR IsmailLois Lamya Al Al Faruqi DanFaruqiIsmail R. Al Faruqi dan Lois Lamya Al Faruqi, 2004, Atlas Budaya Islam; Menelajah Khazanah Peradaban Gemilang, judul Asli The Cultural Atlas of Islam, Bandung Mizan Koenjaraningrat, 1997, Kebudayaan Jawa, Jakarta Balai Pustaka Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan Giri, 2014, Sejarah Perjuangan Dan Dakwah Islamiah Sunan Giri cetakan III, Malang Pustaka Luhur Mustakim, 2005, Gresik Sejarah Bandar Dagang dan Jejak Awal Islam Tinjuan Historis Abad XIII Sampai XVII Masehi, Jakarta Timur Cv Mitraunggul Laksana cet 1SagimunSagimun, 1988, Peninggalan Sejarah Masa Perkembangan Agama-Agama di Indonesia, Jakarta CV. Haji Masagung Sumalyo,Yulianto,2006,Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim, Yogyakarta Gajamada Universuty PressAdat Jawa Tengah dan Jawa Timur, Wawancara dengan Mohamad Ma'arifRumah Joglo RumahRumah Joglo Rumah Adat Jawa Tengah dan Jawa Timur, Wawancara dengan Mohamad Ma'arif, 1 April 2016Jakarta Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Pusat Djoened Poesponegoro Nugraha Notosussanto, MarwatiDarori AminIslam Dan KebudayaanJawaAmin, Darori, 2000, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta Gama Media Anom, IGN. 1999, Masjid Kuno Indonesia, Jakarta Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Pusat Djoened Poesponegoro Nugraha Notosussanto, Marwati, 1993, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta Balai Pustaka Indonesia Dukut Imam Widodo Dkk, 2004,Grissee Tempo Doeloe, Gresik Pemerintah Kabupaten Gresik Fanani, Achmad, 2009, Arsitektur Masjid, Yogyakarta Bentang Hasyim, Umar 1979, Sunan Giri, Kudus Menara Kudus Iswahyudi, Perkembangan Makna Simbolik Motif Hias Medalion pada Bangunan Sakral di Jawa Abad IX-XVI, Jurusan Pendidikan Seni Rupa PBS UNYJakarta Balai Pustaka Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan GiriMenelajah Khazanah Peradaban Gemilang, judul Asli The Cultural Atlas of Islam, Bandung Mizan Koenjaraningrat, 1997, Kebudayaan Jawa, Jakarta Balai Pustaka Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Malang dan Panitia Penelitian Dan Pemugaran Sunan Giri, 2014, Sejarah Perjuangan Dan Dakwah Islamiah Sunan Giri cetakan III, Malang Pustaka Luhur Mustakim, 2005, Gresik Sejarah Bandar Dagang dan Jejak Awal Islam Tinjuan Historis Abad XIII Sampai XVII Masehi, Jakarta Timur Cv Mitraunggul Laksana cet 1
Gambar84 Makam Sunan Giri Sumber awalinfoblogspotcom 2 Seni Kaligrafi Seni. Gambar 84 makam sunan giri sumber awalinfoblogspotcom. School University of Notre Dame; Course Title EDUCATION PGT201E; Uploaded By dadangsuhaimin. Pages 181 This preview shows page 86 - 90 out of 181 pages.
\n \n \nkaligrafi makam sunan giri
Makamistri dan putra beliau. Walau di luar panas, di bawah pendopo terasa sejuk. Keempat makam dikelilingi pagar besi. Di luar pagar terdapat meja-meja dengan tumpukan Alquran serta buku-buku tahlil atau yasin. Makamnya sendiri terbuat dari batu marmer. Nisannya memiliki pahatan kaligrafi tulisan arab. Emak duduk bersimpuh di luar pagar. ZiarahMakam Wali (5): Sunan Kalijaga di Kadilangu (1) Oleh: Khairul Imam Sunan Kalijaga terus menjadi legenda yang tak pernah lekang ditelan zaman. Berbagai kearifan yang tersurat maupun tersirat menjadi ajaran yang terus-menerus diajarkan dan diingat. Islam yang khas, yang memiliki muatan simbolik tanpa menafikan kekhusukan dan ketundukan SunanGiri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik. 5. r22bg5.
  • o0300wsm0v.pages.dev/134
  • o0300wsm0v.pages.dev/22
  • o0300wsm0v.pages.dev/161
  • o0300wsm0v.pages.dev/204
  • o0300wsm0v.pages.dev/49
  • o0300wsm0v.pages.dev/39
  • o0300wsm0v.pages.dev/207
  • o0300wsm0v.pages.dev/376
  • o0300wsm0v.pages.dev/106
  • kaligrafi makam sunan giri